Brilio.net - Dua dekade lalu, Indonesia diguncang oleh salah satu tragedi paling mematikan sepanjang sejarahnya—Bom Bali 2002. Serangan yang terjadi di kawasan Kuta, Bali, pada malam 12 Oktober itu menewaskan 202 orang, termasuk wisatawan mancanegara, dan melukai ratusan lainnya.
Ledakan besar yang berasal dari bom seberat satu ton ini mengubah suasana pesta malam menjadi lautan darah dan duka mendalam bagi keluarga korban, tak hanya di Indonesia tapi juga di Australia, Inggris, hingga Hong Kong.
Salah satu dalang utama di balik serangan itu adalah Umar Patek, pria kelahiran Jawa Timur yang tergabung dalam kelompok ekstremis Jemaah Islamiyah. Selama bertahun-tahun ia buron, hidup dalam persembunyian, dan menjadi incaran dunia.
foto: Instagram/@umar.potret
Kini, setelah menjalani hukuman 11 tahun penjara dari vonis 20 tahun, Umar Patek muncul lagi ke publik—bukan membawa ideologi, tapi membawa biji kopi. Ia ingin dikenal sebagai barista, bukan teroris.
Pria yang dulu ikut merakit bom maut itu kini tengah menyeduh perdamaian dalam bentuk RAMU Coffee 1966 by Umar Patek, bisnis kopi barunya yang resmi diluncurkan Selasa (3/6) di Surabaya.
“Dulu saya meramu bom, sekarang saya meramu kopi,” ungkapnya kepada South China Morning Post, dikutip brilio.net Rabu (4/6).
Nama "RAMU" bukan cuma plesetan dari namanya sendiri, tapi juga punya arti dalam bahasa Indonesia: meramu. Kali ini bukan bahan peledak yang ia racik, melainkan biji kopi—baik yang utuh maupun yang sudah digiling—yang akan disuplai ke berbagai kafe, dimulai dari Hedon Estate, tempat ia pertama kali diberi panggung untuk menebus kesalahan.
foto: Instagram/@umar.potret
Meski sudah bebas, jalan Umar Patek jelas tak mulus. Ia sempat kesulitan mencari pekerjaan karena statusnya sebagai mantan narapidana teroris. Tapi nasibnya berubah ketika pemilik Hedon Estate, drg David Andreasmito, memberinya kesempatan untuk memulai ulang.
"Saya merasa sangat manusiawi karena mereka membantu saya, terutama karena pemilik kafe itu bukan Muslim," ujar Patek.
Kebaikan itu membangkitkan harapannya untuk hidup normal dan mandiri. Tapi, di balik narasi transformasi ini, banyak yang skeptis. Salah satunya adalah Sandra Thompson, ibu dari Clint—korban asal Australia yang ikut tewas di Bali 2002.
“Apakah dia sudah bertobat? Apakah dia masih berpikir apa yang dilakukannya benar secara moral?” tanya Sandra kepada This Week in Asia.
foto: YouTube/Humas BNPT
Umar Patek mengklaim telah meminta maaf berkali-kali, baik secara publik maupun pribadi. Namun ia sadar bahwa permintaan maafnya belum tentu bisa diterima semua orang.
“Jika saya minta maaf, orang akan mengatakan saya berpura-pura. Jika saya tidak minta maaf, saya dianggap tidak peduli,” ujarnya.
Bagi keluarga korban seperti Sandra, kehilangan anak tak bisa ditebus dengan secangkir kopi atau sederet kata maaf. Meski Patek berpartisipasi dalam program deradikalisasi dan menunjukkan perilaku baik di penjara—hingga memenuhi syarat pembebasan dini—rasa sakit dan trauma yang ditinggalkan tak semudah itu hilang.
foto: Instagram/@umar.potret
Kini, lewat bisnis kopi, Umar Patek ingin menciptakan identitas baru: bukan lagi sebagai teroris, tapi sebagai pengusaha. Menurut Dr. Julie Chernov Hwang, seorang peneliti asal AS, langkah Patek menunjukkan harapan bagi proses deradikalisasi di Indonesia.
“Dengan berdirinya kedai dan tempat pemanggangan kopi, Umar Patek tengah membangun jaringan bagi dirinya sendiri – dengan dukungan dari keluarganya, teman-teman dan rekan bisnis baru yang dijalinnya, serta para mentor yang mengajarinya cara menjalankan bisnis yang sukses,” ungkapnya.
Namun jalan menuju pengampunan masih panjang. Bagi banyak keluarga korban teroris, nama Umar Patek tetap melekat pada tragedi. Bahkan ketika ia menghilang dari radar publik, luka yang ditinggalkan tetap menganga.
FAQ Seputar Bom Bali 2002
1. Apa motif utama di balik pengeboman Bali 2002?
Pengeboman dilakukan oleh kelompok ekstremis Jemaah Islamiyah sebagai bentuk perlawanan terhadap Barat dan sekutunya, dengan target utama wisatawan asing, khususnya dari Australia dan Amerika Serikat.
2. Bagaimana bom Bali 2002 dirakit?
Bom terdiri dari tiga bagian: satu di Paddy’s Pub, satu bom mobil besar di Sari Club, dan satu lagi di Konsulat AS. Umar Patek disebut ikut merakit 50 kg terakhir dari bom seberat satu ton yang diledakkan di van.
3. Mengapa Umar Patek dibebaskan lebih awal?
Ia mendapat keringanan hukuman karena berperilaku baik dan ikut program deradikalisasi yang didukung pemerintah Indonesia.
4. Di mana Umar Patek ditangkap setelah buron?
Ia ditangkap di Abbottabad, Pakistan, kota yang sama tempat Osama bin Laden kemudian ditemukan dan dibunuh oleh pasukan AS.
5. Apa dampak jangka panjang dari Bom Bali terhadap pariwisata Indonesia?
Pasca bom, sektor pariwisata Bali mengalami penurunan drastis, dan pemerintah perlu waktu bertahun-tahun untuk mengembalikan kepercayaan wisatawan asing.
Recommended By Editor
- Densus 88 tangkap 8 terduga teroris di Sumatera Barat, tergabung dalam kelompok Negara Islam Indonesia
- 23 Tersangka kasus bom bunuh diri di Medan ditangkap, 5 wanita
- Raja Salman undang 200 keluarga korban teroris Selandia Baru haji
- 6 Fakta penembakan di Mabes Polri Jakarta, pelaku seorang wanita
- Polri: Pejabat struktural Jamaah Islamiyah dapat gaji Rp 15 juta
- Densus 88 tangkap 5 orang terduga teroris Jaringan Jemaah Islamiyah




































