Brilio.net - Siapa yang tak kenal dengan mode transportasi Delman? Alat transportasi dengan menggunakan kuda sebagai tenaganya ini sempat menjadi tren pada era Hindia Belanda. Penamaan berasal dari penemunya yakni Ir Charles Theodore Deeleman, seorang insinyur, ahli irigasi yang memiliki bengkel besi di pesisir Batavia (Jakarta sekarang).
Istilah lain dalam berbagai bahasa daerah cukup beragam yang sebenarnya merujuk pada wujud benda yang sama.

Nah, kalau di Yogyakarta mode transportasi ini lebih dikenal dengan istilah Andong. Keberadaan andong sebagai salah satu warisan budaya Jawa memberikan ciri khas kebudayaan. Perbedaan Andong dengan delman adalah pada bagian roda, jika delman memiliki dua buah roda maka sebaliknya andong justru memiliki empat buah roda.

Namun keberadaan andong di era sekarang ini mulai terancam hilang. Dengan alasan mencari alat transportasi yang lebih mudah dan lebih cepat menjadi faktor utama mulai tersingkirnya alat transportasi tradisional ini.

Andong yang dulu menjadi pilihan utama pada era kejayaanya dengan derap kuda dan lonceng sebagai ciri khas kendaraan tersebut kini seakan mulai hilang. Kini keberadaan andong di Yogyakarta hanya berada di tempat tertentu saja. Seperti Malioboro, Alun-alun dan Kotagede yang memang merupakan titik dari pariwisata dari kota Gudeg itu.

Di kawasan Malioboro juga masih banyak sekali andong berjajar yang siap mengantar anda untuk berwisata, namun jika anda mau untuk sedikit lebih peka, ada seorang kusir andong yang masih berusia belia.

Adalah Lilik Kurniawan, pria kelahiran November 1993. Dia mulai mengawali pekerjaanya sebagai kusir andong sejak duduk di bangku SMK.

"Sebenernya udah dari SD, tapi pas SD itu masih ikut bapak. Terus SMP sudah mulai berani pegang kuda dan pas masuk SMK saya mulai belajar ngandong sendiri sepulang sekolah" ujar Lilik saat ditemui brilio.net, beberapa waktu lalu.

Lilik, begitu panggilan akrabnya mengatakan, kemampuannya tersebut memang sudah turun menurun dalam keluarganya. Di kampungnya yang bernama Kenalan, Potorono Banguntapan Bantul, memang terkenal sebagai kampung andong.

"Di sini memang hampir semuanya punya kuda dan berprofesi sebagai kusir andong. Tapi yang muda-muda hanya sebagian saja. Kalau buat saya sih ngandong sekaligus buat nguri-nguri kabudayaan," ujarnya.

Lilik pun mengaku sudah mempunyai empat ekor kuda. Namanya antara lain adalah Claudia, Lenisa dan Ladies serta satu buah anak dari Ladies yang baru berusia beberapa bulan. Menurutnya, pada umumnya kuda yang digunakan untuk andong adalah kuda betina dari jenis Sadle. Hal ini dikarenakan kuda betina lebih pasif dan mudah untuk dikendarai dibandingkan kuda jantan.

Menurut Lilik, selama ini dirinya kerap dipilih oleh para wisatawan lantaran tertarik melihat dirinya yang masih muda dan ganteng.

"Biasanya yang muda-muda sering milih naik andong saya. Mungkin karena saya juga masih muda. Tapi faktor kebersihan andongnya juga jadi penentu ramai tidaknya pelanggan. Tapi yang namanya rejeki datangnya dari Gusti, jadi saya hanya sebatas berusaha supaya menarik saja," ujarnya.

Pernah suatu kali andongnya digunakan oleh dua artis kenamaan dari ibukota, bahkan Lilik juga bercerita sempat berfoto-foto dengan dua artis yang kini sudah jadi langganannya tersebut. Soal penghasilan yang masuk ke dalam koceknya, Lilik mengaku biasanya merogoh uang sampai Rp 1-1,5 juta per harinya. Namun pernah juga dirinya beberapa kali pulang tanpa membawa hasil sewa andongnya karena memang sedang sepi pelanggan.

Dalam kesehariannya, Lilik kerap membetulkan tapal kuda yang memang harus diganti setiap seminggu sekali. Tangan mudanya tampak begitu cekatan dan terampil. Dari gelagatnya sudah sangat terlihat dia sudah terbiasa dengan pekerjaan tersebut, bahkan kuda yang sedang diganti tapalnya tersebut tampak sudah terlihat jinak.

Lilik memang sangat mengerti kuda, dia sering diminta bantuannya untuk sekedar merawat kuda yang sedang dalam perjalanan yang kemudian akan dikirim ke suatu daerah oleh teman-temannya.

Usai membetulkan tapal kudanya, Lilik pun bergegas memasukkan kuda ke kandangnya dan memberi makan. Lalu Lilik menutup kandang karena sore sudah mulai tiba.