Brilio.net - Teknologi mengubah orang dalam berinteraksi. Dalam dunia maya, notifikasi atau pemberitahuan merupakan gerbang seseorang saling sapa dengan pengguna akun jejaring sosial. Lewat notifkasi inilah hubungan komunikasi dalam dunia maya dibangun. Pantas saja, kamu sering melirik layar smartphone lebih sering setiap harinya.

Banyak maksud yang disampaikan oleh sebuah notifikasi. Bisa saja, seseorang menyukai foto yang baru kamu unggah ke Instagram. Atau mungkin seseorang menandai kamu di Facebook untuk membagikan sesuatu yang istimewa, seperti foto undangan pernikahan. Meskipun, begitu ada juga yang merasa sedih karena di-bully di Twitter karena typo atau salah informasi.

Tapi sadarkah kamu, munculnya sebuah notifikasi merupakan hal yang bikin bahagia saat ini? Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap pelanggan Ford di tahun 2014, mengungkap bahwa 62% orang dewasa merasa lebih baik ketika mendapatkan respons positif di akun jejaring sosial.

Kamu merasa sedih atau senang karena sebuah notifikasi bisa dikaji secara ilmiah. Dikutip oleh brilio.net dari berbagai sumber, Rabu (15/4), hormon dopanin dalam otaklah penyebab utamanya. Hormon ini bekerja seperti reward and punishment. Jadi wajar saja ada orang yang bahagia atau sedih ketika membaca sebuah notifikasi. Ketika kamu membalas notifikasi tersebut, hormon dopamin dalam otak meningkat.

Cara kerja dari hormon ini adalah menginginkan dan menyukai sesuatu. Setelah menginginkan munculnya notifikasi, kamu menyukainya. Efek suka inilah yang membuat kamu kecanduan untuk menginginkan notifikasi banyak dan banyak lagi. Bahkan, kamu merasa tenang jika sudah ada notifikasi yang masuk dalam smartphone.

Tapi kamu harus wasapada jika kamu sering gelisah jika tidak ada notifikasi yang datang. Bahkan kamu merasa harus membalas notifikasi tersebut. Bisa saja kamu mengidap salah satu penyakit mental bernama ketergantungan akut kepada media sosial. Wah....