Brilio.net - Nasi menjadi makanan pokok yang sangat dihormati masyarakat. Orang tua zaman dulu selalu mengajarkan anak-anaknya untuk tidak membuang-buang nasi. Nggak heran kalau banyak diceritakan mitos bahwa nasi yang dibuang akan menangis lalu mengadu kepada Dewi Sri (Dewi Padi).
Tujuannya tak lain tak bukan adalah mengajarkan setiap orang untuk menghargai makanan dan tidak menyia-nyiakannya. Selain itu, banyak yang percaya bahwa membuang nasi berarti tidak menghormati usaha petani yang sudah bekerja keras menanam padi.
Nasi dianggap sebagai simbol rezeki, sehingga menyia-nyiakannya sama saja dengan mengundang kesialan. Larangan ini telah menjadi bagian dari budaya yang diwariskan turun-temurun dalam keluarga. Asal-usul mitos ini tidak lepas dari nilai-nilai tradisional yang menekankan pentingnya bersyukur serta menghargai berkah.
Kisah-kisah yang beredar biasanya dibumbui dengan cerita mistis agar lebih meyakinkan. Walaupun terdengar sederhana, mitos ini menjadi pengingat untuk tidak mengambil makanan lebih dari yang bisa dihabiskan.
Berikut asal-usul mitos buang nasi bisa membuatnya menangis, dilansir brilio.net dari berbagai sumber pada Sabtu (8/11).
foto: freepik.com/KamranAydinov
Asal usul mitos buang nasi bisa membuatnya menangis berakar pada nilai-nilai tradisional yang dianut oleh masyarakat Indonesia. Mitos ini pertama kali muncul sebagai bentuk pengajaran untuk menghargai makanan, terutama nasi yang dianggap sebagai simbol kemakmuran dan rezeki.
Orang tua sering menasihati anak-anaknya untuk tidak menyisakan nasi, apalagi membuangnya, dengan kisah bahwa butiran nasi yang tersisa akan 'menangis' dimaksudkan supaya melalui cerita ini anak-anak memiliki rasa hormat terhadap makanan yang ada di meja, karena nasi dianggap hasil jerih payah yang panjang mulai dari proses penanaman hingga penyajian.
foto: freepik.com/jcomp
Secara historis, Indonesia merupakan negara agraris di mana sebagian besar masyarakatnya menggantungkan hidup dari bertani, terutama menanam padi. Karena itulah, nasi atau padi bukan hanya dianggap makanan pokok, tetapi juga bagian dari kehidupan serta identitas masyarakat.
Dalam budaya Jawa, misalnya, ada keyakinan bahwa padi adalah berkah yang diberikan oleh Dewi Sri yakni dewi kesuburan dan pelindung tanaman padi. Dari kepercayaan inilah, membuang nasi sama artinya dengan tidak menghargai berkah serta usaha para petani, sehingga dapat mendatangkan kesialan ataupun nasib buruk.
foto: freepik.com/jcomp
Di sisi lain, larangan ini juga mencerminkan ajaran moral maupun etika yang berusaha ditanamkan dalam masyarakat. Orang tua menyampaikan mitos ini agar anak-anak tidak berlebihan dalam mengambil makanan dan selalu menyelesaikan apa yang telah diambilnya.
Membuang makanan, khususnya nasi, dipandang sebagai tindakan yang kurang menghargai berkah yang telah diberikan. Oleh karena itu, mitos "nasi menangis jika dibuang" sebenarnya bukan untuk menakut-nakuti, melainkan sebagai pengingat agar setiap orang lebih bijak sekaligus tidak boros dalam mengonsumsi makanan.
Recommended By Editor
- 5 Resep camilan ala restoran, mudah, murah, dan rasanya juara
- Viral aksi perempuan berani lawan maling motor, ini 11 tips cegah kendaraan digasak pencuri
- 9 Mitos kejadian déjà vu yang bikin mikir ulang, bukan sekadar tanda kebetulan
- 8 Makna mitos larangan menikah di bulan suro, nggak cuma datangkan kesialan
- Nggak cuma soal rezeki nyangkut, 7 mitos gigi gingsul ini tak banyak orang tahu
- 9 Mitos seputar diabetes ini sering dipercaya, termasuk makanan manis jadi penyebab utamanya
- Hati-hati disalahgunakan, ketahui cara cek KTP dipakai pinjol ilegal atau tidak
- Ternyata bukan cuma tanda galau, ini arti 7 mitos hujan di siang bolong yang jarang dibahas