Brilio.net - Brilio.net - Pada Minggu (27/4), Indonesia dikejutkan oleh kabar duka dari dunia politik. Brando Susanto, anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDI Perjuangan, meninggal dunia secara mendadak saat menghadiri acara Halal Bihalal DPD PDI Perjuangan di Jakarta International Velodrome, Jakarta Timur. Dalam acara tersebut, Brando bertindak sebagai ketua panitia.

Awalnya semua berjalan lancar, Brando pun memberikan sambutan di atas panggung. Namun di tengah-tengah acara, Brando tiba-tiba terjatuh dan tidak sadarkan diri. Mengetahui hal itu tim medis yang berada di lokasi bergerak cepat memberikan pertolongan pertama dan membawa Brando ke Rumah Sakit Columbia Pulomas, Jakarta Timur. Sayangnya, nyawa Brando tidak dapat diselamatkan, dan dia dinyatakan meninggal dunia di rumah sakit.

Dugaan penyebab meninggalnya Brando Susanto

Kenali silent heart attack yang menimpa Brando Susanto © 2025 brilio.net
© 2025 brilio.net/freepik.com

Dihimpun brilio.net dari berbagai sumber, belum ada informasi pasti mengenai penyebab meninggalnya Brando Susanto. Namun melihat kondisi yang ada, kemungkinan Brando mengalami silent heart attack atau serangan jantung senyap. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Wakil Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta, Wahyu Dewanto, yang juga hadir dalam acara tersebut. Dia mengonfirmasi bahwa Brando diduga meninggal akibat serangan jantung.

Apa itu silent heart attack?

Silent heart attack atau serangan jantung senyap adalah kondisi medis serius di mana seseorang mengalami serangan jantung tanpa merasakan gejala khas seperti nyeri dada hebat. Kondisi ini sering tidak terdeteksi karena gejalanya yang ringan atau bahkan tidak ada sama sekali.

Penyebab silent heart attack

Penyebab utama silent heart attack adalah penyumbatan aliran darah ke otot jantung akibat penumpukan plak kolesterol di pembuluh darah koroner. Faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kondisi ini antara lain:

- Hipertensi (tekanan darah tinggi)

- Diabetes mellitus

- Kolesterol tinggi

- Merokok

- Keturunan (riwayat keluarga dengan penyakit jantung)

- Stres kronis dan gaya hidup tidak sehat

Gejala yang perlu diwaspadai

Meskipun sering tidak menimbulkan gejala, beberapa tanda yang dapat muncul pada silent heart attack antara lain:

- Nyeri ringan atau tidak nyaman di dada

- Kelelahan yang tidak biasa

- Sesak napas ringan

- Mual atau gangguan pencernaan ringan

- Pusing atau pingsan ringan

- Nyeri atau ketidaknyamanan di bagian atas tubuh, seperti lengan kiri, punggung, leher, atau rahang

Jika kamu mengalami gejala-gejala tersebut, segera konsultasikan dengan dokter untuk evaluasi lebih lanjut.

Pentingnya deteksi dini dan pencegahan

Kenali silent heart attack yang menimpa Brando Susanto © 2025 brilio.net
© 2025 brilio.net/freepik.com

Karena silent heart attack sering tidak terdeteksi, penting bagi individu dengan faktor risiko untuk menjalani pemeriksaan kesehatan secara rutin. Deteksi dini dapat membantu mencegah komplikasi serius dan meningkatkan peluang pemulihan.

Langkah pencegahan yang dapat dilakukan

- Menjaga pola makan sehat dan seimbang

- Berhenti merokok dan menghindari alkohol

- Melakukan aktivitas fisik secara teratur

- Mengelola stres dengan baik

- Memeriksakan kesehatan secara rutin, termasuk cek tekanan darah, kadar gula darah, dan kolesterol

Penanganan awal ketika ada yang mengalami silent heart attack

Meskipun serangan jantung senyap (silent heart attack) seringkali tidak menimbulkan gejala yang jelas atau parah, kondisi ini tetap berbahaya dan memerlukan perhatian medis segera. Berikut adalah langkah-langkah penanganan awal yang dapat dilakukan jika kamu mencurigai seseorang, terutama anggota keluarga, mengalami silent heart attack:

1. Segera hubungi tenaga medis

Jika kamu mencurigai seseorang mengalami silent heart attack, segera hubungi layanan darurat (ambulans) atau bawa ke rumah sakit terdekat. Walaupun gejalanya ringan, penanganan medis yang cepat tetap diperlukan untuk meminimalkan kerusakan pada otot jantung.

Ingat: Jangan menunggu gejala memburuk, karena kerusakan jantung bisa terus berlangsung meskipun pasien merasa baik-baik saja.

2. Posisikan pasien dalam posisi nyaman

Jika pasien tidak mengalami sesak napas atau kesulitan bernapas, buat mereka merasa lebih nyaman dengan duduk atau berbaring dengan kepala sedikit terangkat.

Hindari aktivitas fisik: Jangan memaksakan pasien untuk berjalan atau bergerak lebih banyak, karena ini dapat memperburuk kondisi jantung.

3. Berikan aspirin jika dianjurkan

Jika pasien sadar dan tidak memiliki kontraindikasi terhadap aspirin (seperti alergi atau riwayat pendarahan), memberikan aspirin dapat membantu mengurangi pembekuan darah dan mengurangi risiko kerusakan lebih lanjut pada jantung.

Catatan penting: Jangan memberikan aspirin jika pasien muntah, pingsan, atau tidak sadar tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan tenaga medis.

4. Perhatikan gejala-gejala ringan

Silent heart attack sering kali menunjukkan gejala ringan seperti nyeri dada ringan, kelelahan berlebih, atau rasa mual. Jika gejala ini muncul secara tiba-tiba dan tidak biasa, tetap anggap serius dan lakukan tindakan di atas.

Contoh gejala ringan: Ketidaknyamanan di dada, pusing ringan, sesak napas, atau mual ringan. Ini bisa menjadi tanda bahwa ada penyumbatan ringan pada pembuluh darah jantung yang perlu segera ditangani.

5. Memonitor tanda-tanda vital

Perhatikan detak jantung pasien. Jika mereka merasa pusing atau kehilangan kesadaran, ini bisa menunjukkan penurunan aliran darah yang lebih parah ke jantung atau otak.

Tanda-tanda bahaya: Jika pasien tiba-tiba pingsan atau tidak bisa diajak bicara, ini bisa menjadi indikasi serangan jantung yang lebih serius yang membutuhkan pertolongan medis segera.

6. Menghindari hal-hal yang dapat memperburuk kondisi

Jangan memberikan makanan atau minuman dalam jumlah banyak karena ini dapat menyebabkan beban pada sistem tubuh dan jantung.

Hindari memberi pasien obat-obatan yang tidak diresepkan atau yang tidak diketahui efeknya terhadap kondisi jantung mereka.

7. Melakukan CPR (jika pasien pingsan)

Jika pasien kehilangan kesadaran dan tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan (seperti pernapasan), segera lakukan CPR (Cardiopulmonary Resuscitation) untuk memberikan oksigen ke tubuh mereka hingga bantuan medis datang. Namun, CPR hanya dilakukan jika pasien benar-benar pingsan dan tidak bernapas.

8. Jaga ketenangan dan persiapkan informasi untuk tenaga medis

Saat tim medis tiba, pastikan untuk memberikan informasi yang lengkap mengenai kondisi pasien, termasuk riwayat kesehatan, apakah ada faktor risiko jantung (seperti hipertensi, diabetes, atau kolesterol tinggi), dan gejala yang dialami.

Semakin lengkap dan akurat informasi yang diberikan, semakin cepat tenaga medis dapat mengambil langkah penanganan yang tepat.

Usia rentan mengalami silent heart attack

Kenali silent heart attack yang menimpa Brando Susanto © 2025 brilio.net
© 2025 brilio.net/freepik.com

Usia 45 hingga 65 tahun:

Silent heart attack lebih sering terjadi pada individu berusia 45 hingga 65 tahun, terutama mereka yang memiliki faktor risiko penyakit jantung seperti hipertensi, diabetes, atau riwayat keluarga dengan penyakit jantung.

Penelitian menunjukkan bahwa orang di usia ini mulai mengalami perubahan signifikan pada pembuluh darah dan fungsi jantung, yang meningkatkan kemungkinan terjadinya penyumbatan aliran darah tanpa gejala yang jelas.

Usia lebih tua (65 tahun ke atas):

Risiko silent heart attack juga meningkat seiring bertambahnya usia. Pada usia 65 tahun ke atas, banyak individu yang memiliki penurunan elastisitas pembuluh darah atau pembekuan darah, yang meningkatkan kemungkinan terjadinya serangan jantung senyap.

Pada usia lanjut, gejala serangan jantung juga bisa lebih sulit dideteksi, karena gejalanya bisa tumpang tindih dengan kondisi medis lain yang lebih umum pada orang tua, seperti kelelahan atau sesak napas ringan.

Mengapa usia menjadi faktor risiko?

Seiring bertambahnya usia, tubuh mengalami perubahan pada sistem kardiovaskular, termasuk penurunan fungsi pembuluh darah dan peningkatan akumulasi plak kolesterol di pembuluh darah. Proses ini dapat menyebabkan penyumbatan atau pengurangan aliran darah ke jantung, yang pada akhirnya dapat memicu serangan jantung senyap.

Penting untuk diingat bahwa meskipun usia lebih tua adalah faktor risiko utama, silent heart attack juga bisa terjadi pada usia lebih muda jika seseorang memiliki faktor risiko penyakit jantung atau gaya hidup yang tidak sehat.