Brilio.net - Menjalani hubungan bersama seseorang untuk waktu yang lama, secara tak sadar bakal mengubah cara kamu berpikir dan bertindak. Hal ini diamati oleh para psikolog pada pasangan yang sudah menjalin hubungan bertahun-tahun, terutama bagi pasangan yang telah menikah. Salah satu hal yang mungkin tak asing bagimu adalah seringkali pasangan dikatakan mirip dan berarti mereka berjodoh. Pernah dengar kan?

Ada alasan ilmiah seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya dalam penelitian ini. (Baca: Kenapa orang berjodoh itu mirip, ini penjelasan ilmiahnya)

Seorang psikolog di University of Michigan, Amerika Serikat, Robert Zajonc menemukan bahwa ada pasangan mulanya merasa nggak mengalami kemiripan khusus satu sama lain. Tapi setelah 25 tahun menikah, kemiripan mulai terlihat walaupun terlihat samar. Selain itu, penelitian yang sama juga menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat kemiripan wajah, semakin bahagialah pasangan tersebut. Nah, peningkatan kemiripan wajah ini merupakan hasil dari saling berbagi emosi selama beberapa dekade sehingga mereka seperti sedang bercermin satu sama lain.

Menurut Joshua Wolf Shenk, penulis buku "Powers of Two", seperti dilansir brilio.net dari Times of India, Selasa (23/2), koordinasi pasangan yang menikah dan terlihat mirip merupakan gerakan nggak disengaja. Hal ini mencerminkan apa yang psikolog sebut dengan 'struktur koordinatif bersama' yang mencakup bagaimana kita menyelaraskan pandangan, gerak tubuh, tingkah laku, dan bagaimana kita berbicara.

Selain terlihat mirip, pasangan yang sudah menikah memiliki bahasa dan kosakata pribadi yang hanya dimengerti oleh mereka sendiri. Hal ini merupakan hasil dari fenomena yang psikolog sebut dengan 'penularan emosi'. Pada dasarnya ketika dua orang menghabiskan waktu bersama-sama, mereka mulai mencocokkan pola bicara satu sama lain. Mereka akan meniru segala aksen bicara orang lain untuk ditempatkan pada setiap perkatannya.

Bahasa adalah salah satu tanda pertama bahwa pasangan saling sinkron satu sama lain. Menurut sebuah studi dari Robert Hooper, profesor komunikasi dari University of Texas adanya komunikasi dengan menggunakan bahasa pribadi membantu bisa memperkuat ikatan dan membangun hubungan yang romantis sebagai identitas bersama. Bahasa ini mencakup lelucon, julukan ataupun panggilan sayang yang hanya dimengerti oleh mereka.

Psikolog Carol Bruess dari Ohio State University dalam studinya menunjukkan bahwa seberapa sering pasangan menggunakan kata-kata pribadi atau julukan rahasia maka semakin bahagia hubungan di antara mereka berdua.

Penelitian menunjukkan bahwa pasangan merupakan cermin bahasa tubuh masing-masing, yang pada gilirannya membuat mereka terlihat sama. Karena mereka menggambarkan semua pengalaman dan kenangan yang telah dilalui bersama kemudian dinformaskan lewat gerak tubuh, postur tubuh dan kata-kata yang digunakan satu sama lain.