Racikan gerak tari, alunan lagu, dan musik yang apik

Pagelaran Sabang Merauke © 2022 brilio.net

Para punggawa pertunjukan mulai dari sutradara, penata musik, dan penata tari berhasil memadukan racikan gerak dan tari serta alunan musik dan lagu menjadi satu tarikan nafas sehingga menciptakan harmoni karya yang utuh secara kontemporer yang dapat dinikmati anak-anak muda.    

Pagelaran yang berlangsung kurang lebih satu jam ini makin semarak dengan balutan busana daerah aneka warna para penampil yang glamour tanpa menegasikan ciri khas etnik budaya masing-masing daerah di Indonesia. Konsep tata panggung serta audio visual yang ditampilkan juga membuat pertunjukan ini semakin paripurna.    

Pagelaran Sabang Merauke © 2022 brilio.net

Penggalan bait lagu Tanah Airku yang dibawakan Kikan menjadi pembuka yang apik. Disusul lagu Bungong Jeumpa yang diikuti beberapa gerak tari termasuk Tari Saman dari Aceh diracik secara selaras yang membuat awal pertunjukan langsung memukau penonton.

Sejurus itu, seraya tanpa jeda sejumlah lagu dan tari dari Pulau Sumatera dimainkan. Sebut saja lagu Sik Sik Sibatumanikam dari Sumatera Utara yang enerjik membuat pertunjukan ini makin semarak.

Bergeser ke Pulau Jawa, pertunjukan semakin berwarna dengan penampilan lagu Manuk Dadali dari Jawa Barat. Disusul Ondel-Ondel dari Betawi dengan sajian koreografer kekinian yang menampilkan gaya hidup anak muda metropolitan, termasuk fenomena yang pernah tren belum lama ini, Citayam Fashion Week. Slebew!!!, Begitu salah satu penari meniru gaya Jeje.     

Pagelaran Sabang Merauke © 2022 brilio.net

Lagu Yen Ing Tawang menjadi salah satu simbolisasi etnik yang ditampilkan mewakili Pulau Jawa di susul alunan lagu Rek Ayo Rek dipadu gerak tari Buto Cakil yang mewakili Jawa Timur. Pertunjukan semakin memukau dengan penampilan Janger yang mewakili Pulau Dewata.

Masuk ke Pulau Kalimantan, lagu Ampar-ampar Pisang asal Kalimantan Selatan karya Hamiedan AC yang bertempo moderato dilantunkan Kikan secara apik. Menariknya, dalam membawakan lagu ini Kikan menyisipkan bunyi-bunyian Sape, alat musik petik suku Dayak. Komposisi ini membuat lagu yang biasa dinyanyikan anak-anak sebagai pengiring dalam permainan memiliki unsur magis.    

Mata para penonton juga semakin dimanjakan dengan kehadiran adi busana karya desainer dan rumah mode ternama Indonesia seperti Era Sukamto, Ivan Gunawan, Iwan Tirta Private Collection, Ghea Panggabean, Denny Wirawan, Danny Satriadi, Priyo Oktaviano, Griya Ageman, Sanggar Kancil Art, Opi Bachtiar, Levico Butik, Laxmi Tailor, Rinaldi A. Yunardi, dan Bagas Nitorang di sela-sela pertunjukan.