Brilio.net - Kabut asap yang melanda beberapa kawasan di Sumatera dan Kalimantan belum kunjung reda. Aktivitas masyarakat pun otomatis berkurang, bahkan di beberapa daerah seperti Riau lumpuh.

Imbas dari kabut asap juga dirasakan oleh daerah-daerah lain di Sumatera seperti Bengkulu dan Medan. Seperti yang dirasakan juga dirasakan oleh Mawar, 18 tahun, yang sedih dengan keadaan yang berlarut ini.

Sebulan sudah kabut asap melanda tempat tinggalnya di Tanjung Morawa, Deli Serdang, Sumatera Utara. Pendapatan ayah Mawar turun drastis sejak kabut asap singgah di kotanya. Apalagi pekerjaan ayah Mawar sebagai sopir angkot. "Tak ada pendapatan lain selain orderan dari minibusnya," kata Mawar, kepada brilio.net melalui sambungan bebas pulsa 0-800-1-555-999.

Kabut asap itu kiriman dari Pekanbaru. Selama ini, sebagai pelajar, dia melihat belum ada penanganan yang intensif dari pemerintah setempat. Masyarakat pun banyak yang mengurangi aktivitas di luar rumah.

Ayah Mawar tidak mau berpangku tangan di tengah kondisi tersebut. Dia masih tetap narik angkot dari pagi sampai menjelang malam. Berkali-kali diperingatkan keluarga untuk mengenakan masker pelindung dalam bekerja, berkali-kali itu pula ia menolaknya. “Biar sama-sama ngerasain (kabut asap),” ujarnya.

Meski tidak separah di Pekanbaru, tetapi kabut asap tetap membuat sesak nafas. “Pertama kali keluar langsung terasa pedih di mata, dadanya sesak,” curhat Mawar. Di beberapa ruas jalan perkotaan para pelajar dan mahasiswa membagi-bagikan masker. Tak hanya itu saja, di pinggir jalan juga terdapat pamflet yang isinya imbauan untuk mengurangi aktivitas di luar rumah dan mengenakan masker. Tapi sayangnya bantuan maupun imbauan itu tidak sampai ke pelosok.

Mawar menceritakan bagaimana kondisi yang ia alami di sana. “Kalau malam biasanya sampe masuk ke rumah, tapi setelah ventilasi udara ditutup jadi ga banyak asap yang masuk. Tidur harus selalu pake kipas angin untuk mengusir asapnya, tadinya ga pernah pake kipas. Jadinya sering masuk angin.”

Sekolah juga masih masuk dan masih tetap jadwalnya seperti sebelumnya. Sebagai pelajar, sudah pasti ia tersiksa dengan bencana ini. “Harapannya cuma satu, semoga kabut asap berakhir. Aku prihatin keadaan di Pekanbaru, di sini saja sudah tersiksa,” pungkasnya.

Cerita ini disampaikan oleh Mawar melalui telepon bebas pulsa Brilio.net di nomor 0-800-1-555-999. Semua orang punya cerita. Ya, siapapun termasuk kamu punya kisah tersembunyi baik cerita sukses, lucu, sedih, inspiratif, misteri, petualangan menyaksikan keindahan alam, ketidakberuntungan, atau perjuangan hidup yang selama ini hanya kamu simpan sendiri. Kamu tentu juga punya cerita menarik untuk dibagikan kepada kami. Telepon kami, bagikan ceritamu.