Brilio.net - Memiliki anak dengan kebutuhan khusus buat perkara mudah bagi sang ibu. Apalagi jika kemalangan ini menimpa anak pertamanya, sang ibu tentu akan sangat terpukul. Dian Sastrowardoyo baru saja mengungkap kisah perjuangannya merawat putranya, Shailendra Naryama Sastraguna Sutowo yang didiagnosis autisme.

"Jarang ada kontak mata, kita juga merindukan koneksi batin, bonding. Itu enggak pernah terjadi di anak saya," jawab artis cantik tersebut seperti dilansir brilio.net dari Liputan6, Sabtu (24/8).

Dian sendiri baru mengetahui anak pertamanya berkebutuhan khusus tersebut saat si kecil berusia di bawah satu tahun. Perkembangannya yang berbeda dengan teman sebanyanya membuat Dian curiga.

"Dia enggak ada ketertarikan, kemampuan untuk melakukan. Dia enggak bisa niup, itu sampai latihan berkali-kali untuk ngelakuin gerakan motorik kecil," tambahnya.

Setelah berkonsultasi dengan dokter, baru terlihat tanda-tanda autisme di diri Shailendra. "Aku rindu loh ada eye contact sama anak saya, aduh saya kalau ngomong begini pengin nangis loh," ucapnya.

Tak mudah merawat anak dengan kebutuhan khusus, Dian Sastro bertekad untuk melakukan segalanya. "Saya bukan give up, tapi lebih ke arah sedih," ujarnya seperti dilansir Brilio.net dari Dream. Sebagai ibu, Dian Sastro bergerak cepat untuk merawat si kecil agar autismenya tidak semakin parah.

Diansastro_kisahanakautis © 2019 brilio.net

foto: Instagram/@therealdisastr

Saat awal, Shailendra jarang sekali melakukan kontak mata dan hanya berfokus pada apa yang dia kerjakan. Dian mulai curiga dengan kondisi putranya. “Di sini insting seorang ibu muncul. Sorry to say, tapi ini fakta kalau insting ibu lebih kuat,” tegasnya. Sadar dengan kondisi anaknya, Dian Sastro menyadari ada yang berbeda dengan buah hatinya.

Diansastro_kisahanakautis © 2019 brilio.net

foto: Instagram/@therealdisastr

“ Kita harus early intervention untuk mengetahui gejala dini pada anak. Kemudian, kita harus juga kontrol ke dokter tumbuh kembang anak,” ujar Dian. Shailendra langsung dibawa ke psikolog saat berumur 8 bulan. Dari pemeriksaan, 7 ciri spektrum autisme terlihat pada Shailendra.

Dari sini, terapi insentif dilakukan untuk mengurangi dampak autisme. Terapi seperti okupasi, wicara, dan perilaku membuat perkembangan Shailendra semakin membaik. “Alhamdulillah kabar baik, dengan intervensi lebih awal, di umur 6 tahun anak saya bisa dianggap seperti anak normal lainnya. Tidak perlu terapi lagi,” ungkapnya.