21 Contoh kalimat paribasan bahasa Jawa dan artinya, mudah dipahami

1. Alon-alon waton kelakon. (Pelan-pelan saja asal berhasil)
: Lebih mementingkan tercapainya keberhasilan walaupun waktunya cukup lama.

2. Emban cindhe, emban siladan. (Menggendong dengan selendang, menggendong dengan rautan bambu)
: Sebuah nasihat yang ditujukan kepada orang tua atau penguasa agar tidak membedakan perhatian atau menyamaratakan terhadap anak maupun rakyat (bawahannya).

3. Ngelmu iku kalakone kanthi laku. (Menguasai ilmu itu tercapainya lewat proses (perjalanan) lahir maupun batin)
: Menurut pandangan Jawa, menjadikan ilmu itu perilaku. Penyerapannya memerlukan kekuatan indera batin serta penghayatan pribadi bukan dengan otak atau pikiran saja.

4. Golek banyu apikulan warih, golek genie adedamar. (Mencari air berbekal sepikul air, mencari api berbekal pelita).
: Untuk mencari sebuah kebaikan maka kita harus berbuat kebaikan terlebih dahulu. Tidak mungkin kita berbuat keburukan akan mendapatkan kebaikan.

5. Kekudhung walulang macan. (Berkerudung kulit harimau).
: Orang yang mencapai keberhasilan dengan menggunakan pengaruh atau bantuan dari penguasa.

6. Ngunduh wohing pakarti. (Memetik buah perbuatan sendiri).
: Diibaratkan seorang petani yang menanam padi maka akan menuai atau panen padi bukan jagung. begitu pula dengan manusia ketika melakukan perbuatan buruk maka akan memperoleh keburukan juga.

7. Rila lamun ketaman, kelangan nora gegetun. (Rela ketika tertimpa (menderita), kehilangan tidak menyesal).
: Ketegaran seseorang ketika mengalami kehidupan yang sulit. Meskipun kehidupannya susah dia tidak berlarut dalam kesedihan akan tetapi bangkit dan berpikir positif.

8. Celak coloking Hyang Widhi, momor pamoring sawujud. (Dekat cahaya Illahi, dan menyatu pada yang kasat mata).
: Tujuan hidup orang Jawa yaitu mendekatkan di kepada Sang Maha Pencipta serta selalu berbuat baik kepada semua orang.

9. Gusti Allah ora sare. (Allah SWT tidak pernah tidur).
: Bahwa Allah SWT selalu mengawasi dan melihat setiap tindakan manusia.

10. Kakean gluduk, kurang udan. (Banyak bicara tanpa kenyataan)
: Gambaran seseorang yang sering berbicara tanpa adanya sumber yang dipercaya atau hanya sok tahu saja.

11. Mangan ora mangan ngumpul. (Tetap bersatu walaupun dalam kemiskinan)
: Pepatah orang Jawa dulu ketika salah satu bagian dari keluarga ada yang lebih kekurangan, tetap dibantu walaupun keadaan sama-sama sedang kesulitan.

12. Diwehi ati ngrogoh rempela. (Diberi kebaikan, menuntut pemberian lebih)
: Kerakusan manusia terhadap suatu hal yang dirasa kurang puas sehingga ingin memiliki semuanya. Tanpa adanya rasa cukup dengan apa yang dimilikinya.

13. Urip iku saka pangeran, bali marang pangeran. (Hidup berasal dari Tuhan dan kembali kepada Tuhan).
: Semua kehidupan yang ada di dunia maupun kehidupan akhirat akan kembali kepada sang penciptanya. Semua hal sudah diatur dengan sedemikian rupa dari mulai masih dalam kandiungan hingga kematian.

14. Witing tresno jalaran saka kulino. (Cinta ada karena terbiasa bersama)
: Rasa cinta yang muncul pasti memerlukan sebuah proses dan pendekatan. Sehingga rasa cinta itu akan muncul dengan caranya sendiri setelah banyak kecocokan dalam tenggang waktu bersama.

15. During punjul keselek jujul, durung pecus keselak besus. (Belum menguasai keahlian keburu ingin tampak berlebih. belum berilmu ingin lekas pandai).
: Sebuah sindiran kepada seseorang yang ingin terlihat pintar dalam segi apapun namun belum menguasai ilmunya.

16. Kebo gupak ajak- ajak. (Kerbau penuh lumpur mengajak kotor yang bersentuhan dengannya).
: Sebuah peringatan kepada kita untuk menjauhi atau tidak bergaul dengan orang-orang yang mengajak kita kepada hal-hal yang negatif atau keburukan.

17. Anak polah, bapak kepradah. (Tingkah polah anak, orang tua ikut menanggung akibatnya).
: peringatan bagi orang tua agar bertanggung jawab terhadap kehidupan anak-anaknya. Orang tua harus mempertimbangkan dengan cermat permintaan si anak, mengenai baik-buruk dan manfaatnya, agar tidak menimbulkan permasalahan dalam keluarga.

18. Aja dumeh wong gedhe. (Jangan mentang-mentang jadi pembesar)
: Ungkapan tersebut memberikan pesan kepada kita semua jangan sombong karena kekuasaan. Kekuasaan hanya titipan Tuhan yang kapan saja bisa habis seketika.

19. Becik ketitik ala ketara. (Berbuat baik maupun buruk akhirnya akan terlihat juga)
: Anjuran agar siapapun tidak takut berbuat baik. Meskipun awalnya belum kelihatan, pada saatnya akan menemukan makna dan dihargai. Dan jika berbuat buruk, sepandai-pandainya menutupi akhirnya akan ketahuan juga.

20. Tuna satak bathi sanak. (Rugi sedikit tak apa, asal tambah saudara).
: Sebagai seorang pedagang harus sadar bahwa keuntungan bukan segala-galanya, namun mengurangi sedikit laba yang diperoleh sehingga pembeli akan merasa senang karena harga lebih murah.

21. Ana dina, ana upa. (Ada hari, ada nasi).
: Menggambarkan bahwa selama seseorang mau bekerja dengan tekun pasti akan mendapatkan rezeki.

(Sumber: https://kampoengilmu.com/peribahasa-jawa/)

MAGANG: FENI LISTIYANI