Brilio.net - Imbauan pemerintah kepada masyarakat agar tetap di rumah dan menghindari bertemu orang banyak di luar rumah, membuat kita lebih banyak rebahan dan bermalas-malasan di rumah. Namun hal ini tak serta merta membuat kita menjadi bisa bangun dengan segar setiap hari. Pada saat ini, walau sering tidur dan rebahan, seseorang malah lebih sering terbangun dalam rasa lelah.

Kenapa hal itu bisa terjadi?

Kondisi yang sering dirasakan ketika terbangun dari tidur yaitu merasakan lelah dan pening ketika membuka mata. Padahal, beberapa orang yang bangun lebih siang dari biasanya merasa sudah cukup tidur.

Kondisi belum sepenuhnya tersadar saat bangun ini kerap disebut 'belum penuh' atau 'belum on'. Dilansir brilio.net dari The Independent pada Rabu (15/4), kondisi tersebut secara ilmiah dinamakan inersia tidur.

"Kondisi ini terjadi pada fase antara tidur dan terbangun pada saat seseorang belum benar-benar merasa bangun. Seseorang yang terdampak merasa berat, sulit berpikir jelas, alami disorientasi, serta bertingkah aneh beberapa waktu setelah terbangun," ungkap Dr Natasha Bijlani, konsultan psikiater di Priory Hospital Roehampton.

Matthew Walker, profesor neuroscience dan psikologi dari University of California mengatakan bahwa kondisi 'belum penuh' ini bisa terjadi karena berbagai alasan. Ia mengatakan bahwa bahwa hal ini dapat terjadi ketika seseorang tidur tidak sesuai dengan kebiasaan, kurang waktu tidur, tidur kurang nyenyak, atau mengalami masalah gangguan tidur.

Menurut Colin Espie, profesor dari University of Oxford, banyaknya orang yang mengalami hal ini disebabkan karena menurunnya paparan cahaya alami. Hal ini dapat terjadi karena banyak orang kurang berjemur di pagi hari dan hanya di rumah saja dalam waktu yang lama.

"Cahaya matahari merupakan sinyal biologis utama pada kondisi terjaga," terang Espie.

Oleh karena itu, kurangnya paparan cahaya matahari atau cahaya luar ruangan bisa membuat seseorang jadi kurang awas sepanjang hari. Cahaya yang diperoleh dari luar ruangan ini tidak dapat dibandingkan dengan cahaya di dalam ruangan.

Dr Natasha mengungkapkan bahwa faktor signifikan lain yang memberikan dampak lelah adalah kecemasan. Hal ini secara khusus berupa kecemasan terhadap kualitas tidur di malam sebelumnya. Ketika seseorang cemas terhadap hal ini, mereka bisa terbangun dengan keadaan kurang menyenangkan dan merasa 'tidak penuh' seharian.

Kecemasan terhadap kondisi pandemi Covid-19 saat ini juga menjadi hal yang berpengaruh pada berbagai aspek kehidupan. Sebelumnya, hal ini diketahui telah menyebabkan munculnya mimpi buruk pada banyak orang serta meningkatnya masalah stres.

Walker menerangkan bahwa rasa cemas dapat berdampak pada kualitas tidur seseorang. Hal ini bisa membuat orang tidak bisa benar-benar lelap dan merasa terjaga.

"Kita tahu bahwa ketika seseorang cemas, mereka tidak dapat tidur dengan lelap," kata Walker.

Jadi ketika kamu merasa cemas pada hari sebelumnya, hal ini berujung buruk terhadap kualitas tidur di malam hari dan sayangnya hal ini akan terus berulang.

Banyaknya pemberitaan mengenai kasus virus corona, juga disebut dapat membuat banyak orang dalam kondisi waspada dan cemas. Hal ini selanjutnya membuat energi mereka terkuras banyak.

Berada di rumah sepanjang waktu juga dapat menjauhkan seseorang dari rutinitas biasanya dan mengalami rasa bosan. Padahal, rutinitas ini merupakan hal penting yang membuat seseorang terjaga dan merasa siap mengawali hari.