Brilio.net - Perang memang identik dengan kekerasan. Bahkan bisa menimbulkan kerugian dan korban jiwa. Namun perang di Lombok Barat jauh berbeda. Justru perang dijadikan atraksi budaya.

Perang Topat merupakan tradisi masyarakat Lombok Barat yang sudah ratusan tahun. Tradisi ini menceritakan damainya masyarakat Lombok Barat hidup dalam keberagaman. Masyarakat beragama Islam dan Hindu berdampingan.

"Belakangan ini orang bicara empat pilar berbangsa, Pancasila, UUD 45, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI. Tapi hari ini kita tidak sekadar bicara. Kita beri contoh kepada seluruh anak bangsa bahwa di tempat ini kita praktikkan empat pilar tersebut. Perang Topat ini dilakukan dengan penuh kegembiraan oleh dua unsur Agama dan Suku, Islam dan Hindu, suku Sasak dan Bali," kata Bupati Lombok Barat Fauzan Khalid.

Sementara menurut Menpar Arief Yahya bahwa Lombok kaya akan tradisi yang kuat. Lombok juga sudah ditetapkan sebagai satu dari 10 Top Destinasi dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika sebagai ikon.

"Dan ada tradisi Perang Topat yang sudah diteliti universitas di Eropa. Ingat, wisman datang ke Indonesia itu 60% karena culture, 35% karena nature, dan 5% alasan man made," paparnya.

Soal pelestarian budaya, Menpar Arief punya contoh di alam. "Ikan yang dilihat akan memiliki nilai ekonomi yang lebih besar daripada ikan yang ditangkap. Ikan sekali tangkap, selesai. Ikan semakin dipelihara, dilihat orang akan mendatangkan devisa," pungkasnya.