Dampak serangan Pandemi Covid-19.

Easting Medi seniman Borobudur © 2022 brilio.net

Easting Medi seniman Borobudur
© 2022 brilio.net/Muhammad Reza Ariski

Pada tahun 2013 hingga tahun 2019 merupakan tahun kejayaan Ismedi, dimana hasil karyanya banyak dibeli oleh wisatawan mancanegara dan kerap mengikuti berbagai pameran lukisan di beberapa tempat. Hingga pada awal tahun 2020 virus Covid-19 masuk ke Indonesia dan melumpuhkan berbagai sektor kehidupan yang ada di dunia. Pada saat itu Ismedi mengaku sebagai seorang pelukis yang mengandalkan kehidupannya dari menjual karya lukisnya kepada wisatawan yang berkunjung di Borobudur sangat kacau, lantaran tak ada lagi wisatawan yang berkunjung bahkan dirinya sendiri sulit untuk keluar membeli cat lukis. Alhasil dari situlah dirinya kembali memutar otak untuk tetap berkarya meski dengan keterbatasan bahan.

Dari hobi lainnya yang gemar menanam tumbuh-tumbuhan rempah atau empon-empon, Ismedi mencoba untuk membuat lukisan yang berbahan dasar empon-empon. Empon-empon yang digunakan diantaranya kunyit, temulawak, dan temugiring untuk pewarna serta temuireng, kunyit putih, dlingo, bengle, hingga kencur untuk penambah aroma dalam lukisannya tersebut. Namun dari sembilan empon-empon tersebut, kunyit lah yang memiliki pewarnaan paling kuat. Saat hendak digunakan melukis, empon-empon akan dikupas dan diparut. Lalu, parutan empon-empon tersebut diperas dan diambil airnya lalu air sari tersebut direbus hingga matang. Hal itu untuk lebih memunculkan warna dan menghindari lukisannya nanti berjamur. Untuk membuat lukisan empon-empon tidak pudar, Ismedi menggunakan cuka dan air kapur untuk mengunci warna dari empon-empon, hal itu ia dapatkan dari salah satu pengrajin batik berbahan dasar pewarna alami di daerahnya.

Filosofi empon-empon dalam lukisannya.

Easting Medi seniman Borobudur © 2022 brilio.net

Easting Medi seniman Borobudur
© 2022 brilio.net/Muhammad Reza Ariski

Empon-empon sendiri biasanya digunakan sebagai bahan masakan ataupun jamu untuk menjaga kesehatan. Empon-empon juga merupakan salah satu kekayaan yang dimiliki Indonesia, lantaran tak banyak negara yang memiliki tumbuh-tumbuhan semacam ini. "Sejak zaman dahulu, nenek moyang kita sudah banyak memanfaatkan empon-empon sebagai jamu, yang mana jamu sendiri kan asli Indonesia. Jadi saya juga ingin menunjukkan kepada masyarakat luas untuk memperkenalkan tentang empon-empon, tentunya lewat sebuah lukisan yang saya buat sendiri,” ujar Ismedi. Kedepannya Ismedi berharap jika lukisan empon-empon sendiri bisa menjadi salah satu bentuk pengenalan budaya Indonesia kepada negara-negara lain. Lukisan empon-empon karya ismedi ini sudah banyak mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak, salah satunya dari Pak Ganjar saat berkunjung ke Borobudur beberapa waktu lalu.

Harga lukisan Empon-empon.

Easting Medi seniman Borobudur © 2022 brilio.net

Easting Medi seniman Borobudur
© 2022 brilio.net/Muhammad Reza Ariski

Meskipun lukisan ini masih dalam pengembangan lebih lanjut, namun wisatawan yang tak sabar untuk membeli lukisan ini. Harga untuk lukisan kepala Budha dengan ukuran 40×50 sentimeter, dibandrol dengan harga Rp 3,5 juta untuk wisatawan lokal dan Rp 7 juta untuk wisatawan mancanegara. Sedangkan lukisan dengan ukuran 80×100 sentimeter dijual dengan harga kurang lebih sekitar Rp 7 juta untuk warga lokal dan Rp 14 juta untuk wisatawan mancanegara. Lalu, ukuran 150×200 sentimeter dijual dengan harga kurang lebih Rp 30 juta.

 

Magang: Muhammad Reza Ariski