Brilio.net - Empat belas tahun lalu saat terjadi tragedi pengeboman 9/11 semua orang merasa terpukul dan berbondong-bondong ke sana untuk menyampaikan dukanya.

Namun saat ini jika ada tragedi, orang-orang datang bukan untuk berdoa atau menyampaikan duka melainkan untuk foto-foto maupun selfie.

Dilansir dari BBC, Senin (24/8), seminggu setelah kejadian pengeboman di Kuil Erawan, Bangkok, banyak orang yang datang ke lokasi kejadian untuk selfie. Mereka tak sungkan memotret dengan suara gaduh meskipun di sebelahnya ada warga atau biksu yang sedang memanjatkan doa.

Netizen pertanyakan motif selfie di lokasi bencana, pudarkah empati?

Pria ini berselfie di lokasi tragedi bom di Bangkok, Thailand.

Sebenarnya fenomena selfie di lokasi kejadian tragedi tak hanya terjadi kala ini saja. Sejak era smartphone, orang-orang memang lebih mengutamakan memotret dahulu daripada memberi pertolongan atau menyampaikan duka jika ada musibah.

Netizen pertanyakan motif selfie di lokasi bencana, pudarkah empati?

Bukannya mendoakan malah selfie.

Fenomena ini tentu saja mengundang keprihatinan di masyarakat. Mereka berpendapat tak pantas rasanya selfie di depan lokasi kejadian sesaat setelah tragedi terjadi.

"Harusnya ada peraturan yang melarang untuk selfie di lokasi tragedi, sungguh tak menghormati perasaan korban," komentar seorang netizen. "Ini merupakan salah satu efek buruk dari berkembangnya teknologi," tambah netizen lainnya.

Netizen pertanyakan motif selfie di lokasi bencana, pudarkah empati?

Lokasi bom di Thailand yang malah lebih banyak dijadikan tempat selfie, entah apa tujuannya.