Brilio.net - Pada tahun 2019, Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB) memperkirakan Indonesia akan mengalami 2.500 bencana. Bencana hidrometerologi diprediksi akan mendominasi sebanyak 95 persen dibanding bencana geologi seperti gempa bumi, tsunami, dan erupsi gunung.

BNPB mengklaim jumlah tersebut diperoleh dengan perhitungan data yang terperinci. Seluruh data soal kebencanaan dari tahun ke tahun dan prakiraan musim diramu dan dianalisis secara teliti.

"Jadi kita memperkirakan tidak asal-asalan, sudah punya basic pengetahuan sebelumnya. Sistem pendataannya juga kita sudah tahu, ditambah dengan prediksi-prediksi yang ada, bagaimana musimnya, cuaca. Ya kalau geologi kan, kita sudah tahu, tidak bisa diprediksi, tapi tahu daerah-daerah mana kan (yang berpotensi)," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dilansir dari liputan6, Kamis (3/1).

Bencana sendiri dapat disebabkan oleh kejadian alam (natural disaster) maupun oleh ulah manusia (man-made disaster). Beberapa faktor penyebab bencana di antaranya bahaya alam (natural hazards) dan bahaya karena ulah manusia (man-made hazards). Menurut United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR) bencana dikelompokkan menjadi bahaya geologi (geological hazards), bahaya hidrometeorologi (hydrometeorological hazards), bahaya biologi (biological hazards), bahaya teknologi (technological hazards) dan penurunan kualitas lingkungan (environmental degradation).

BNPB menjelaskan secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera, Jawa-Nusa Tenggara, Sulawesi yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa.

Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor. Data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan di Amerika Serikat.

Gempa bumi yang disebabkan karena interaksi lempeng tektonik dapat menimbulkan gelombang pasang apabila terjadi di samudera. Dengan wilayah yang sangat dipengaruhi oleh pergerakan lempeng tektonik ini, Indonesia sering mengalami tsunami.

Wilayah Indonesia terletak di daerah iklim tropis dengan dua musim yaitu panas dan hujan dengan ciri-ciri adanya perubahan cuaca, suhu dan arah angin yang cukup ekstrem. Kondisi iklim seperti ini digabungkan dengan kondisi topografi permukaan dan batuan yang relatif beragam, baik secara fisik maupun kimiawi, menghasilkan kondisi tanah yang subur. Sebaliknya, kondisi itu dapat menimbulkan beberapa akibat buruk bagi manusia seperti terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan kekeringan.

Seiring dengan berkembangnya waktu dan meningkatnya aktivitas manusia, kerusakan lingkungan hidup cenderung semakin parah dan memicu meningkatnya jumlah kejadian dan intensitas bencana hidrometeorologi yang terjadi secara silih berganti di banyak daerah di Indonesia. Pada tahun 2006 saja terjadi bencana tanah longsor dan banjir bandang di Jember, Banjarnegara, Manado, Trenggalek dan beberapa daerah lainnya.