Brilio.net - Si Bri mau presentasi nih, guys. Saking deg-degannya, dia gigit-gigit kuku. Dia takut nggak maksimal presentasi nantinya, takut dicecar pertanyaan ini dan itu sama bos, dan takut lainnya.

Heemmm ... Bri sebenernya pengin stop gigitin kuku. Soalnya kata ayah-bunda, gigitin kuku bisa mengundang nasib buruk. Jadi pusing dan semakin tercekamlah hati Bri. Memangnya bener ya, gigit-gigit kuku itu bisa bikin apes?

Jawabannya, salah besar! Seperti yang dikutip brilio.net dari berbagai sumber, kebiasaan seseorang menggigit kuku bisa jadi menunjukkan adanya kecemasan. Kecemasan sendiri dapat termanifestasi dalam empat cara, yaitu cara kognitif, motorik, otomatis, dan afektif. Nah, menggigit kuku merupakan bagian dari cara motorik.

Dalam jangka panjang, kalau kebiasaan ini berlanjut dan bersamaan dengan gejala kecemasan dan pengulangan tindakan tertentu lainnya, bisa menjadi gejala gangguan obsesif-kompulsif atau Obsessive-Compulsive Disorder (OCD). Hal ini sudah ditetapkan oleh lembaga kesehatan jiwa American Psychiatric Association dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) V (panduan diagnosis gangguan mental versi 5).

Namun, bukan berarti semua orang yang memiliki kebiasaan menggigit kuku dipastikan menderita OCD, lho. Jadi kesimpulannya, si Bri ini bukan sedang mengundang nasib buruk. Melainkan dia mengalami rasa cemas terhadap sesuatu yang belum terjadi atau ketakutan akibat rekaan pikirannya saja.

Padahal kalau dia sudah mempersiapkan diri, nggak perlu cemas, dong. Setidaknya dia bisa mengatasi kecemasan itu dengan latihan menghela dan menghembuskan napas sejenak. Tak lupa juga menanamkan pikiran positif bahwa presentasinya akan berjalan lancar.

Ingat kembali lho, guys, you are what you think. Jadi, kalau kamu di posisi Bri, hindarilah pikiran negatif. Jangan gigit lagi kukumu, nanti habis. Salah-salah kalau berpikir negatif justru beneran tertimpa nasib buruk, deh. Kalau kata Dedy Corbuzier, hati-hati dengan pikiran Anda!