Brilio.net - Ada cerita menarik dari seorang pelari hebat. Pelari ini sudah beberapa kali menjuarai perlombaan di tingkat daerah hingga provinsi.

Sejak kecil, pelari ini memang sudah dilatih keras oleh ayahnya untuk berlari. Karena keuletannya, sang pelari ini akhirnya menjadi atlet lari kenamaan.

Namun suatu hari, ketika dirinya akan mengikuti seleksi perlombaan lari tingkat nasional, kakinya tiba-tiba cedera parah sewaktu menjalani latihan. Dia tertabrak motor ketika sedang latihan mengitari kompleks perumahannya. Buyar sudah harapan sang pelari untuk bisa melaju di seleksi itu.

"Aku gagal ikut lomba lari tingkat nasional tahun ini," sesalnya dalam hati.

Cedera kaki itu sempat membuatnya sangat susah untuk berjalan. Bagaimana dia bisa berlari kalau untuk berjalan saja dia sulit? Dia pun menjadi patah semangat dan ingin melupakan cita-citanya. Yang dia inginkan saat itu adalah agar bisa berjalan dengan mudah tanpa merasa sakit.

Tanpa ada yang memberi semangat, sang pelari itu pun berinisiatif sering berjalan-jalan untuk melatih dan memulihkan kakinya. Lama kelamaan akhirnya dia lancar untuk berjalan. Namun dia tetap tak berani untuk mencoba berlari lagi.

Suatu hari ketika dirinya sedang berjalan-jalan dan beristirahat di bawah pohon, dia melihat seekor semut yang mencoba menaiki pohon dengan membawa makanan yang lebih besar daripada badannya. Beberapa kali semut itu terjatuh karena tak kuat menahan beban makanannya. Namun setelah dicoba berulang-ulang semut itu akhirnya berhasil membawa makanan itu ke sarangnya, meskipun harus berjalan dengan pelan.

"Gila ini semut, nyoba jalan naik berapa kali gagal tapi akhirnya bisa juga dia," ujar si pelari sambil terbengong-bengong melihat semut sudah masuk ke sarangnya.

Saat itu juga, si pelari langsung tersadar. Semut saja tidak menyerah untuk mencapai tujuannya, apalagi dirinya. Dari situlah dia mulai aktif berlatih lagi. Dalam percobaannya selama seminggu, dirinya memang tidak bisa lari lebih dari 100 meter tanpa merasa sakit.

Tapi dia tetap berusaha untuk bisa berlari lebih jauh lagi. Setiap dia merasa lelah dan mau menyerah dia teringat perjuangan si semut itu. Maka setelah 2 tahun berlatih keras, akhirnya dia dapat mengikuti seleksi atlet tingkat nasional lagi. Dia pun lolos! Dia dikabarkan berhasil menyabet gelar juara 2 lomba lari tingkat nasional. Bahkan, karena kesuksesannya, dia sudah membuat sekolah khusus untuk atlet lari.

Hikmah yang bisa dipetik dari cerita di atas adalah bagaimana cara kita menyemangati diri kita sendiri. Bagaimana manusia harus peka dan mau belajar dari hal-hal kecil yang berada dekat dengan lingkungan kita. Sang pelari itu terkadang masih suka tersenyum sendiri jika mengingat perjuangan si semut.

"Semut aja bisa, masak iya manusia nggak bisa," kata dia di bawah pohon, sambil mengawasi murid-muridnya latihan lari.