Brilio.net - Setelah menikah, tentu hal yang diinginkan oleh pasangan suami istri adalah memiliki keturunan. Namun ada beberapa pasangan yang harus menunda memiliki anak karena memang belum diberi kesempatan untuk memiliki keturunan bahkan sampai beratahun-tahun.

Biasanya, setelah pasangan merasa sudah betahun-tahun menjalani biduk rumah tangga namun tak kunjung memiliki anak, mereka melalukan konsultasi ke dokter kandungan. Setelah itu dilakukan proses inseminasi dan bayi tabung. Banyak orang yang menganggap proses inseminasi dan bayi tabung itu sama, padahal keduanya jauh berbeda.

Salah satu dokter dari klinik Morula IVF, dr. Batara Imanuel Sirait, Sp.OG(K), mengatakan inseminasi dan bayi tabung itu berbeda. Perbedaan mendasarnya ada pada tempat pembuahan. Pada inseminasi, dokter menyemprotkan sperma yang sudah ditingkatkan kualitasnya ke dalam rahim, dan pembuahan terjadi secara normal.

"Sementara pada bayi tabung, sperma dan sel telur dari masing-masing pasangan diambil, lalu dipertemukan di laboratorium, dan dimasukkan ke dalam rahim ketika sudah berbentuk embrio," ujar dr Batara, dalam acara Kick Off Perayaan Anniversary #46YearsofSavingLife Bunda Medik Healthcare System, di Jakarta.

Mengenai masalah keberhasilan, menurut Batara keduanya juga berbeda. Secara ilmiah keberhasilan kehamilan lebih tinggi pada bayi tabung dibanding inseminasi. Kendari demikian, dr Batara mengatakan proses inseminasi dan bayi tabung bukanlah dua jenjang pengobatan bertahap. Dalam artian, seseorang tidak perlu menjalani inseminasi dahulu sebelum memutuskan untuk bayi tabung.

"Inseminasi bisa dilakukan kepada pasangan yang tidak memiliki masalah dalam produksi sperma dan sel telur. Jadi spermanya diproduksi dalam jumlah yang cukup, dan saluran sel telur juga tidak tersumbat," tuturnyam

Sementara untuk masalah biaya, insemninasi terbilang jauh lebih murah berkisar Rp 12-14 juta, sementara bayi tabung bisa mencapai Rp 80-90 juta.