Brilio.net - Meski pihak keluarga sudah mengikhlaskan sepenuhnya dan meyakini bahwa Emmeril Khan Mumtadz atau Eril telah tiada, proses pencarian masih terus dilakukan. Pihak keluarga yang menggantikan untuk berkoordinasi dengan tim otoritas Swiss, setelah Ridwan Kamil dan Atalia Praratya pulang ke Indonesia.

Doa pun mengalir untuk Eril agar lekas ditemukan. Selain keluarga, sahabat-sahabat Eril pun merasa kehilangan akan sosok pria lulusan ITB ini. Baru-baru ini, Adheni Reza, sahabat Eril menceritakan kenangannya bersama putra sulung Ridwan Kamil ini lewat akun Medium. Dalam beberapa paragraf, ia mengisahkan berbagai momen dengan Eril.

sahabat kenang sosok eril © medium.com

foto: medium/Adheni Reza

 

"Kalau diinget-inget lagi, banyak banget ternyata memori sama si Eril ini. Well, he know me since the time I used to peed my pants and cry almost everyday in kindergarten (Ya, dia mengenalku sejak aku sering pipis di celana dan menangis hampir setiap hari di kindergarten)," tulis Adheni Reza dilansir brilio.net pada Jumat (3/6).

Sebagai orang yang selalu bersama, Adheni memiliki banyak memori manis dengan Eril. Salah satunya, Eril adalah sosok yang pengertian. Putra Gubernur Jawa Barat ini bahkan tak segan menunggu sahabatnya saat belum dijemput sepulang sekolah. Meskipun saat itu, ia bisa langsung pulang karena jarak rumah dan sekolah tak terlalu jauh.

"Nggak cuma orangnya, rumahnya, keluarganya, sampe kantor papahnya aja ada memorinya. Waktu sekelas dulu, inget banget pulang sekolah sering sisa berdua karena yang lain udah dijemput. Eril sebenernya nggak dijemput karena rumahnya dekat jadi pulang sendiri, tapi biasanya nungguin karena saya sering banget terakhir dijemput," tuturnya.

Adheni Reza mengenal Eril sudah sejak duduk di bangku SD. Memiliki hobi yang sama yakni bermain bola, membuat kedekatan mereka kian terjalin. Walau harus berpisah saat SMP, mereka kembali dipertemukan di SMA yang sama. Sahabat Eril ini mengaku sangat senang bisa kembali satu kelas, mengingat ia termasuk orang yang sulit beradaptasi dengan lingkungan baru.

<img style=

foto: medium/Adheni Reza

 

"Masuk SD juga main masih bareng terus, satu circle lah. Main bola gatau waktu, gatau tempat. Pagi sebelum mulai sekolah udah keringetan duluan karna main bola, di dalem kelas juga main bola kecil dari kertas, pulang sekolah main bola lagi. Mainan lain selain main bola? jelas main kartu yu-gi-oh," tambahnya.

"Sehabis SD kita sama-sama mau masuk SMP 2, tapi ya ternyata sama-sama gagal. Setelah 3 tahun di SMP jalan masing-masing, masuk SMA ternyata ketemu lagi dan sekelas. Ril you don’t know how glad I am to be in the same class with you karena dari dulu selalu cukup sulit adaptasi di lingkungan baru (kelas terutama)," kenangnya.