Brilio.net - Sosiolog Universitas Indonesia, Imam B Prasodjo berbagi cerita tentang persoalan bra di Desa Pasanggrahan,Tegalwaru, Purwakarta. Pengalamannya bersama bidan yang melakukan penyuluhan perawatan bayi di wilayah itu kaget dengan persoalan 'pakaian dalam negeri' tersebut.

Persoalan bra ini ternyata berakibat terhadap banyaknya ibu yang enggan memberikan ASI eksklusif kepada buah hatinya. Usut punya usut, mereka ogah menyusui bayinya karena putingnya banyak yang borokan.

Di desa ini para ibu enggan menyusui bayinya akibat bra, kok bisa?

Apa penyebab borokan masal puting ibu menyusui ini?

Setelah diperiksa, para ibu-ibu itu mengaku jarang berganti bra secara rutin. Alasannya jumlah bra yang mereka miliki terbatas. Akibatnya, sehabis digunakan seharian, bra mereka hanya disampirkan dan dijemur, tanpa dicuci, dan keesokan harinya dipakai kembali.

"Begini bidan. Walaupun saya sudah tahu memberi ASI itu yang terbaik, tapi bagaimana kalau puting susu saya luka? Puting susu saya borokan terus. Bagaimana saya mau menyusui?" kata seorang ibu yang ditulis Imam dalam akun Facebooknya seperti dikutip brilio.net, Selasa (15/12).

Di desa ini para ibu enggan menyusui bayinya akibat bra, kok bisa? Melihat kenyataan ini, Imam B Prasodjo dan teman-temannya akhirnya memutuskan untuk mencari solusi dengan mencanangkan 'Program Behanisasi' atau bantuan bra untuk diberikan pada para ibu. Atas hasil saweran, mereka bertahap memberi bantuan tiga bra untuk tiap ibu. Saran seorang ibu donatur, bra yang dibagikan adalah bra berjendela, jenis khusus untuk menyusui.

"Saya setuju atas usulan itu karena kelihatannya jenis bra ini tepat guna," terang dia.

"Saya termenung menyelami pengalaman ini. Ternyata membangun generasi sehat dalam satu desa saja, masalahnya rumit. Betul sekali bila ada yang mengatakan: 'The devil is in the detail'," pungkas dia.