Brilio.net - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) telah merilis laporan pertama terkait kecelakaan Boeing 737 Max 8 yang dioperasikan Lion Air pada penerbangan JT 610 pada 29 Oktober lalu. Laporan pendahuluan atau preliminary report itu dirilis pada Rabu ini (28/11) pukul 10.00 WIB di kantor KNKT.

Seperti diketahui, Lion Air dengan nomor penerbangan JT 610 rute Jakarta-Pangkal Pinang itu mengangkut 189 penumpang. Setelah melakukan evakuasi kurang lebih selama sepekan, akhirnya Tim SAR Gabungan menemukan black box pesawat untuk investigasi lebih lanjut.

Fakta-fakta dirangkum dalam laporan pendahuluan atau preliminary report, sesuai ketentuan harus disampaikan 40 hari setelah kejadian yang dirilis pada hari ini. Beberapa fakta yang disampaikan KNKT menyebutkan bahwa pesawat sempat mengalami masalah saat penerbangan Denpasar-Jakarta, dan berhasil mendarat dengan selamat di Bandara Soekarno-Hatta, sebelum keesokannya jatuh di perairan Karawang saat melakukan penerbangan ke Pangkal Pinang.

Berdasarkan laporan rilis dari preliminary report yang diterbitkan oleh KNKT, terdapat beberapa kesalahan dan kerusakan yang terjadi sesaat sebelum pesawat itu lepas landas dan jatuh di perairan Karawang. Berikut adalah beberapa fakta kesalahan dan kerusakan pesawat Lion Air JT 610 yang telah dirangkum oleh brilio.net dari sumber preliminary report dari KNKT.

1. Pesawat alami masalah di penerbangan sebelumnya.

kata ahli penerbangan soal lion air  © 2018 brilio.net

Sebelum jatuh, pesawat Lion Air JT 610, melakukan penerbangan dengan rute dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai (Denpasar) menuju Bandara Soekarno-Hatta (Jakarta) pada tanggal 28 Oktober 2018. Saat melakukan pemeriksaan pra penerbangan, Pilot in Command (PIC) melakukan diskusi dengan teknisi terkait tindakan perawatan pesawat udara yang telah dilakukan termasuk adanya informasi bahwa sensor Angle of Attack (AoA) yang diganti dan telah diuji. Pesawat udara berangkat pada malam hari pukul 22:20 WITA dari bandara I Gusti Ngurah Rai, Denpasar. Sebelum lepas landas, Digital Flight Data Recorder (DFDR) mencatat adanya stick shaker yang aktif dan berlangsung selama penerbangan. Ketika pesawat berada di ketinggian 400 feet, PIC menyadari adanya warning IAS DISAGREE pada Primary Flight Display (PFD).

Setelah itu, PIC mengalihkan kendali pesawat udara kepada Second in Command (SIC) dan membandingkan penunjukan pada PFD dengan instrument standby sekaligus menentukan bahwa PFD kiri mengalami masalah. Mengetahui pesawatnya alami trimming aircraft nose down, PIC kemudian mengubah tombol STAB TRIM ke CUT OUT. Lalu SIC melanjutkan penerbangan dengan trim manual dan tanpa auto-pilot sampai dengan mendarat. Pesawat mendarat di Jakarta pada pukul 22:56 WIB atau setelah terbang selama 1 jam 36 menit. Setelah pesawat udara berhasil parkir, kemudian PIC melaporkan permasalahan pesawat udara kepada teknisi dan menulis IAS dan ALT Disagree ditandai dengan menyalanya lampu FEEL DIFF PRESS (feel differential pressure) di Aircraft Flight and Maintenance Logbook (AFML).

2. Pesawat alami perbedaan antara AoA sebelum terjatuh.

kata ahli penerbangan soal lion air  © 2018 brilio.net

Pada tanggal 29 Oktober 2018, pukul 06:20 WIB, pesawat Lion Air JT 610 melakukan tinggal landas dari Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta Jakarta dengan tujuan Depati Amir Airport, Pangkal Pinang. Saat akan lakukan penerbangan, DFDR merekam adanya perbedaan antara AoA kiri dan kanan sekitar 20° yang terjadi terus menerus sampai dengan akhir rekaman. Pada saat terbang, SIC sempat bertanya kepada petugas pemandu lalu lintas penerbangan untuk memastikan ketinggian serta kecepatan pesawat udara yang ditampilkan pada layar radar petugas pemandu lalu lintas penerbangan. Kemudian SIC juga melaporkan mengalami "flight control problem" kepada radar petugas pemandu lalu lintas penerbangan. Sesaat setelah itu, DFDR merekam trim AND otomatis aktif diikuti dengan input dari pilot untuk melakukan trim aircraft nose up (ANU). Dan tak lama, DFDR berhenti merekam.

Penyidik KNKT sebelumnya telah mengatakan pesawat nahas itu memiliki masalah pada indikator kecepatan udara dan sensor pengukur angle of attack (AOA). Sebuah sensor AOA menyediakan data tentang sudut di mana udara melintas di sayap dan memberi tahu pilot berapa banyak gaya angkat pesawat. Informasi tersebut dapat menjadi penting dalam mencegah pesawat mengalami kondisi stalling. Adapun informasi tambahan dari KNKT menyebutkan, jika tim investigasi akan tetap melakukan beberapa pemeriksaan lanjutan termasuk pemeriksaan sensor AoA dan simulasi penerbangan dengan menggunakan engineering simulator milik Boeing. Tim investigasi juga telah mendapatkan data Quick Access Recorder (QAR) untuk dilakukan analisa lebih lanjut.

 

mgg/renno