Brilio.net - Sudah bukan menjadi rahasia lagi jika penghasilan petani itu susah diprediksi. Kadang untung banyak, tapi tak jarang pula harus merugi banyak gara-gara gagal panen atau harga komoditi di pasaran hancur. Hal inilah yang dialami oleh Devidas Parbhane, petani bawang merah asal India ini.

Meski hasil panennya banyak, keuntungan yang diperoleh Devidas tak sebanding dengan usahanya. Dari sekitar satu ton penjualan bawang merah hasil panen satu musim, ia mengaku hanya memperoleh keuntungan Re 1 atau sekitar Rp 200 saja!

Seperti halnya di Indonesia, harga kebutuhan pokok khususnya bawang merah di India memang terbilang fluktuatif. Imbasnya, saat stok barang di pasar melimpah, harganya pun ikut hancur. Bahkan, banyak petani dikabarkan melakukan bunuh diri akibat frustasi menanggung hutang akibat kegagalan panen.

"Setiap hari, kita mendengar berita tentang petani bunuh diri karena bencana kekeringan. Namun, dengan harga bawang menyentuh angka terendah, para petani seperti saya mungkin akan bernasib sama dengan mereka," ujar Devidas.

Petani bawang India © 2016 brilio.net



Ia menjelaskan dari luas ladang 0,8 hektar, total biaya yang dikeluarkan sekitar Rp 16 juta. "Tanggal 10 Mei, saya mengirim 952 kg bawang dalam 18 karung goni menggunakan truk ke pasar dan menerima Rs 16 (Rp 3.200) per 10 kg. Jadi, sekilonya dihargai Rp 200," katanya seperti dikutip brilio.net dari scoopwhoop, Kamis (26/5).

Sementara itu, pendapatan keseluruhan yang ia peroleh dari penjualan bawang merah sebesar Rp 30 ribu. Setelah dipotong komisi tengkulak, tenaga kerja, biaya transportasi, dan lain-lain, Devidas cuma dapat untung sekitar Rp 200. "Saya berharap harganya sampai Rp 600 per kg. Namun, saya kecewa setelah tahu harganya cuma segitu," kata petani itu.