Terdapat beberapa bentuk perilaku bullying meliputi:

1. Perundungan fisik.

Melibatkan tindakan agresif secara fisik, seperti memukul, menendang, menjambak rambut, atau melakukan kekerasan fisik lainnya.

2. Perundungan verbal.

Termasuk penghinaan, ejekan, pengolokan, mengancam, atau menyebarkan rumor yang merendahkan atau merugikan seseorang secara lisan.

3. Perundungan verbal non-verbal.

Melibatkan penggunaan bahasa tubuh, ekspresi wajah, atau gerakan yang menyakiti, merendahkan, atau mengintimidasi orang lain tanpa menggunakan kata-kata.

4. Perundungan sosial.

Termasuk mengisolasi, mengucilkan, atau menghindari seseorang dengan tujuan membuatnya merasa terasing dan tidak diterima di dalam kelompok sosial.

5. Perundungan elektronik (cyberbullying).

Terjadi melalui media sosial, pesan teks, email, atau platform online lainnya. Ini bisa melibatkan penghinaan, pengolokan, penyebaran rumor, pengungkapan informasi pribadi, atau ancaman secara online.

Perilaku bullying memiliki dampak negatif yang serius pada korban. Adapun dampak perilaku bullying sebagai berikut:

Contoh perilaku bullying di rumah © 2023 brilio.net

foto: pexels.com

1. Dampak psikologis

Korban bullying sering mengalami stres, kecemasan, depresi, rendah diri, perasaan terisolasi, dan bahkan berpikir untuk bunuh diri.

2. Dampak sosial.

Bullying dapat menyebabkan isolasi sosial, kesulitan dalam menjalin hubungan, dan kerugian dalam interaksi sosial.

3. Dampak akademik.

Korban bullying sering mengalami penurunan kinerja akademik, absensi yang lebih tinggi, mengalami penurunan nilai raport dan kesulitan berkonsentrasi di sekolah.

4. Dampak fisik.

Beberapa bentuk bullying fisik dapat menyebabkan cedera fisik dan kesehatan yang buruk pada korban.

Patut dipahami bahwa tindakan bullying bukanlah perilaku yang dapat dibiarkan atau dianggap sebagai bagian normal dari kehidupan. Setiap orang berhak untuk hidup dengan aman dan dihormati. Penting bagi individu, keluarga, sekolah, dan masyarakat secara keseluruhan untuk bekerja sama untuk mencegah dan mengatasi perilaku bullying dengan menciptakan lingkungan yang inklusif, mendukung, dan tanpa kekerasan.

Contoh perilaku bullying di rumah.

Contoh perilaku bullying di rumah © 2023 brilio.net

foto: pexels.com

1. Kekerasan secara verbal.

Seorang anggota keluarga secara terus-menerus menghina, menghina, atau mengancam anggota keluarga lainnya dengan menggunakan kata-kata yang kasar atau merendahkan. Perilaku seperti ini dapat merusak mental anak maupun anggota keluarga.

2. Kekerasan secara fisik.

Seorang anggota keluarga melakukan tindakan kekerasan fisik terhadap anggota keluarga lainnya, seperti memukul, menendang, atau melakukan tindakan yang menyebabkan cedera fisik. Perilaku seperti itu yang dilakukan secara terus menerus dapat dikatakan tindakan bullying yang merujuk pada kekerasan dalam rumah tangga. Tentu hal ini tidak dibenarkan dan perlu proses hukum yang berlaku.

3. Tindakan pengabaian pada anak atau anggota keluarga.

Seorang anggota keluarga secara sengaja mengabaikan kebutuhan emosional, fisik, atau psikologis anggota keluarga lainnya. Misalnya, menolak memberikan dukungan, perhatian, atau menyisihkan waktu untuk berinteraksi dengan anggota keluarga tersebut.

4. Tindakan pengasingan dengan sengaja.

Seorang anggota keluarga secara sengaja mengisolasi atau menghindari anggota keluarga lainnya, membuat ia merasa terasing dan tidak diterima dalam lingkungan keluarga. Apabila terus berlanjut anak atau anggota keluarga merasa tidak dihargai dan tidak dianggap yang berdampak pada kondisi mentalnya.

5. Kekerasan secara emosional.

Seorang anggota keluarga secara terus-menerus mempermainkan, memanipulasi, atau mengintimidasi anggota keluarga lainnya untuk mendapatkan kekuatan atau kontrol atasnya.

6. Cyberbullying dalam lingkungan rumah.

Penggunaan teknologi seperti pesan teks, media sosial, atau email untuk menghina, mengintimidasi, atau mempermalukan anggota keluarga lainnya secara online.

7. Pemfitnahan.

Seorang anggota keluarga secara terus-menerus mengkritik, mencela, atau meremehkan penampilan fisik, keterampilan, atau prestasi anggota keluarga lainnya. Tindakan seperti ini dapat berdampak buruk bagi korban yang mana korban menjadi tidak percaya diri dan enggan untuk bersosialisasi.

8. Pengawasan dan kontrol yang berlebihan.

Seorang anggota keluarga secara terus-menerus membatasi kebebasan dan otonomi anggota keluarga lainnya, mengontrol setiap aspek kehidupannya, atau melibatkan pengawasan yang berlebihan. Seperti dilarang dan membatasi anak dalam bersosialisasi. Pembatasan yang dilakukan pun secara berlebihan hingga membuat anak atau anggota keluarga merasa tidak berguna atau terkurung pada lingkungan rumah. Hal ini tidak baik untuk tumbuh kembang anggota keluarga. Oleh karena itu, perilaku bullying perlu dihindari oleh seluruh anggota keluarga.