Brilio.net - Di era modern ini, prestasi anak bangsa dalam dunia perfilman sudah sangat berkembang. Bagaimana tidak, telah banyak dari putra-putri bangsa kita mampu melahirkan film-film yang bisa unjuk gigi dalam festival film internasional.

Sebut saja misalnya Ifa Isfansyah 'Sang Penari' (Cannes Senior di Cannes Film Festival), Edwin 'Babi Buta yang Ingin Terbang' (Festival Film Cannes 2005), Yosep Anggi Noen 'Laddy Caddy Who Never Saw a Hole in One' (Grand Prix di Short Shorts Film Festival and Asia 2014) dan Ismail Basbeth 'Shelter' (Vladivostok International Film Festival Rusia, Rotterdam International Film Festival Belanda, Lago International Film Festival Italia) dan masih banyak yang lain.

Namun tahukah kamu, film Indonesia yang pertama kali ikut dalam festival film internasional dan siapakah sutradara nya?

Ya, mungkin sebagain besar dari kamu pasti sudah kenal dengan Umar Ismail. Namanya telah digunakan sebagai concert hall ternama di Jakarta. Umar Ismail adalah bekas tentara pada masa penjajahan Belanda yang mendapatkan gelar Bachelor of Arts dari Universitas Los Angeles.

Umar rupanya menjadi orang pertama yang mampu membawa filmnya ke kancah internasional dengan film berjudul 'Pedjuang' (1961). Film yang mendokumentasikan kemerdekaan Indonesia itu diperankan oleh Rendra Karno (Letnan Amin), Bambang Hermanto (Sersan Mayor Imron), Chitra Dewi (Irma) ini berhasil tayang dalam Festival Film Internasional Moskwa ke-2.

Film yang mengambil setting tentang perjuangan kemerdekaan ini mengisahkan sebuah peleton pimpinan Letnan Amin (Rendra Karno) yang mendapat tugas untuk mempertahankan sebuah jembatan yang sangat strategis. Dalam penjagaan tersebut, berlindunglah sejumlah pengungsi, antara lain Irma (Chitra Dewi). Irma dikisahkan sebagai seorang anak dari keluarga menengah yang sinis terhadap pejuang kemerdekaan.

Ternyata antara Amin dan Irma terjalin hubungan kasih yang mereka sembunyikan. Di samping itu Sersan Mayor Imron (Bambang Hermanto) yang berwatak urakan juga menaruh hati atas Irma. Ketika Amin terluka, Imron diserahi memimpin pasukan untuk meninggalkan tempat yang sudah dikuasai Belanda itu.

Tugas diterima dan dilaksanakan. Kopral Seno (Bambang Irawan) mencurigai Imron, yang dianggap punya niat menyingkirkan Amin, agar bisa mendapatkan Irma.

Untuk membuktikan bahwa tak ada maksud begitu, Imron memutuskan melakukan operasi membebaskan Amin dari tawanan Belanda. Amin berhasil dibebaskan, tapi Imron tewas. Meski mata dan kaki satu, Irma akhirnya memilih menemani Amin.

Tak hanya itu, Umar dikenal sebagai Pendiri Perfini (Perusahaan Film Nasional) inilah perusahaan studio film pertama di Indonesia. Umar Ismail dianggap sebagai warga pribumi pelopor perfilman di Indonesia.