Brilio.net - Kurangnya antusias murid untuk mendengarkan penjelasan gurunya boleh jadi karena murid yang merasa jenuh dengan gaya mengajar gurunya. Apalagi jika sang guru mengajar dengan gaya konvensional tanpa interaksi dua arah. Dijamin murid-murid yang duduk di barisan belakang tak memperhatikannya. Iya kan?

Sebenarnya banyak sekali model pembelajaran yang sudah diciptakan untuk menggantikan model pembelajaran kooperatif yang gitu-gitu saja. Guru tentunya telah mendapatkan materi itu saat duduk di bangku kuliah. Tapi dibutuhkannya persiapan membuat guru enggan repot dan memilih praktis dengan menggunakan gaya konvensional.

Nah, jika kamu merasa jenuh dengan gaya mengajar gurumu yang cuma menggunakan papan tulis maupun slide presentasi, coba usulkan 5 model pembelajaran ini kepada gurumu agar suasana belajar menggairahkan lagi.

1. Jigsaw
Model pembelajaran ini menuntut individu mempelajari materi yang menjadi tanggung jawabnya. Karena selain untuk dirinya, ia juga harus mengajarkan materi yang didapatkan kepada teman kelompoknya.

Setiap siswa pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini adalah anggota dari dua kelompok, yakni kelompok asal dan kelompok ahli. Mula-mula seluruh siswa dibagi menjadi kelompok asal dengan jumlah yang sama tiap kelompok.

Di kelompok asal, mereka akan dibagi tugas untuk mempelajari suatu topik. Setelah semua anggota kelompok asal memperoleh tugas, mereka harus berkumpul dalam kelompok ahli yang berisi siswa dengan tugas sama.

Di kelompok ahli, mereka akan mempelajari topik tertentu yang berbeda tiap kelompok ahli. Setelah itu mereka diminta kembali ke kelompok asal dan masing-masing menjelaskan materi yang telah mereka pelajari di kelompok ahli.

2. Snowball Throwing
Model pembelajaran ini bisa menjadi salah satu cara guru mengevaluasi dan mengetahui sejauh mana kemampuan siswanya. Langkah awal model pembelajaran ini adalah guru menyampaikan materi yang akan disajikan. Kemudian guru membentuk kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.

Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing lalu menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.

Setelah itu masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok. Kertas tersebut kemudian dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama kurang lebih 5 menit.

Setelah siswa dapat satu bola, diberikan kesempatan kepada siswa tersebut untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.

3. Think Pairs Share (TPS)
Model pembelajaran ini dibagi menjadi tiga tahap, yakni:
a. Thinking: guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh siswa
b. Pairing: guru meminta siswa berpasangan dengan teman sebangkunya untuk mendiskusikan materi tersebut
c. Sharing: hasil diskusi di tiap-tiap pasangan dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas.

Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada pengembangan pengetahuan secara terpadu.

4. Student Teams Achievement Division (STAD)
Pada model pembelajaran STAD ini, siswa dikelompokkan ke dalam kelompok kecil yang disebut tim. Tim inilah yang digunakan untuk memaksimalkan pemahaman siswa. Setelah diberikan materi oleh guru, siswa kemudian diberikan tes.

Nilai-nilai individu kemudian digabungkan menjadi nilai tim. Dengan cara itu, tiap anggota kelompok akan saling men-support agar tiap anggota kelompok paham dengan materi sehingga bisa mengerjakan tes dengan baik.

5. Reciprocal Teaching
Model pembelajaran tipe ini menuntut adanya timbal balik antar pasangan siswa. Setiap pasangan siswa diminta berinteraksi dalam dialog mengenai sebuah teks. Setiap anggota akan membaca teks dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, menerima dan memperoleh timbal balik. Dengan model pembelajaran ini, siswa akan aktif berinteraksi dan saling mengoreksi satu sama lain.

Nah, itulah beberapa model pembelajaran dari banyak model yang bisa diterapkan di dalam kelas sebagai solusi kejenuhan aktivitas pembelajaran. Sudah saatnya kamu mulai pro-aktif di dalam kelas untuk menentukan suasana belajar.

Mumpung tahun ajaran baru semangat masih begitu membara.