Brilio.net - Setiap tahun, umat Kristiani di seluruh dunia memperingati Jumat Agung, sebuah hari yang sangat bermakna dan penuh kesedihan. Jumat Agung adalah bagian dari rangkaian Pekan Suci yang memperingati sengsara dan wafatnya Tuhan Yesus Kristus di kayu salib. Hari ini bukan sekadar peristiwa sejarah, melainkan peristiwa iman yang mengingatkan kita akan kasih yang tak terukur dan pengorbanan yang tak ternilai. Di tengah kehidupan yang penuh tantangan dan kesibukan, momen ini menjadi ajakan untuk berhenti sejenak, merenung, dan menengok kembali makna sejati dari salib Kristus dalam hidup kita.

Menurut Injil Yohanes 19:30, saat Yesus menghembuskan napas terakhir-Nya, Ia berkata, “Sudah selesai!” Kata-kata ini bukanlah ungkapan kekalahan, melainkan pernyataan kemenangan. Yesus telah menyelesaikan misi-Nya untuk menebus dosa manusia. Salib yang dulunya simbol hukuman kini berubah menjadi simbol kasih dan pengharapan. Renungan Jumat Agung mengajak kita menyadari bahwa pengorbanan Kristus bukan hanya untuk dikenang, tapi juga untuk diresapi dan dihidupi setiap hari dalam tindakan nyata kita terhadap Tuhan dan sesama.

Jumat Agung juga menjadi waktu yang tepat untuk memperdalam pemahaman kita tentang arti penderitaan dan pengampunan. Dalam dunia yang sering kali penuh luka, kebencian, dan ketidakadilan, salib Kristus menjadi pengingat bahwa pengampunan lebih kuat dari kebencian, dan kasih Allah mampu menyembuhkan hati yang paling terluka. Banyak gereja di seluruh dunia mengadakan ibadah khusus pada hari ini, seperti jalan salib, perjamuan kudus, dan renungan malam, agar umat dapat semakin dekat dengan makna pengorbanan Kristus. Melalui momen ini, kita diajak untuk menyelaraskan hidup kita dengan teladan Yesus, yang memilih untuk mengasihi, bahkan hingga titik darah penghabisan.

Berikut renungan Jumat Agung 2025 yang dihimpun brilio.net dari berbagai sumber, Kamis (17/4).

Makna Jumat Agung

Renungan Jumat Agung 2025 © 2025 brilio.net

Renungan Jumat Agung 2025
© 2025 brilio.net/freepik.com

Jumat Agung bukan sekadar hari libur keagamaan. Ini adalah hari refleksi, hari saat kita menundukkan kepala dan hati, mengingat bahwa Yesus Kristus rela mati untuk menebus dosa-dosa umatnya.

Di tengah kesibukan dunia, kamu diingatkan bahwa kasih sejati tak selalu ditunjukkan lewat kata-kata, tapi melalui pengorbanan yang tulus.

"Tetapi Dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, Dia diremukkan oleh karena kejahatan kita..."
(Yesaya 53:5)

Ayat ini menggambarkan penderitaan Yesus dengan sangat dalam. Dia tak bersalah, namun memilih untuk menanggung kesalahan kita. Salib bukan hanya simbol penderitaan, tapi simbol harapan dan keselamatan.

Renungan singkat: makna salib dalam kehidupan sehari-hari

Ketika kita memandang salib, apa yang kita lihat?
Apakah hanya sekadar simbol di gereja, atau lambang di kalung kita?

Salib seharusnya mengubah cara kita hidup:

- Dari membalas dendam menjadi mengampuni.

- Dari mementingkan diri sendiri menjadi peduli sesama.

- Dari putus asa menjadi berharap.

- Dari hidup dalam dosa menjadi hidup dalam kasih karunia.

Jumat Agung mengajarkan bahwa kasih menuntut tindakan. Seperti Kristus mengasihi kita hingga akhir, kita pun dipanggil untuk mengasihi tanpa syarat.

Doa pendek Jumat Agung

Tuhan Yesus, terima kasih atas kasih dan pengorbanan-Mu di kayu salib. Ajar aku untuk hidup dalam kasih yang sejati, mengampuni seperti Engkau, dan menjadi terang di tengah dunia. Amin.

Renungan inti: ketika salib berbicara dalam diam

Di tengah penderitaan Yesus, tidak ada keluhan yang keluar dari mulut-Nya. Justru yang terdengar adalah kata-kata pengampunan:

“Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”
(Lukas 23:34)

Ini adalah salah satu kalimat paling dahsyat yang pernah diucapkan di dunia. Bagaimana mungkin seseorang yang disiksa, dihina, dan disalib justru mendoakan orang yang menyakitinya? Di sinilah letak kekuatan salib — kasih yang melampaui logika manusia. Kita diajak untuk belajar mengampuni, bahkan ketika itu terasa mustahil. Sebab di kayu salib, kita melihat bahwa pengampunan bukanlah kelemahan, tapi kekuatan surgawi.

Jumat Agung bukan hanya tentang Yesus yang menderita, tapi juga tentang respon kita sebagai umat-Nya. Apakah kita masih menyimpan dendam? Apakah kita hidup dalam dosa yang sama berulang-ulang? Apakah kita benar-benar menyadari harga mahal yang telah dibayar di salib untuk hidup kita? Ini saatnya untuk merenung, bertobat, dan memperbarui hati kita. Karena salib tidak hanya mengingatkan kita akan kematian Kristus, tetapi juga membangunkan kita untuk hidup baru dalam kasih dan kebenaran.

Ayat renungan pendukung

Renungan Jumat Agung 2025 © 2025 brilio.net

Renungan Jumat Agung 2025
© 2025 brilio.net/freepik.com

Berikut beberapa ayat Alkitab yang bisa menjadi perenungan pribadi saat Jumat Agung:

Yesaya 53:5
"Tetapi Dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, Dia diremukkan oleh karena kejahatan kita..."

1 Petrus 2:24
"Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib..."

Yohanes 15:13
"Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya."

Roma 5:8
"Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa."