Brilio.net - Siapa yang nggak suka mi instan? Makanan praktis ini memang sangat digemari oleh semua kalangan. Nggak hanya karena proses penyajian yang mudah dan cepat, harga relatif murah, juga diproduksi dengan varian rasa dan bentuk yang makin menarik menjadi alasan menyukainya.

Tetapi dari semua alasan menyukainya, ada sejumlah fakta terkait mi instan yang dapat membahayakan kesehatan. Berikut brilio.net sebutkan hasil-hasil penelitian yang menguak kandungan berbahaya dalam sebungkus mi instan yang nikmat itu:

1. Kandungan lilin
Dalam proses pembuatan mi, pengawetan dilakukan dengan deep frying yaitu penggorengan dalam minyak panas pada suhu 120-160 derajat celcius selama kurang lebih dua menit sampai kering dan diperoleh kadar air kurang dari 4% sehingga mikroorganisme nggak dapat berkembang biak.

Bentuk mi yang masih kering masih belum menimbulkan kecurigaan. Tapi nih saat kamu membuatnya, kok mi bisa nggak lengket gitu ya? Menurut penelitian ternyata di dalam mi instan terdapat kandungan lilin yang berbahaya bagi kesehatan. Kandungan lilin dalam mi instan berguna untuk membuat mi nggak lengket satu sama lain.

Nah lho, bayangin aja kalau kamu sering mengonsumsi mi instan berarti kamu secara nggak langsung udah memasukkan banyak kandungan lilin ke dalam tubuh. Kandungan lilin tersebut akan merusak sistem kerja pencernaan dalam tubuh karena baru bisa dicerna oleh tubuh dalam waktu minimal 2 hari. Hal ini juga didukung oleh penelitian Dr Kuo yang menggunakan kamera berukuran sangat mini untuk melihat apa yang terjadi dengan mi instan di dalam saluran pencernaan.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, mi instan termasuk juga mi ramen asal Jepang, nggak hancur selama dua jam proses pencernaan di dalam tubuh. Bentuk mi yang masih utuh memaksa saluraan pencernaan manusia bekerja ekstra keras untuk memecah makanan tersebut.

Bahayanya kalau mi instan tetap ada di dalam saluran pencernaan untuk waktu yang lama, akan sangat berdampak pada penyerapan nutrisi makanan lain yang kamu makan.

2. Kandungan nipagin
Sudah nggak asing lagi kalau dalam proses pembuatan bumbu-bumbu mi instan menggunakan bahan kimia sebagai pengawet. Pengawet yang paling umum digunakan yaitu asam benzoat dan nipagin.

Nipagin biasa digunakan sebagai pengawet dalam pembuatan kecap. Beberapa negara mengizinkan penggunaan nipagin dalam batas maksimun seperti Kanada dan Amerika Serikat.

Sedangkan di Indonesia, menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), penggunaan nipagin di Indonesia diatur dalam Permenkes RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 tentang bahan tambahan makanan yang mengizinkan penggunaan nipagin dalam kecap dengan batas maksimum 250 mg/kg (SNI,1999).

Tapi ada juga negara yang nggak mengizinkan penggunaan nipagin sebagai pengawet dalam makanan, misalnya Belgia, Prancis, Belanda dan Turki.

Kombinasi dari penggunaan asam benzoat dan nipagin sebagai pengawet dalam makanan dapat meningkatakan daya tahan makanan karena peningkatan efek antimikrobanya.

Penggunaan nipagin dan garam natrium yang berlebihan akan menimbulkan reaksi alergi pada mulut dan kulit. Oleh karena itu, diperlukan pengawasan dan analisis kuantitatif terhadap pengawet nipagin dalama makanan secara rutin.

3. Pengawet TBHQ (tertiary-butyl hydroquinone)
TBHQ merupakan bahan kimia yang sering disebut memiliki fungsi sebagai antioksidan. Tapi, TBHQ ini bukanlah berasal antioksidan alami tapi berasal dari bahan kimia sintesis. Zat ini berfungsi untuk mencegah oksidasi lemak dan minyak, sehingga dapat memperpanjang masa simpan makanan olahan, atau biasa disebut bahan pengawet. Inilah kenapa mi instan bisa awet disimpan dalam waktu yang lama.

Memang sih TBHQ biasa digunakan di dalam makanan olahan instan. Tapi, bahan kimia tersebut juga bisa ditemukan di dalam bahan non-makanan, seperti pestisida, kosmetik, dan parfum, karena sifatnya yang bisa mengurangi tingkat penguapan. Kalau TBHQ ada di dalam makanan jelas membahayakan tubuh manusia apalagi kalau kamu sering mengonsumsinya, bisa berakibat mual disertai muntah, terjadi dering di telinga, mengigau, dan sesak napas.

4. MSG (monosodium glutamat)
Memang nggak bisa dipungkiri kalau bumbu mi instanlah yang bisa membuat makanan ini menjadi nikmat dan gurih. Itu semua karena bumbu mi instan mengandung bahan penyedap rasa seperti MSG atau vetsin yang dapat membahayakan untuk kesehatan.

MSG dapat menyebabkan disfungsi otak dan kerusakan berbagai organ. Selain itu, zat ini juga dapat menimbulkan sejumlah penyakit, seperti alzheimer, parkinson, dan bahkan penyakit kesulitan belajar.

Belum lagi mi instan kini tersedia dengan berbagai macam rasa, ada rasa soto, rasa kari ayam, rasa rendang. Aneka macam rasa ini biasanya mengandung flavour yang secara medis apabila dikonsumsi secara berlebihan dalam waktu lama juga akan menimbulkan sejumlah keluhan penyakit.

Mi instan memang teman yang nikmat di segala suasana, tapi dengan kandungan zat yang berbahaya rasanya kamu harus mulai mengurangi mengonsumsinya secara berlebihan ya.