Brilio.net - Pernahkah kamu merasa hidup ini tak adil? Pernahkah kamu merasa menjadi manusia yang paling sial? Atau merasa hidup ini sia-sia dan hampa?

Berikut rangkuman tentang 5 pertanyaan tentang menggugat kehidupan, yang dikutip brilio.net dari Novel Darwis Tere Liye Rembulan Tenggelam di Wajahmu. Cek ya!

1. Kenapa Tuhan tak memberi kesempatan untuk memilih saat akan dilahirkan?
Kehidupan ini tidak sia-sia. Besar-kecil, semua berarti. Kalau urusan yang sangat kecil aja sudah ditentukan, gimana mungkin urusan manusia yang lebih besar luput dari perhatian.

Bagi manusia, hidup ini juga sebab-akibat yang membentuk peta dengan ukuran raksasa. Adanya kamu menyebabkan perubahan garis kehidupan orang lain, kehidupan orang lain mengakibatkan perubahan garis kehidupan orang lainnya lagi, terus begitu sampai siklus tertentu, kembali lagi ke garis kehidupanmu. Sekecil apapun itu, setiap perbuatan yang kamu lakukan memiliki sebab-akibat

Apakah kamu pernah merasa salah satu bagian hidupmu tidak bahagia? Seperti cerita tokoh Ray berikut ini,

"Mengapa kau harus menjalani masa kanak-kanak yang seharusnya indah justru di panti menyebalkan tersebut? Mengapa? Karena kau menjadi sebab bagi garis kehidupan Diar. Kau menjadi sebab anak ringkih, lemah, dan polos itu menjemput takdir hidup yang bagai seribu saputan pelangi di langit saat kematiannya tiba. Kau menjadi sebab seribu malaikat takzim mengucap salam ketika menjemput Diar di penghujung umurnya yang sayangnya masih amat muda."

Ray akhirnya tahu mengapa ia ditakdirkan tinggal di panti sialan itu. Uang dari para dermawan yang seharusnya untuk membiayai panti asuhan namun ingin digunakan penjaga panti untuk naik hajinya ternyata digunakan untuk membiayai pengobatan Ray akibat tusukan belati para preman. Penjaga panti akhirnya menemukan jalan kembali, dan Ray menjadi penyebab penjaga panti menemukan jalan untuk kembali tersebut.

2. Apakah hidup ini adil?
"Kalau Tuhan benar-benar penyayang kenapa Dia harus menciptakan orang-orang jahat. Orang-orang yang mengambil kebahagiaan orang lain. Natan kehilangan mimpinya. Dia kehilangan orang tuanya. Bukankah sering terlihat orang-orang jahat itulah yang justru dimudahkan dalam segala urusan. Dilapangkan jalannya. Sedangkan orang-orang baik, langit berkali-kali justru tega merenggut secuil janji kebahagiaan di depan mata. Apakah hidup ini adil?
Kehidupan baik-baik ini melelahkan. Mungkin lebih mengasyikkan jadi anak jalanan seperti dulu. Lapar? Tinggal memaksa. Butuh uang? Tinggal mencuri. Berjudi. Kenapa tidak? Ray menyeringai, bukankah terakhir kali berjudi dia menang belasan juta? Sebelum akhirnya tiga pisau belati membusai perutnya. Setidaknya kehidupan seperti itu terlihat menyenangkan. Menjanjikan."

Kamu tidak boleh menyalahkan orang lain, apalagi menyalahkan Tuhan, meskikun sering dilakukan orang-orang. Kamu harus tahu, keadilan memiliki berjuta bentuk. Kalau kamu masih lalai mengenali bentuk-bentuk keadilan itu, mungkin karena kamu selalu berusaha mengenalinya dari sisi yang kasat mata. Atau mungkin kamu masih sering menurutkan perasaan, sering berprasangka buruk. Maka, kalau kamu ingin megenali bentuk-bentuk keadilan itu, kuncinya satu: selalu berprasangka baik.

3. Kenapa langit tega sekali mengambil sesuatu yang justru amat dicintai? Kenapa takdir menyakitkan harus terjadi?
Hampir semua orang pernah kehilangan sesuatu miliknya, amat berharga malah. Dan semua kehilangan itu pasti menyakitkan. Cara terbaik untuk memahaminya adalah kamu coba melihat dari sisi yang berbeda.

Dalam cerita ini kamu bisa melihat dari sisi istri Ray. Sejak pernikahan, istri Ray sering berkata, Bagiku kau ikhlas dengan semua yang kulakukan untukmu, ridha atas perlakuanku padamu. Itu sudah cukup. Ini amat sederhana.

Istri Ray benar-benar ingin menjadi istri yang baik untuk Ray, menjadi ibu yang baik untuk anak-anakya. Dia tidak pandai ilmu agama, dia baru belajar itu semua saat mereka menikah. Tapi dia paham sebuah kalimat yang indah, nasihat pernikahan yang disampaikan penghulu: Istri yang ketika meninggal dan suaminya ridha padanya, maka pintu-pintu surga dibukakan lebar-lebar baginya. Hanya itu yang dia pahami, tapi dia sungguh-sungguh melaksanakannya.

Dia ingin Ray ikhlas atas semua yang dia lakukan, dia ingin Ray menerimanya apa adanya. Melayani Ray sepenuh hati, menunggu Ray pulang dengan riang, memaksakan diri tetap terjaga saat Ray tiba, memanaskan masakan makan malam, melepaskan dasi, menyiapkan air hangat. Dia ingin Ray ridha atas semua perlakuannya.

Apa kalimat terakhir istri Ray? 'Kau tahu. Aku ingin selalu terlihat cantik di matamu. Aku ingin selalu terlihat cantik'. Istri Ray bertanya di penghujung hidupnya, Apakah kau ridha? Dan Ray mengangguk. Maka malam itu seribu malaikat bertasbih mengungkung kota. Istri Ray menjemput penghujung yang baik. Inilah jawaban mengapa istrinya harus pergi. Di sini, kamu perlu melihat dari sisi yang pergi, bukan dari yang ditinggalkan. Maka, kamu bisa memahami kenapa yang dicintai justru diambil: mungkin itulah takdir terbaik untuknya.

4. Kenapa meskipun sudah memiliki banyak hal namun hidup terasa kosong dan hampa?
Setelah kepergian istri kesayangannya, Ray sering berpikir, dengan semua kesibukannya, dengan semua kekuasaan yang dimilikinya, bisa mendapat kesenangan untuk dapat menutup semua perasaan kosongnya. Dengan menambah lagi bisnisnya, membuatnya besar-menggurita, dia akan menemukan kepuasan.

Sayang, Ray tetap merasa kosong dan hampa. Ray mirip seperti anak kecil yang sudah memiliki mainan, saat melihat anak lain mendapat mainan baru, ia juga menginginkannya. Kesalahan Ray adalah sikap keterlaluannya mencintai dunia.

Maka kamu harus menjadi orang yang bijak menyikapi dunia. Ketika kamu merasa hidupmu kurang maka kamu nggak akan pernah merasa puas. Tapi ketika kamu mampu berlaku bijak, kamu bisa berhasil menghaluskan hatimu, membuat hatimu bagai cermin yang bisa merasakan kebahagiaan melebihi orang terkaya sekalipun.

5. Kenapa Tuhan menakdirkan memberi penderitaan berkepanjangan kepada hamba-Nya?
"Apakah yang disebut dengan kejadian menyakitkan? apakah yang disebut dengan kejadian menyenangkan? Sejatinya pertanyaan itu tentang perbandingan. Otak manusia sejak lama terlatih menyimpan banyak perbandingan versi mereka sendiri, menerjemahkan nilai seratus itu bagus, nilai lima puluh itu jelek. Wajah seperti ini cantik, wajah seperti itu jelek. Hidup seperti ini kaya, hidup seperti itu miskin. Otak manusia yang keterlaluan pintarnya mengumpulkan semua kejadian-kejadian itu dalam sebuah buku besar, yang disebut buku perbandingan."

Ketika merasa hidup begitu menyakitkan dan merasa muak dengan semua penderitaan maka itu saatnya kamu harus melihat ke atas. Pasti ada kabar baik yang turun, masa depan yang baik sebagai hadiah kelulusanmu dalam ujian Tuhan. Sebaliknya, ketika merasa hidup amat menyenangkan dan justru merasa kurang dengan semua kesenangan itu, maka saatnya kamu harus melihat ke bawah, pasti ada yang lebih tidak beruntung darimu.