Brilio.net - Teori Big Bang menjelaskan bahwa alam semesta terbentuk karena peristiwa ledakan dahsyat. Alam semesta tercipta dari keadaan awal yang sangat padat dan panas dan terus mengembang sampai sekarang. Dalam teori ini disebutkan keadaan awal alam semesta bermula sekitar 13,7 miliar tahun lalu.

Para ilmuwan meyakini molekul pertama di alam semesta setelah peristiwa Big Bang ialah molekul HeH+ alias Helium Hydride Ion. Meski demikian, ilmuwan belum dapat mendeteksi keberadaan molekul pertama ini. Setelah bertahun-tahun meneliti, akhirnya ilmuwan berhasil mendeteksi molekul pertama itu.

Dilansir brilio.net dari Geek dan nature.com, Selasa (23/4), baru-baru ini ilmuwan berhasil mendeteksi keberadaan HeH+. Ilmuwan di observatorium Max Planck for Radio Astronomy menggunakan teleskop Stratospheric Observatory for Infrared Astronomy (SOFIA) milik NASA untuk mendeteksi keberadaan HeH+. Adapun molekul tersebut ditemukan di sebuah nebula bernama NGC 7027.

HeH+ sendiri terbentuk dalam kondisi molekular di mana atom helium dan proton bergabung bersama. Molekular ini akhirnya terpisah dan jadi hidrogen dan atom helium yang jumlahnya melimpah di alam semesta.

Keberadaan HeH+ dipelajari ilmuwan sejak tahun 1925. Ilmuwan menyadari pentingnya keberadaan HeH+. "Alam semesta itu dimulai dengan kehadiran HeH+. Sayangnya, kurangnya bukti definitif dari eksistensi molekul tersebut telah menjadi dilema bagi kami," ujar Rolf Gusten dari Max Planck for Radio Astronomy.

Ilmuwan menjelaskan HeH+ terbentuk saat radiasi bintang mencapai temperatur lebih dari 100.000 derajat Celcius, yang mana menciptakan proses ionisasi. Ilmuwan terus mencari informasi mendetail mengenai HeH+. Namun Ozon dan air menghalangi ilmuwan untuk melihat HeH+. Kini berkat telescope dari NASA, HeH+ dapat terlihat.