Brilio.net - Mitos pantai selatan Jawa selalu menyimpan cerita misterius yang melekat di hati masyarakat. Larangan memakai baju warna hijau saat berkunjung ke pantai selatan sudah ada sejak zaman dahulu kala. Kepercayaan ini terkait erat dengan sosok penguasa laut selatan, Nyi Roro Kidul.
Banyak wisatawan yang mengaku pernah mengalami kejadian aneh saat nekat mengenakan pakaian berwarna hijau di kawasan pantai selatan. Mereka melaporkan berbagai pengalaman tidak mengenakkan mulai dari sakit mendadak hingga terseret ombak. Melalui kisah-kisah inilah yang membuat mitos larangan kenakan baju hijau di pantai selatan terus berkembang hingga kini.
Terlebih masyarakat sekitar yang kerap memperingatkan pengunjung untuk tidak menantang mitos tersebut. Pasalnya warna hijau diyakini sebagai warna kesukaan Nyi Roro Kidul yang konon akan menarik siapapun yang memakainya ke dalam kerajaannya.
Beberapa orang yang pernah melanggar pantangan ini mengaku didatangi sosok misterius dalam mimpi mereka. Meski di era modern seperti sekarang, kepercayaan tentang larangan berbaju hijau di pantai selatan masih dipegang teguh oleh masyarakat sekitar.
Lantas apa saja mitos larangan kenakan baju hijau di pantai selatan ini? Yuk simak penjelasannya di bawah ini yang dilansir brilio.net dari berbagai sumber, Senin (11/11)
Makna mitos larangan kenakan baju hijau di Pantai selatan
1. Warna kebesaran Nyi Roro Kidul
Hijau dipercaya sebagai warna kebesaran dan kesukaan Nyi Roro Kidul sebagai penguasa Laut Selatan. Kepercayaan ini berasal dari kisah-kisah turun temurun yang menceritakan sosok Nyi Roro Kidul selalu mengenakan gaun berwarna hijau zamrud saat menampakkan diri. Masyarakat percaya, siapapun yang mengenakan warna yang sama dengan sang ratu penguasa laut selatan dianggap lancang dan tidak sopan.
2. Simbol pemikat supernatural
Warna hijau diyakini memiliki daya pikat supernatural yang kuat terhadap makhluk halus penghuni pantai selatan. Menurut para sesepuh, warna hijau bisa menjadi semacam "undangan" bagi Nyi Roro Kidul untuk mendatangi orang yang memakainya. Energi yang terpancar dari warna hijau konon dapat menarik perhatian para penghuni alam gaib di sekitar pantai selatan.
3. Tanda penghormatan pada penguasa laut
Larangan ini juga bermakna sebagai bentuk penghormatan pada Nyi Roro Kidul sebagai penguasa laut selatan. Masyarakat pesisir selatan Jawa meyakini bahwa tidak mengenakan warna hijau menjadi salah satu cara menunjukkan rasa hormat sekaligus tidak menantang kekuasaan sang ratu. Hal ini berkaitan dengan kepercayaan lokal tentang pentingnya menjaga hubungan harmonis dengan alam gaib.
4. Perlindungan dari bahaya laut
Para nelayan maupun masyarakat pesisir memaknai larangan ini sebagai bentuk perlindungan diri dari bahaya laut. Mereka percaya bahwa dengan tidak mengenakan warna hijau, bisa terhindar dari musibah seperti terseret ombak atau tenggelam. Pengalaman-pengalaman mistis yang dialami orang-orang yang melanggar pantangan ini semakin menguatkan kepercayaan tersebut.
5. Warisan kearifan lokal
Mitos ini mengandung makna pelestarian kearifan lokal yang sudah ada sejak berabad-abad lalu. Larangan memakai baju hijau menjadi bagian dari identitas budaya masyarakat pesisir selatan Jawa yang diturunkan dari generasi ke generasi. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya mencerminkan hubungan manusia dengan alam dan kekuatan supernatural.
6. Pengingat untuk selalu waspada
Larangan ini juga bermakna sebagai pengingat untuk selalu waspada dan tidak sembrono saat berada di pantai selatan. Masyarakat memaknainya sebagai bentuk peringatan agar pengunjung tetap menjaga sikap maupun perilaku. Hal ini berkaitan dengan karakteristik pantai selatan yang terkenal memiliki ombak besar serta arus yang berbahaya.
7. Penyeimbang ekosistem spiritual
Dalam kepercayaan Jawa, larangan ini memiliki makna sebagai penjaga keseimbangan ekosistem spiritual antara alam nyata dan alam gaib. Masyarakat meyakini bahwa dengan mematuhi pantangan ini, keselarasan antara dua dunia tersebut tetap terjaga. Keharmonisan ini dianggap penting untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
8. Bentuk kepatuhan pada leluhur
Mitos ini juga dimaknai sebagai bentuk kepatuhan pada petuah leluhur. Masyarakat pesisir menganggap bahwa mematuhi larangan ini menjadi cara menghormati warisan kebijaksanaan dari para pendahulu mereka. Pelanggaran terhadap pantangan ini dianggap sebagai bentuk pembangkangan terhadap ajaran leluhur.
9. Penanda batas teritori spiritual
Larangan mengenakan baju hijau juga bermakna sebagai penanda batas teritori spiritual antara dunia manusia dan kerajaan Nyi Roro Kidul. Masyarakat mempercayai bahwa pantai selatan adalah wilayah perbatasan antara dua alam yang berbeda. Warna hijau dianggap sebagai penanda yang bisa mengaburkan batas tersebut sekaligus membuat seseorang rentan terhadap gangguan makhluk halus.
Recommended By Editor
- 5 Resep serba daging ala Nusantara, praktis, lezat, dan menggugah selera
- Ternyata nggak hanya bikin rezeki seret, 8 mitos menyapu di malam hari yang banyak dipercaya
- "Happiness Journey to be #GenHappineZ" persembahan kolaborasi Sasa dan Naturally Speaking by Erha
- 10 Mitos kupu-kupu masuk ke rumah, benarkah pertanda ada yang rindu sama kamu?
- 5 Resep camilan untuk teman nonton, mudah, lezat, dan berempah
- 7 Mitos tiba-tiba keseleo, jangan-jangan lupa pamitan sama penunggu rumah
- 15 Mitos tentang tubuh ini masih dipercaya hingga kini, dari cegukan hingga kedutan
- Konon ada makhluk tak kasat mata, 8 mitos anak kecil ketawa sendiri yang bikin merinding
- Buang nasi bisa membuatnya menangis, kenali asal usul mitos ini