Brilio.net - Menjelang peringatan Jumat Agung dalam tradisi Gereja Katolik dan Kristen, umat diajak untuk memasuki masa penuh perenungan dan doa yang dikenal sebagai Triduum Paskah. Salah satu momen sakral yang dilaksanakan pada malam Kamis Putih adalah Tuguran Kamis Putih. Tuguran ini merupakan waktu khusus untuk berjaga dan berdoa bersama, mengingat kembali penderitaan Yesus di Taman Getsemani sebelum Ia ditangkap dan disalibkan. Dalam keheningan malam, umat diajak untuk menemani Yesus yang sedang berdoa, sebagaimana para murid dahulu diminta-Nya untuk berjaga.

Tuguran bukan sekadar kegiatan doa biasa, tetapi bentuk devosi yang dalam dan penuh makna. Ia mengajak setiap umat untuk masuk dalam suasana batin Yesus yang diliputi kesedihan dan ketakutan menjelang sengsara-Nya. Oleh karena itu, Tuguran Kamis Putih biasanya dilakukan dalam suasana yang hening, sederhana, dan penuh penghayatan. Banyak gereja menyediakan waktu sepanjang malam bagi umat yang ingin berjaga secara bergiliran di hadapan Sakramen Mahakudus yang telah dipindahkan ke tempat penyimpanan sementara.

Tradisi ini berakar dari sabda Yesus kepada murid-murid-Nya di Taman Getsemani, "Tidakkah kamu sanggup berjaga satu jam dengan Aku?" (Matius 26:40). Kalimat ini menjadi undangan rohani yang terus relevan hingga kini: untuk berjaga bersama-Nya dalam doa.

Berikut ulasan lengkapnya mengenai Tuguran Kamis Putih, doa-doa yang bisa dipanjatkan, serta tata cara pelaksanaannya agar umat dapat menghayati momen ini dengan lebih khusyuk dan penuh iman, dihimpun brilio.net dari berbagai sumber, Kamis (17/4).

Makna Tuguran Kamis Putih

Tuguran Kamis Putih menjelang Jumat Agung © 2025 brilio.net

Tuguran Kamis Putih menjelang Jumat Agung
© 2025 brilio.net/freepik.com

Tuguran Kamis Putih bukan hanya kegiatan doa malam biasa. Ia merupakan bagian dari perayaan Kamis Putih yang memperingati Perjamuan Terakhir antara Yesus dan para murid-Nya. Setelah Perjamuan, Yesus pergi ke Taman Getsemani untuk berdoa, mempersiapkan diri menghadapi penderitaan dan kematian-Nya. Dalam keheningan taman itulah, Yesus merasakan kecemasan yang mendalam dan mengajak murid-murid-Nya untuk berjaga bersama-Nya.

Tuguran menjadi kesempatan umat untuk menyatukan diri dengan Yesus dalam doa dan pengorbanan-Nya. Dengan berjaga di hadapan Sakramen Mahakudus, umat diajak untuk merenungkan kasih Allah yang begitu besar, sekaligus menyadari betapa pentingnya kesetiaan dan penghiburan dalam iman. Tuguran juga menjadi momen introspeksi batin menjelang puncak misteri Paskah.

Tata cara pelaksanaan Tuguran Kamis Putih

Berikut ini adalah tata cara umum pelaksanaan Tuguran Kamis Putih yang bisa dilakukan di gereja maupun secara pribadi di rumah, jika tidak memungkinkan hadir di gereja:

1. Persiapan batin dan tempat

- Bersihkan dan siapkan ruang doa yang tenang dan rapi.

- Jika di gereja, Tuguran dilakukan di hadapan Sakramen Mahakudus dalam Tabernakel atau repositori.

- Jika di rumah, siapkan salib, lilin, dan Kitab Suci untuk mendukung suasana doa.

- Awali dengan Lagu Pembuka (Opsional):

- Lagu pujian atau penyembahan seperti "Tinggal Sertaku, Tuhan" atau "O Sacrament Most Holy" bisa dinyanyikan secara lembut.

2. Tanda salib dan doa pembuka:

- Tanda Salib: Dalam Nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus. Amin.

- Doa pembuka: “Tuhan Yesus, dalam kesunyian malam ini kami datang untuk berjaga bersama-Mu, menemani-Mu dalam penderitaan-Mu di Taman Getsemani. Berilah kami hati yang setia, agar kami mampu bertahan dan setia sampai akhir. Amin.”

- Pembacaan Injil (Matius 26:36-46):

- Bacalah kisah Yesus di Getsemani secara perlahan dan penuh penghayatan.

3. Renungan atau saat hening

- Renungkan ayat-ayat Kitab Suci atau refleksi tentang pengorbanan Yesus.

- Hening selama beberapa menit untuk menyatu dalam doa batin.

4. Doa-doa devosi

Bisa dilanjutkan dengan doa Rosario, Doa Koronka Kerahiman Ilahi, atau doa pribadi.

Berikut salah satu doa Tuguran Kamis Putih:

- Doa Tuguran:
“Tuhan Yesus, kami menemani-Mu malam ini dalam kesepian-Mu. Ajarlah kami berjaga bersama-Mu, seperti Maria dan murid yang Engkau kasihi. Jangan biarkan kami tertidur dalam kelesuan rohani, tetapi bangkitkan semangat kami untuk setia hingga akhir. Dalam kerendahan hati, kami mohon belas kasih-Mu bagi dunia yang terluka. Amin.”

5. Penutup

- Doa Bapa Kami, Salam Maria, dan Kemuliaan.

6. Akhiri dengan tanda Salib.

7. Lagu penutup (Opsional)

Lagu hening seperti "Stay With Me" atau "Were You There When They Crucified My Lord?"

Sejarah singkat Tuguran Kamis Putih

Tradisi Tuguran memiliki akar dalam liturgi Gereja sejak abad-abad awal Kekristenan. Setelah Misa Perjamuan Kudus di Kamis Putih, Sakramen Mahakudus dipindahkan dari altar utama ke tempat penyimpanan sementara atau repositori. Tujuannya adalah untuk memfasilitasi umat yang ingin berdoa dan berjaga bersama Yesus dalam keheningan malam hingga tengah malam atau dini hari. Ini menjadi lambang persekutuan batin dengan Yesus yang mengalami kesedihan di Getsemani sebelum pengkhianatan Yudas dan penangkapan-Nya.

Simbol-simbol liturgi Kamis Putih dan Tuguran

- Pembasuhan kaki

Dalam Misa Kamis Putih, terdapat ritual pembasuhan kaki yang mengingatkan kita pada tindakan Yesus yang membasuh kaki para murid-Nya sebagai bentuk kerendahan hati dan pelayanan. Tuguran adalah kelanjutan dari semangat ini: melayani Yesus dalam doa.

- Pemindahan sakramen Mahakudus

Setelah misa, Sakramen Mahakudus dipindahkan dan ditempatkan di repositori yang dihiasi secara sederhana dan penuh hormat. Ini menjadi pusat perhatian doa selama Tuguran berlangsung.

- Altar ditutupi dan tanpa lonceng

Setelah Kamis Putih, altar utama dilucuti dan lonceng gereja tidak dibunyikan hingga malam Paskah, sebagai tanda duka atas sengsara Kristus. Suasana hening ini mendukung semangat kontemplatif dalam Tuguran.

- Waktu dan durasi Tuguran

Umumnya Tuguran dimulai setelah Misa Kamis Putih dan berlangsung hingga tengah malam, atau dalam beberapa tradisi, bahkan hingga Jumat pagi sebelum liturgi Jumat Agung dimulai. Di beberapa paroki, umat mendaftar dalam jadwal jam berjaga (misalnya setiap 30 menit atau 1 jam) secara bergiliran agar doa berlangsung terus-menerus sepanjang malam.

Tips untuk menghayati Tuguran dengan lebih mendalam

Tuguran Kamis Putih menjelang Jumat Agung © 2025 brilio.net

Tuguran Kamis Putih menjelang Jumat Agung
© 2025 brilio.net/freepik.com

- Datang dengan hati tenang dan terbuka, tinggalkan sejenak kesibukan dunia.

- Bawa Alkitab, buku doa, atau rosario untuk mendukung suasana kontemplatif.

- Gunakan waktu hening untuk mendengar suara Tuhan, bukan sekadar memanjatkan permohonan.

- Ajak keluarga atau sahabat untuk berdoa bersama, menjadikan Tuguran sebagai pengalaman iman yang mempererat kasih persaudaraan.

Kutipan inspiratif untuk Tuguran

“Tidakkah kamu sanggup berjaga satu jam dengan Aku?” (Matius 26:40)

“Yesus, dalam malam penuh duka, Engkau tidak menuntut jawaban, hanya satu hal: temani Aku.”