Brilio.net - Virus Corona atau COVID-19 kini tengah menjadi pandemi global. Jika di beberapa negara menyikapi Virus Corona dengan memberlakukan sistem lockdown atau penguncian wilayah, Indonesia menerapkan kewaspadaan interaksi sosial atau social distancing.

Pernyataan ini disampaikan langsung oleh Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito, beberapa waktu lalu. Adapun alasan pemerintah mengapa Indonesia tidak menerapkan sistem lockdown karena berkaitan dengan aktivitas perekonomian masyarakat.

"Di Indonesia banyak sekali yang bekerja mengandalkan upah harian. Itu menjadi salah satu kepedulian pemerintah, supaya aktivitas ekonomi tetap berjalan," tutur Wiku di Kantor Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta Timur.

Menurut Wiku, lockdown artinya membatasi betul-betul satu wilayah atau daerah. Padahal jika itu diterapkan di Indonesia akan sangat susah, karena memiliki implikasi pada ekonomi, sosial dan keamanan. "Maka itu kebijakan belum bisa diambil saat ini. Kembali social distancing yang paling penting," jelas dia.

Meski pemerintah telah menerapkan sistem demikian, namun setiap orang tetap harus menjaga diri agar tidak terinfeksi coronavirus. Misalnya dengan rajin mencuci tangan, membersihkan lingkungan rumah dan selalu menjaga kesehatan tubuh.

Menghindari keramaian juga harus dilakukan, seperti anjuran pemerintah. Hal ini lantaran Corona juga dapat ditularkan melalui droplets atau percikan dari orang sakit ketika bersin atau batuk.

Nah, mengingat penularannya yang seperti itu, maka ketika kamu sedang tidak sehat atau berada di kerumunan, usahakan untuk menggunakan masker. Ada hal penting lainnya lagi yang harus kamu perhatikan, yakni pakaian yang kamu kenakan. Kenapa?

Dilansir brilio.net dari Huffpost melalui dream.co.id pada Jumat (20/3), percikan ini juga bisa menempel pada permukaan benda, termasuk pakaian. Percikan tersebut dapat kering dengan sendirinya, namun membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Para ilmuwan kini tengah meneliti respons berbagai jenis serat pakaian terhadap virus ini, termasuk COVID-19.

"Droplets dapat kering lebih cepat jika menempel pada pakaian dengan serat alami. Suhu panas dan kelembapan juga memengaruhi cepat atau lambatnya droplets menghilang," kata Spesialis Kesehatan Masyarakat, Carol Winner, kepada Huffpost belum lama ini.

Beberapa peneliti percaya, serat pakaian berpori lebih rentan menangkap partikel virus. Namun bahan tersebut juga mudah mengeringkan partikel virus dan memecahnya.

"Sedangkan bahan pakaian yang mulus seperti kulit dan vinyl dapat dibersihkan dengan cara dilap," ucap Dekan Fakultas Ilmu dan Praktik Kesehatan di New York Medical College, Robert Amler.

Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh Dr Janette Nesheiwat. Bahan polyester dan spandex justru dapat menyimpan virus lebih lama.

"Semua jenis bahan pakaian dapat terkontaminasi, namun bahan polyester dan spandex dapat menyimpan virus lebih lama dibandingkan kain berbahan dasar serat katun," jelasnya.

Selain serat pakaian, bahan dasar aksesori juga bisa menyimpan virus. Beberapa virus akan tetap aktif saat menempel di plastik dan stainless steel selama dua atau tiga hari, di atas kardus selama 24 jam dan empat jam di atas tembaga.