Brilio.net - Anak-anak yang baru saja khatam Al Quran biasanya dirayakan dengan suka cita. Begitu pula bagi anak-anak di Purworejo, Jawa Tengah. Demi merayakan keberhasilan mereka merampungkan 30 juz Al Quran, anak-anak akan diarak keliling kampung menaiki kuda diiringi suara rebana atau terbang jawa.

Hampir di semua kecamatan di Kabupaten Purworejo ini mengenal tradisi arak-arakan kuda ini. Tapi yang paling sering di Kecamatan Kemiri, Pituruh, Kutoarjo dan Gebang. Dalam setiap arak-arakan biasanya ada 5 atau lebih anak yang diarak. Tak jarang 20 anak lebih yang diarak memakai kuda yang dilatih jumping atau melompat sesuai perintah pawangnya.

Kuda jumping, tradisi unik dalam acara khatam Qur'an di Purworejo

Menurut Sutrisno (82), sesepuh masyarakat di Kecamatan Kemiri, Purworejo, tradisi arak-arakan kuda untuk merayakan khataman ini sudah ada sejak awal 1900-an. Kalau tepatnya saya kurang paham, tapi sudah sejak saya kecil arak-arakan sudah ada. Dulu pasti malam hari dan ramai sekali dan banyak diadakan pada bulan Mulud (Maulud) dan Rejeb (Rajab) terangnya pada brilio.net, Minggu (17/5).

Ya, tradisi arak-arakan ini dulunya diadakan malam hari. Namun setelah tahun 2000-an arak-arakan malam hari dilarang karena merusak aspal. Karena arak-arakan malam hari suka ada yang namanya Abit (mainan api dengan tongkat bambu dan tambang, itu bikin aspal meleleh, tambah Mbah Tris, sapaan akrab Sutrisno.

Kuda jumping, tradisi unik dalam acara khatam Qur'an di Purworejo

Arak-arakan kuda biasanya dilengkapi dengan hiasan lidi yang dibalut kertas yang dinamakan gagar mayang, juga ada terbang jawa yang ditabuh beberapa rombongan. Sementara dalam arak-arakan malam lebih semarak lagi, ada dian sewu dan abit yang memainkan api.