Brilio.net - Setiap tanggal 21 April, bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini sebagai bentuk penghormatan kepada Raden Ajeng Kartini — pahlawan emansipasi perempuan yang telah membuka jalan bagi kesetaraan dan keberdayaan perempuan. Momen ini menjadi saat yang tepat untuk merefleksikan semangat juang Kartini dalam bentuk karya sastra yang menyentuh, salah satunya puisi. Melalui bait-bait indah, kita bisa menyuarakan isi hati, perjuangan, dan kebanggaan terhadap sosok perempuan tangguh yang terus menginspirasi dari masa ke masa.

Puisi Hari Kartini 2025 kali ini mengusung tema "Suara Hati Perempuan Tangguh Sepanjang Masa", menghadirkan 30 puisi pilihan yang menggambarkan berbagai sisi perempuan: dari kegigihan, pengorbanan, hingga kasih sayang yang tak pernah padam. Tak hanya mengangkat nilai-nilai perjuangan, setiap puisi juga mencoba menangkap realita dan harapan perempuan masa kini — yang terus melangkah maju tanpa melupakan akar sejarahnya.

Kumpulan puisi ini cocok dibacakan dalam upacara peringatan Hari Kartini, diposting di media sosial sebagai bentuk penghormatan, atau dijadikan bahan renungan pribadi, dihimpun brilio.net dari berbagai sumber, Senin (21/4).

Dengan gaya bahasa yang puitis namun penuh makna, semoga puisi-puisi ini bisa menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan, antara suara hati dan suara perubahan. Mari rayakan Hari Kartini 2025 dengan kata, rasa, dan semangat yang membara!

Perempuan tangguh

Puisi Hari Kartini 2025, © 2025 brilio.net

 

Puisi Hari Kartini 2025,
© 2025 brilio.net/freepik.com

1. Jejak Langkah Kartini
Jejak langkahmu menapak sejarah
Membelah gelap dengan cahaya sabar
Perempuan yang tak hanya melahirkan
Tapi juga memerdekakan pemikiran

2. Kain dan Pena
Kau menjahit harapan di ujung jarimu
Sembari menulis mimpi dengan pena waktu
Tak gentar oleh batas dunia
Perempuan, kaulah makna merdeka

3. Tegar di Tengah Badai
Angin menerpa, badai mengguncang
Namun kau tetap berdiri, tak goyah barang
Tak hanya kuat, tapi bijaksana
Itulah perempuan, penjaga dunia

4. Kartini Masa Kini
Bukan lagi hanya di balik tirai
Kini suara perempuan menggema ramai
Di ruang kerja, mimbar, dan jalan
Melanjutkan perjuangan dengan harapan

5. Wajah Pagi
Kau adalah pagi yang tak pernah lelah
Menjemput mentari, meski lelap belum luruh
Dengan senyum, dengan doa
Menghidupkan hari, menyuburkan asa

6. Di Ujung Kuku Ibu
Kukunya retak oleh kerja
Namun kasihnya tetap setia
Ibu, engkau Kartini sejati
Yang mencintai dalam diam dan sunyi

7. Tak Pernah Rapuh
Mereka bilang kau lemah
Tapi setiap luka kau rawat dengan tabah
Perempuan itu bukan rapuh
Tapi mampu sembuh sambil tersenyum utuh

8. Pilar Rumah
Di balik kehangatan, ada kau
Penopang sunyi, penjaga pulau
Bersama napasmu, rumah tak runtuh
Kau adalah pilar yang tak perlu dipeluk untuk penuh

9. Tangan yang Bekerja
Tanganmu lelah, tapi tak pernah enggan
Menopang hidup dengan kasih yang dalam
Perempuan yang diam tak berarti pasrah
Ia berjuang, meski tanpa sorak

10. Sorot Matamu
Ada ribuan cerita di balik tatapan
Tentang rindu, luka, dan pengorbanan
Tapi tetap menyala, seperti bintang
Itulah perempuan, tak pernah hilang terang

Suara hati

11. Surat dari Dalam Diri
Aku ingin bebas, bukan liar
Aku ingin maju, bukan melawan
Aku ingin didengar, bukan hanya dilihat
Sebab aku juga manusia, bukan sekadar kata "wanita"

12. Aku Juga Ingin Bertanya
Bolehkah aku memilih jalan sendiri?
Tanpa harus dihakimi sebagai durhaka
Bolehkah aku mencintai diriku?
Tanpa disebut egois semata

13. Di Balik Senyumku
Senyumku tak selalu bahagia
Kadang itu tameng dari luka
Tapi jangan remehkan diamku
Ia menyimpan kekuatan yang tak pernah kau duga

14. Bila Aku Tak Bicara
Bukan berarti aku setuju
Kadang diamku adalah perlawanan yang paling pilu
Tapi tenang, aku belajar bersuara
Meski pelan, akan sampai jua

15. Aku Tak Butuh Pujian
Jangan puji aku karena cantik
Pujilah karena aku kuat berpikir
Jangan sanjung hanya karena sabar
Tapi karena aku memilih tidak marah saat bisa

16. Dalam Gelapku Sendiri
Aku sering menangis tanpa saksi
Bukan karena lemah, tapi karena berani
Berani merasakan dan tetap melangkah
Meski dunia tak pernah ramah

17. Suara yang Dianggap Bising
Mereka bilang aku cerewet
Padahal aku hanya jujur dengan niat
Aku hanya tak ingin diam
Saat keadilan kian padam

18. Dinding Sunyi
Berapa banyak perempuan bicara pada dinding?
Karena mulutnya dibungkam dunia yang dingin
Tapi aku percaya, dinding pun akan retak
Saat kebenaran mulai berdetak

19. Hatiku Tak Terbatas
Hatiku luas, lebih dari lautan
Penuh empati, tapi bukan untuk ditenggelamkan
Jangan salah, perempuan bisa mencintai
Tanpa harus kehilangan jati diri

20. Satu Kata: Cukup
Cukup aku saja yang merasa kecil
Cukup aku saja yang dikekang
Kini saatnya berkata cukup
Untuk semua bentuk ketidakadilan yang menggantung

Warisan Kartini

Puisi Hari Kartini 2025, © 2025 brilio.net

Puisi Hari Kartini 2025,
© 2025 brilio.net/freepik.com

21. Cahaya dari Jepara
Dari Jepara, cahaya menyebar
Menerangi hati perempuan yang sabar
Kartini, namamu abadi
Dalam mimpi-mimpi kami hari ini

22. Surat untuk Ibu Kartini
Bu Kartini, suratmu tak pernah basi
Masih kami baca, masih kami hayati
Kami kini berdiri lebih tinggi
Berkat kata-katamu yang tak mati

23. Perpustakaan Jiwa
Setiap perempuan adalah buku
Penuh kisah dan pelajaran baru
Kartini mengajarkan satu hal pasti
Bahwa membaca dunia dimulai dari diri sendiri

24. Kartini di Meja Kelas
Guruku bercerita tentangmu
Dan mataku bersinar dalam rindu
Andai kita bisa bicara
Kau pasti bilang: “Belajarlah, itu kekuatanmu”

25. Warisan Tanpa Mahkota
Kau tak punya mahkota emas
Tapi pemikiranmu lebih berkilau dari intan
Itulah warisan sejati
Yang mengubah nasib perempuan ini

26. Namamu dalam Kalender
Namamu dicetak di kalender
Tapi di hati kami, terukir lebih dalam
Bukan hanya hari peringatan
Tapi simbol kesadaran sepanjang zaman

27. Dari Pena Jadi Perubahan
Satu pena, satu perubahan
Itulah cara Kartini melawan zaman
Kami kini menulis juga
Dengan harapan tak kalah membara

28. Kartini dan Masa Depan
Kami ingin seperti Kartini
Mencintai tanah air dan membela nurani
Masa depan milik perempuan juga
Dan kami siap menjaganya

29. Putri-puterimu Hari Ini
Kami bukan putri bangsawan
Tapi kami pewaris perjuangan
Kami akan terus melangkah
Membawa suaramu di setiap langkah

30. Takkan Pernah Padam
Namamu, Kartini, takkan pernah padam
Meski zaman berganti, semangatmu tetap dalam
Engkau api yang menyala
Di dada perempuan yang tak ingin menyerah