Brilio.net - Pada suatu waktu, hiduplah seorang Ayah yang berumur kira-kira 60 tahun dengan anak laki-lakinya. Sang anak yang berumur kurang lebih 27 tahunan ini baru saja menamatkan pendidikan spesialis dokternya di sebuah universitas terkemuka di luar negeri. Setelah bertahun-tahun tinggal di negara orang, dia pun akhirnya pulang untuk menemui Ayahnya.

Di suatu sore, Ayah dan anak itu sedang duduk bercengkerama di teras belakang rumah. Mereka asyik mengobrol tentang banyak hal. Tentang kehidupan anaknya di luar negeri, tentang kedokteran, tentang masa depan anaknya, dan tentang banyak hal sambil menikmati suasana matahari terbenam sore itu.

Tiba-tiba seekor burung gagak hinggap di ranting pohon mangga yang ada di pojok kiri halaman, tepat berada di depan Ayahnya. Si Ayah lalu menunjuk ke arah gagak sambil bertanya, "Nak, apakah benda itu?"

"Burung gagak," jawab si anak.

Si Ayah mengangguk-angguk mendengar jawaban anaknya. Namun, tak berapa lama kemudian sang Ayah mengulangi lagi pertanyaan yang sama. Si anak menyangka bahwa Ayahnya tidak mendengar jawabannya, lalu mengulanginya dengan intonasi yang lebih keras, "Itu burung gagak, Ayah!"

Tapi beberapa saat kemudian, sang Ayah kembali bertanya pada anaknya, "Apakah itu yang berada di atas pohon, anakku?"

"Aku baru saja memberitahumu, itu burung gagak, Ayah!" si anak menjawab dengan ekspresi muka yang sangat kesal.

Burung gagak yang bertenggar di pohon itu kemudian terbang dan hinggap di tembok besar rumahnya. Sang Ayah kembali bertanya, "Burung apa itu?"

Dengan raut muka yang semakin kesal, ia menjawab pertanyaan ayahnya dengan nada yang keras, "Itu gagak. Burung gagak! Jelas?!"

Tidak berhenti di situ, sang Ayah yang tua renta itu kembali bertanya untuk yang kelima kalinya, "Burung apa itu, nak?"

Sang anak yang ditanyai hal yang sama sampai lima kali itu semakin kesal dan mulai marah. Dia merasa sebal karena Ayahnya yang tua itu sudah mulai pikun dan tidak bisa berpikir dengan jernih lagi.

Dia lalu menjawab, "Kenapa Ayah terus bertanya hal yang sama? Ayah tak bisa mendengar atau bagaimana sih? Itu burung gagak, Ayah. BURUNG GAGAK!!" teriak sang anak.

Si Ayah tersenyum lalu bangkit dari duduknya dan berjalan dengan tertatih-tatih menuju ke kamarnya meninggalkan anaknya yang terheran-heran. Saat ia kembali lagi ke teras, ia membawa sebuah buku yang sudah usang, lalu menyodorkannya kepada anaknya, "Bacalah ini." kata sang Ayah dengan suara bergetar.

Si anak lalu menerima buku itu dan membaca bagian yang ditandai oleh Ayahnya dengan lipatan di bagian ujung kertas itu.

"Hari ini anak laki-lakiku satu-satunya berumur tiga tahun. Dia bermain-main denganku di halaman belakang rumah yang cukup luas. Dia berlari dan aku mengejarnya. Aku lalu duduk di atas rumput karena kelelahan berlari. Anakku pun duduk di pangkuanku. Kami lalu melihat seekor gagak hinggap di dekat jendela. Anak laki-lakiku yang aku sayangi bertanya hingga dua puluh tiga kali tentang binatang yang baru pertama kali dilihatnya itu dan aku pun menjawabnya sebanyak dua puluh tiga kali juga, berusaha untuk memberi tahu padanya bahwa binatang yang dia lihat itu adalah seekor burung gagak. Aku memeluknya dengan penuh kasih sayang setiap kali dia bertanya padaku. Aku sama sekali tidak merasa terganggu karena aku sangat menyayangi anakku."

Setelah membaca bagian tersebut, si anak mengangkat mukanya dan memandang wajah sayu sang Ayah yang sudah berkeriput dimakan usia itu. Si Ayah dengan perlahan dan dengan suara bergetar berkata, "Hari ini Ayah baru menanyakan padamu pertanyaan yang sama sebanyak lima kali, tapi kamu sudah kehilangan kesabaran dan memarahi Ayah."

Dari cerita di atas kita bisa melihat terkadang kita sering memperlakukan orangtua kita secara semena-mena. Kita tidak ingat, waktu kita kecil dulu, mereka dengan sabar mengajari dan mendidik kita hingga bisa tumbuh dewasa seperti sekarang ini.

Jadi, jika orangtuamu sudah beranjak tua, jangan pernah menyia-nyiakan mereka ya? Ingat lagi pengorbanan ayah dan ibumu waktu kamu masih kecil. Sayangi mereka seperti mereka menyayangi kamu ya.