Brilio.net - HIV tentunya sebuah penyakit yang cukup dihindari dan ditakuti oleh manusia. Pasalnya penyakit ini merupakan terbilang sulit disembuhkan. Selama puluhan tahun setelah ditemukan virus, HIV atau AIDS baru bisa dikendalikan, bukan disembuhkan.

HIV merupakan virus yang menyerang dan melemahkan kekebalan tubuh, sementara AIDS adalah kondisi di mana kekebalan tubuh sudah sedemikian rusak oleh HIV dan beberapa penyakit/infeksi penyerta mulai masuk dan menyebabkan sakit.

Dilansir brilio.net dari liputan6.com yang mengutip dari CNBC, Jumat (5/7), belakangan ilmuan dikabarkan telah menemukan teknologi pembasmi HIV. Para ilmuan telah berhasil melakukan percobaan pemusnahan HIV di tubuh tikus hidup pertama kalinya.

Para ilmuan dari Temple University dan University of Nebraska Medical Center menggunakan kombinasi teknologi gene-editing CRISPR dan perawatan terapeutik LASER ART untuk eksperimen ini. Studi mereka dipublikasi di Jurnal Nature Communication 10, Artikel nomor 2753.

"Kami pikir, studi ini adalah gebrakan besar karena selama 40 tahun, HIV tidak memiliki obat penyembuhan," ungkap Dr. Kamel Khalili, ketua departemen neurosains dan direktur Center of Neurovirology and the Comprehensive NeuroAIDS Center dari Temple University.

Seperti yang sudah banyak diketahui orang, selama ini pasien HIV selalu direhabilitasi dengan terapi antiretroviral (ART) yang berfungsi mencegah duplikasi virus di dalam tubuh manusia. Namun jika terapi ART tidak diberikan, virus itu akan bertambah.

Sebagai informasi, CRISPR-Cas9 adalah alat gene-editing yang telah dimodifikasi dengan teknologi tertentu untuk membantu peneliti mengobati bahkan menyembuhkan secara total penyakit gen.

Alat ini digunakan oleh para ilmuan untuk mengubah DNA manusia, seperti menghapus dan mengubah material genetik tertentu. Sedangkan LASER ART adalah bentuk "super" terapi ART yang bisa menahan virus agar tidak bertambah dalam waktu yang lebih lama. ART ini disimpan dalam bentuk nanocrystals.

Para ilmuwan akan membenamkan LASER ART terlebih dahulu, kemudian menggunakan CRISPR untuk membunuh virus yang 'dibekukan' ART. Meski masih banyak yang harus diperbaiki, namun para ilmuwan yakin teknologi ini akan sangat berguna bagi manusia di masa depan.