Brilio.net - Bicara soal kereta api, siapa yang nggak kenal moda transportasi yang telah ada di Indonesia sejak zaman kolonial ini? Tapi tahukah kamu, dunia perkeretaapian terus berkembang. Baru-baru ini perkembangan juga meliputi aspek keramahan kereta api terhadap lingkungan. Bagaimana caranya? Yup, kini kereta api punya standar emisi gas buangnya.

Kereta bakal jadi moda angkutan barang paling efisien, khususnya barang, di masa depan. Kok bisa? Kereta api punya daya muat yang besar serta waktu tempuh yang lebih singkat. Lama perjalanannya pun mudah diprediksi. Inilah yang menjadikan angkutan ini akan mempunyai posisi penting dalam sistem transportasi di masa mendatang.

Di sejumlah negara, seperti di Amerika Serikat (AS), kereta mampu mengangkut lebih dari 40% barang antar daerah. Sementara truk cuma bisa mengangkut di bawah 30% barang di negara tersebut. Di Indonesia, distribusi barang dalam satu pulau semakin lama juga diarahkan untuk diangkat dengan kereta api.

Mengingat besarnya kontribusi kereta api ini, sejumlah instansi berupaya bikin sebuah transportasi kereta yang efektif, cepat, murah dan efisien. Sejak beberapa tahun terakhir, pengurangan emisi dari pembakaran mesin kereta juga menjadi pembahasan. Akhir tahun lalu badan perlindungan lingkungan AS (United States Environmental Protection Agency/EPA) memberlakukan standar emisi baru yang disebut Tier 4 untuk sarana perkeretaapian. Aturan ini mengharusnya semua pabrikan lokomotif untuk membuat lokomotif baru yang memenuhi standar emisi baru tersebut. Jadi uji emisi nggak cuma buat kendaraan bermotor saja, kereta juga ada.

General Electric selaku perusahaan yang menyumbang sekitar dua pertiga lokomotif baru di AS, menjadi pelopor dalam pengadaan lokomotif yang sesuai ketentuan Tier 4 ini. Teknologi yang disebut dengan “GE Evolution Series Tier 4” ini dikembangkan selama sekitar 5 tahun dengan biaya sekitar USD 0,5 miliar.

Menurut Ed Hall, Senior General Manager for Engine Engineering GE, pihaknya bekerja sangat keras untuk mengurangi emisi gas buang. “Bagaimana kami merekayasa bahan bakar, merekayasa udara, mengontrol proses pembakaran secara menyeluruh. Kami mampu melakukan ini semua,” ujar Ed Hall sebagaimana dilansir wired.com, Kamis (15/12).

Kereta api hemat energi Istimewa


Dahulu, mesin diesel tua menggunakan urea setelah melakukan perawatan untuk membersihkan mesin sebelum dilepaskan ke udara. Namun cara ini selain cukup rumit juga tidak ramah lingkungan. Konsumen lokomotif buatan GE diminta untuk menghindari perawatan seperti ini jika mungkin.

Sehingga, pihak GE mencari solusi tentang hal ini. Pada 2010, para insinyur GE dipecah menjadi dua untuk saling bersaing guna mendapatkan solusi yang layak. Para insinyur itu kemudian mendapatkan cara mengurangi pemakaian bahan bakar, mengurangi emisi, hingga membuat lokomotif bekerja efisien. Mereka membuat 200 sensor untuk mengumpulkan gigabyte informasi tentang kinerja mesin, knalpot, campuran bahan bakar dan kondisi rel. Lokomotif ini menggunakan software untuk menganalisis data dan menerapkan wawasan untuk mendapatkan lebih cerdas dan berjalan lebih efisien.

“Kereta api masih bekerja dengan cara yang sama secara fisik, tapi kami secara dramatis meningkatkan kemampuan kami untuk memberikan hasil yang lebih baik dengan menambahkan komponen digital,” kata Seth Bodnar, kepala digital dari GE Transportation dan presiden GE Transportation Digital Solutions, sebuah unit baru di GE yang berbasis di Chicago.

Menurut Bodnar, guna mengumpulkan dan memaksimalkan data tersebut, mereka menggunakan Predix, platform perangkat lunak berbasis cloud untuk internet industri. Perusahaan ini ingin menghubungkan sekitar 21.000 lokomotifnya yang menarik barang dan penumpang di 50 negara melalui Predix.

Predix mirip iOS dan Android, namun platform tidak diperuntukkan smartphone, tapi dibangun untuk mesin. GE sudah menggunakannya untuk mengoptimalkan dan menghubungkan segala sesuatu dari mesin X-ray untuk mesin jet. Predix memungkinkan kereta berjalan lebih cepat, lebih lengkap, lebih efisien dan lebih sering. Teknologi ini bisa menganalisis profil track, kondisi rel dan informasi lainnya untuk menghasilkan rencana yang paling optimal untuk setiap perjalanan. Saat kereta berangkat, dapat menyesuaikan rencana secara real time. Semua ini akan berimbas pada penghematan BBM.