Brilio.net - Kamu pasti pernah dengar kata inreyen kan? Ini biasanya berlaku untuk kendaraan yang masih baru saja dibeli dan belum dipakai. Inreyen biasa kita pahami sebagai memperlakukan kendaraan bermotor baru secara hati-hati dan dengan prosedur tertentu yang dibuat oleh manufaktur kendaraan.

Inreyen merupakan serapan dari bahasan Belanda yang asalnya adalah Inrijden. Dalam bahasa belanda, kata itu berarti berjalan. Arti lain dari kata ini yang digunakan oleh masyarakat Indonesia adalah untuk menunjukkan aturan tertentu untuk menjalankan kendaraan bermotor yang baru.

Nah, sebetulnya apa sih inreyen itu? Ada yang mengatakan bahwa kendaraan bermotor baru tidak boleh digeber terlalu kencang tuas gasnya. Ada juga yang bilang tidak boleh dibuat boncengan. Ada juga yang bilang tidak boleh buat ngebut. Dan lain sebagainya.

Hansah (27), instruktur mekanik bengkel Hendriansyah-Margo Motor Center (HMMC) mengatakan pengertian inreyen yang selama ini beredar di masyarakat tidaklah keliru. "Logikanya sederhana, komponen mesin yang kompleks yang baru dirilis dari pabrik memiliki kemungkinan untuk terjadi crash ketika dipaksa bekerja," tuturnya kepada brilio.net.
 
Mesin yang masih baru tidak boleh dipaksa melakukan rotasi yang tinggi. "Akibat yang paling fatal ketika digeber terlalu keras adalah terhimpitnya piston dalam ruang silinder karena pemuaian piston akibat suhu panas yang dihasilkan dari geberan gas" jelasnya.

Hansah tidak memungkiri bahwa kemajuan teknologi dalam pabrik atau manufaktur kendaraan bermotor juga mempengaruhi kebutuhan inreyen ini. Pada kendaraan bermotor di zaman sekarang komponennya cenderung lebih presisi, sehingga meskipun masih baru rilis dari pabrik sudah bisa digunakan secara normal.

Berbeda dengan zaman dahulu yang seakan-akan inreyen menentukan performa dari kendaraan bermotor tersebut. Ada juga istilah inreyen gagal untuk menyebut kendaraan bermotor yang performanya di bawah standar."Padahal belum tentu karena faktor tersebut, justru performa itu lebih ditentukan pada perawatan berkalanya", terangnya

Terkait cara inreyen yang beragam, Hansah menambahkan bahwa ada faktor di luar teknis yang mempengaruhi. Cukup beralasan untuk mengatakan bahwa melakukan inreyen yang terlalu rumit bisa saja dipengaruhi faktor sosial dan ekonomi.

Dahulu kendaraan bermotor dianggap sebagai aset yang sangat berharga karena keterbatasannya. Wajar jika kemudian orang memperlakukannya secara ekstra hati-hati. "Zaman dulu satu kampung yang punya motor cuma 2 atau 3 orang saja, sekarang satu rumah bisa punya 2 atau 3 motor," pungkasnya.