Brilio.net - Ki Manteb Soedharsono lahir dan dibesarkan dalam tradisi Jawa yang begitu kental. Hal ini membuat semua nilai-nilai hidup yang dianutnya berlandaskan kearifan filosofi Jawa. Sebagai keluarga dalang, ayah Ki Manteb, Ki Hardjo Brahim Hardjowijoyo, sudah menekankan latihan mendalang sejak dini. Hal tersebut dilakukan agar Ki Manteb mencintai dunia wayang, terutama menjadi dalang seperti ayahnya.

Oleh karena itu, kemunculan Ki Manteb dalam dunia dalang wayang bukan hal instan. Ada beragam laku prihatin yang mewarnai perjalanan hidup pemilik slogan khas pancen oye ini untuk menjadi seseorang yang menjiwai perannya sebagai dalang.

Dalang tersohor ini dalam kariernya pernah melakukan tirakat untuk membaktikan dirinya sebagai seorang dalang. Dilansir brilio.net dari Buku Ki Manteb Soedharsono, Profil dan Dalang Inovatif, penulis Nurdiyanto dan Sri Retna Astuti yang diterbikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015.

1. Puasa mutih

Ki Manteb © 2021 brilio.net

foto: freepik.com

Puasa mutih atau puasa yang hanya boleh makan nasi putih dan minum air putih. Puasa tersebut harus ia lakukan selamat 7 hari. Lalu, puasa tersebut dilanjutkan dengan puasa ngebleng atau tidak makan dan minum, tidak merokok, dan tidak tidur selama sehari semalam.

Selain itu, ia pernah melakukan tapa ngedan, yaitu berjalan kaki di jalan umum, mulai dari Solo sampai Wonogiri. Sepanjang perjalanan tersebut, Ki Manteb hanya boleh mengambil makan dan minum yang ditemuinya di jalan tanpa harus meminta izin kepada pemiliknya. Atas perbuatannya tersebut, ia pun dimaki-maki pemilik makanan dan minuman yang diambilnya.

2. Puasa di hari wetonnya

Ki Manteb © 2021 brilio.net

foto: Instagram/@waosansurakarta

Puasa weton merupakan puasa yang dilakukan setiap hari weton seseorang. Weton Ki Manteb jatuh pada hari Selasa Legi. Pada hari tersebut, Ki Manteb berpuasa dengan tidak makan dan tidak minum, tidak merokok, dan tidak melakukan hubungan suami istri. Menurut Ki Manteb, puasa weton adalah cerminan saat kelahirannya sebagai bayi yang belum bisa melakukan sesuatu. OLeh karenanya, Ki Manteb pun tidak melakukan apa-apa pada hari tersebut. Puasa weton menjadi sarana introspeksi dan mawas diri

3. Tidur di kotak wayang selama 40 hari

Ki Manteb © 2021 brilio.net

foto: Instagram/@amirfurniture.ina

Ki Manteb pernah juga tidur dalam kotak wayang selama 40 hari. Laku tersebut ia lakukan karena merupakan wasiat dari ayahnya, Ki Hardjo Brahim yang juga berprofesi sebagai dalang. Wasiat tersebut lahir dengan harapan bahwa di masa depan Ki Manteb memilih dalang sebagai panggilan jiwa, bukan sekadar tuntutan profesi yang digelutinya.

4. Membuat wayangnya sendiri untuk tiap lakon

Ki Manteb © 2021 brilio.net

foto: Instagram/@bayu__nug

Ki Manteb dikenal sebagai dalang yang membuat sendiri wayangnya. Setiap lakon yang ia ciptakan, ide membuat hingga eksekusinya menjadi wayang menjadi tanggung jawabnya. Baginya, setiap dalang harus tahu bagaimana cara membuat wayang, mulai dari menggambar tokoh wayang, menatah, menyungging, mewarnai hingga menggapit wayangnya.

Bagi Ki Manteb, laku tersebut dilakukan agar kualitas wayang kulit terus terjaga dan menjadi tanggung jawab sang dalang.

5. Menyampaikan hal baik dalam setiap pementasan wayang

Ki Manteb © 2021 brilio.net

foto: www.bkkbn.go.id

Setiap kali pementasan, Ki Manteb selalu membawa pesan-pesan baik yang bersumber dari filosofi dan spiritualitas Jawa. Hal ini membuatnya tidak ragu untuk memenuhi undangan menanggap wayang saat acara hajatan, nikahan, dan semacamnya.

Selain itu, Ki Manteb pernah turut sosialisasikan program-program pemerintah seperti program Keluarga Berencana (KB) yang dimulai saat Presiden Soeharto, melalui pementasan wayangnya. Hal ini kemudian membuat Ki Manteb harus mengetahui program-program pemerintah. Hal ini dilakukan sebab sebagian masyarakat waktu itu lebih percaya dalang daripada percaya pemerintah.


Reporter: Suhairi Ahmad