Brilio.net - Perencanaan finansial adalah suatu aspek penting yang tak boleh diabaikan, terutama bagi para anak muda di era sekarang. Apalagi anak muda akan menghadapi lingkungan ekonomi yang sangat tidak pasti. Gejolak di pasar kerja dan perubahan dalam cara kita bekerja menciptakan tantangan baru yang harus diatasi.

Oleh karena itu, memiliki perencanaan finansial yang kuat adalah kunci untuk mencapai keberhasilan keuangan, kemerdekaan, dan stabilitas di tengah perubahan yang konstan.

Dalam mempersiapkan anak muda yang melek akan keuangan, PT Bank Syariah Indonesia (BSI) berkolaborasi dengan Universitas Gadjah Mada, menggelar talkshow Sharia Financial Literacy bertema 'Young Blessed & Free'. Acara ini bertujuan untuk memberikan wawasan tentang urgensi dari perencanaan finansial demi memiliki keuangan yang stabil.

Sekitar lebih dari 500 mahasiswa berkumpul di Grha Sabha Pramana (GSP) pada Kamis (19/10) dan mendengarkan literasi financial syariah yang disampaikan oleh Prita Hapsari Ghozie, selaku financial planner dan educator, serta Chief Economist Bank Syariah Indonesia (BSI) yakni Banjaran Surya Indrastomo.

event BSI © 2023 brilio.net

foto: Istimewa

Acara dibuka pukul 09.00 WIB yang diawali oleh sambutan dari Prof. Ova Emilia selaku Rektor Universitas Gadjah Mada. Dalam sambutannya, dokter spesialis obgyn itu menyampaikan bagaimana pentingnya literasi soal keuangan di tengah kondisi ekonomi yang menantang dan tak menentu ini. Oleh sebab itu, bersama BSI, dia berharap bisa memberikan wawasan serta kontribusi positif bersama UGM.

Sosok Hery Gunardi yang menjabat sebagai Direktur Utama BSI juga turut hadir dalam acara tersebut. Hery menyinggung soal mengapa perbankan syariah masih belum jadi opsi utama di masyarakat Indonesia. Hal ini lantaran tingkat literasi perbankan syariah yang rendah di kalangan masyarakat.

event BSI © 2023 brilio.net

foto: Istimewa

Dengan mendorong literasi keuangan dan inklusi kepada generasi muda saat ini, diharapkan mereka bisa memajukan perbankan syariah dalam negeri untuk jadi lebih baik. Apalagi, menurutnya bekerja di bank syariah menguntungkan baik dunia maupun akhirat. BSI juga sangat mengedepankan work-life balance, di mana aspek itu sangat dibutuhkan pada zaman sekarang.

"Bekerja di bank syariah itu kerja dunia akhirat. Contohnya setiap tahun kita dapat laba. Nah dari laba itu 2,5% dipotong untuk zakat, jadi bersih labanya. Zakat nanti dipakai untuk membantu masyarakat lagi. Selain itu, kerja di BSI juga membantu work-life balance para pegawai, karena kita ada yang namanya BSI Club, yang di dalamnya ada kegiatan olahraga, kesenian, dan keagamaan. Jadi work-life balance sangat dijaga," kata Hery.

Sejak berdiri pada 1 Februari 2021, peningkatan BSI dalam bisnis perbankan ini patut diacungi jempol. Sebagai contoh, berkat adanya produk Tabungan Easy Wadiah, total tabungan BSI sudah mencapai Rp 110,92 triliun dan berada di posisi top 5 tabungan bank umum nasional tahun 2023. Tak hanya itu, BSI yang kini sudah membuka 1.031 cabang dan memiliki 19 juta nasabah (menempati peringkat ke-5 di Indonesia dan peringkat ke-1 di dunia).

event BSI © 2023 brilio.net

foto: Istimewa

Sebelum meninggalkan acara, tak lupa Hery membagikan hadiah kepada mahasiswa yang bisa menjawab pertanyaan darinya. Antusiasme dari rekan-rekan mahasiswa patut diacungi jempol, sebab bukan cuma menyimak semua materi yang diberikan, tapi juga punya pemikiran yang kritis dalam menyikapi persoalan keuangan di Indonesia ini.

Sebelum ke pembicara selanjutnya, Hery Gunardi selaku Dirut PT Bank Syariah Indonesia Tbk memberikan bantuan dana sebesar Rp 250 juta kepada UGM, sebagai dukungan BSI untuk renovasi bangunan crisis center milik UGM. Simbol bantuan itu diserahkan langsung oleh Hery Gunardi kepada rektor UGM, Prof. Ova Emilia.

event BSI © 2023 brilio.net

foto: Istimew

Acara Sharia Financial Literacy juga semakin seru dengan hadirnya dua pembicara yang expert di bidang keuangan. Adalah Prita Hapsari Ghozie dan Banjaran Surya Indrastomo, yang menjadi speaker dalam kesempatan ini. Sesi talkshow bersama mereka berlangsung kurang lebih sekitar satu jam. Para mahasiswa yang rata-rata berusia 18 sampai 22 tahun itu dengan seksama mendengarkan bincang-bincang yang dipandu oleh pembawa acara.

Ada beberapa poin yang dibahas bersama dua pembicara, salah satunya soal kondisi ekonomi Indonesia tahun depan. Banjaran selaku Chief Economist BSI mengungkapkan bahwa pada tahun 2045 Indonesia akan mendapatkan bonus demografi, di mana penduduk Indonesia 70 persen berada dalam usia produktif yaitu 15-64 tahun, sedangkan sisa berada di bawah 14 dan di atas 65 tahun.

Jadi selama 25 tahun ke depan, seharusnya ada cukup banyak waktu untuk mempersiapkan bibit-bibit unggul, terutama di sektor keuangan ini. Meskipun dalam jangka pendek, kondisi ekonomi di Indonesia bisa dibilang cukup mengkhawatirkan, namun berkat kepemimpinan saat ini yang kompeten, Indonesia masih dalam kategori aman.

event BSI © 2023 brilio.net

foto: Istimewa

Hal itu juga disepakati oleh Prita, ahli perencanaan keuangan itu mengatakan bahwa mengelola keuangan itu penting untuk semua usia. Setidaknya ada tiga poin dasar dalam mengelola keuangan diantaranya kondisi keuangan yang aman, keuangan stabil, dan keuangan harus bisa memenuhi impian.

Keuangan aman, berarti ada dana darurat yang tidak mengganggu cash flow kita. Selain itu, keuangan stabil maksudnya selalu membuat budgeting dari setiap pengeluaran kamu. Terakhir, memenuhi impian artinya mulai berinvestasi sejak dini dengan metode yang diberi nama 'Hapsari' (Hanya Perlu Satu Lembar Saja Sehari) oleh Prita.

Prita berharap dari metode 'Hapsari' ini, anak-anak muda bisa konsisten dalam berinvestasi, sehingga mereka bisa "kaya dulu sebelum tua". Sikap konsisten itu kemudian bisa menjadi kebiasaan yang pada akhirnya menciptakan good money habit.

 

Acara ditutup dengan Stand Up Comedy dari Yuda Ramadhan. Di sini Yuda bukan cuma membagikan keresahannya sebagai sandwich generation yang harus membiayai anggota keluarganya, tapi juga mengajak generasi muda untuk melek keuangan supaya bisa menciptakan financial freedom yang banyak didambakan orang-orang.