Brilio.net - Dokter Spesialis Forensik dari RS Bali Mandara, dr Ida Bagus Putu Alit, mengungkapkan hasil autopsi terhadap jenazah Juliana Marins, pendaki asal Brasil yang ditemukan meninggal dunia usai terjatuh di Gunung Rinjani. Berdasarkan hasil pemeriksaan forensik, ditemukan sejumlah luka fisik yang menunjukkan adanya trauma akibat benturan benda tumpul. Luka-luka tersebut tersebar di berbagai bagian tubuh korban.

Menurut dr Bagus, sejumlah luka lecet dan patah tulang menjadi indikasi kuat bahwa korban mengalami jatuh yang cukup keras di medan pendakian. Selain luka luar, ditemukan pula kerusakan organ dalam dan pendarahan hebat yang diduga sebagai penyebab utama kematian korban.

“Kita juga menemukan adanya patah-patah tulang, terutama di daerah dada, bagian belakang, juga tulang punggung dan paha,” ujarnya dalam konferensi pers di RS Bali Mandara.

Dokter juga memastikan tidak ada tanda-tanda bahwa kematian Juliana terjadi dalam jangka waktu lama setelah luka timbul. Dengan tidak ditemukannya herniasi pada otak dan limpa yang tidak menyusut, diperkirakan kematian terjadi dalam waktu sangat singkat usai jatuh.

Berdasarkan lebam dan kekakuan pada jenazah, dokter memperkirakan Juliana meninggal dalam kurun waktu 12 hingga 24 jam sebelum diperiksa. Namun, manipulasi suhu seperti penyimpanan di freezer menyulitkan penentuan waktu pasti.

Berikut adalah poin-poin penting dari hasil autopsi dan pernyataan resmi dari dokter forensik, Sabtu (28/6).

1. Patah Tulang Serius Akibat Benturan Keras

Fakta evakuasi Juliana Marins di Gunung Rinjani © 2025 brilio.net

foto: Instagram/@ajulianamarins

Autopsi menunjukkan Juliana mengalami sejumlah patah tulang, terutama di bagian dada, punggung, tulang belakang, dan paha. Cedera ini diakibatkan oleh benturan keras saat tubuh korban tergelincir atau terbentur benda-benda keras di Gunung Rinjani.

2. Kerusakan Organ Dalam dan Pendarahan Luas

Pengakuan pemandu wisata turis Brasil yang jatuh di Gunung Rinjani, bantah tinggalkan Juliana Marins © 2025 brilio.net

foto: Dok Tim SAR Mataram

Dokter mengungkapkan bahwa luka akibat benturan tersebut menyebabkan kerusakan serius pada organ-organ vital seperti paru-paru dan organ dalam di bagian perut. "Penyebab kematian Juliana akibat kekerasan tumpul yang menyebabkan kerusakan organ-organ dalam dan pendarahan," jelas dr Bagus.

3. Tidak Ada Tanda Kematian Lama

Fakta evakuasi Juliana Marins di Gunung Rinjani © 2025 brilio.net

foto: Liputan6.com/Hans Bahanan

Dalam pemeriksaannya, tim forensik tidak menemukan tanda-tanda bahwa korban telah meninggal dalam waktu lama setelah luka terjadi. “Kami tidak menemukan bukti-bukti atau tanda-tanda bahwa korban itu meninggal dalam jangka waktu yang lama dari luka-luka,” ungkap dr Bagus, menepis spekulasi terkait waktu kematian.

4. Perkiraan Kematian Terjadi dalam Waktu 20 Menit

Fakta evakuasi Juliana Marins di Gunung Rinjani © 2025 brilio.net

foto: Instagram/@btn_gn_rinjani

Berdasarkan tingkat pendarahan dan jenis luka yang ditemukan, kematian Juliana diperkirakan terjadi sangat cepat setelah jatuh, yakni dalam waktu 20 menit. “Kematian itu adalah segera terjadi, tidak lebih dari 20 menit setelah trauma terjadi,” kata dr Bagus.

5. Luka Terparah di Punggung, Rusak Sistem Pernapasan

Kronologi turis Brasil jatuh ke bawah tebing Gunung Rinjani, sorotan lampu senter jadi penyelamat © 2025 brilio.net

foto: Instagram/@btn_gn_rinjani

Luka paling serius terletak di bagian punggung dan dada korban. Cedera ini berdampak besar karena mengenai area pernapasan dan menyebabkan kerusakan gabungan akibat berbagai benturan. “Yang paling parah itu adalah di daerah punggung,” ujarnya.