Brilio.net - Aktor Leonardo DiCaprio akhirnya menyudahi penantian panjangnya. Setelah 25 tahun sejak pertama kali dinominasikan dalam Academy Awards, DiCaprio akhirnya didapuk sebagai Aktor Terbaik 2016 untuk perannya dalam film The Revenant pada perhelatan Oscar ke-88, Minggu (28/2) di Hollywood, Los Angeles, Amerika Serikat.

Tapi tahukan kamu, siapa peraih aktor terbaik Oscar pertama? Orang banyak pasti akan menjawab Emil Jannings, aktor film bisu asal Jerman yang diraihnya pada 1929 silam.

Tapi, saat itu kontroversi merebak. Sebab, awalnya bukan Jannings yang dinominasikan meraih predikat aktor terbaik. Melainkan Rin Tin Tin, anjing gembala jenis herder asal Jerman. Namun, sebagian besar juri Oscar saat itu berdebat panjang.

Mungkinkah memberikan predikat aktor terbaik kepada seekor anjing? Jika itu dilakukan bakal menghancurkan reputasi para sineas. Akhirnya ditentukanlah Jannings sebagai aktor terbaik lewat perannya dalam film The Last Command (1928) dan The Way of All Flesh (1927).

Ini alasan kenapa anjing Rin Tin Tin gagal jadi peraih Oscar pertama Rin Tin Tin bersama pemiliknya Lee Duncan (foto: obitoftheday.com).

Hal inilah yang digugat Susan Orlean, penulis buku Rin Tin Tin: The Life And The Legend. Orlean berpikir sudah saatnya, panitia Oscar mengoreksi ketidakadilan itu. Dia menyarankan agar panitia Oscar memberikan “anumerta” aktor terbaik untuk bintang film berkaki empat terbesar sepanjang masa itu.

Menurut Orlean seperti dilansir deadline.com, Rin Tin Tin jauh lebih populer daripada Jannings. “Pada tahun pertama piala Oscar penilaian yang diberikan, tampaknya lebih pada popularitas ketimbang penilaian serius kinerja seorang aktor.”

Dalam hal popularitas, Rin Tin Tin saat itu sangat dikenal. Ia adalah bintang besar di seluruh dunia. Bahkan, Rin Tin Tin membantu transisi Warner Bros dari sebuah studio kecil menjadi satu rumah produksi film yang besar.

Orlean juga menegaskan bahwa Rin Tin Tin adalah seekor anjing yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi. Terbukti, dalam setiap film yang diperankan, anjing gembala itu bisa menguasai teknik pelatihan sehingga sutradara tak terlalu kesulitan saat pembuatan film.

Lihat saja dalam film Clash of the Wolves (1925), bagaimana Rin Tin Tin bisa memerankan seekor anjing yang berjalan pincang dengan tas ranselnya hingga mati sendirian.

Adegan tersebut memang sulit dipercaya, Rin Tin Tin seakan-akan tahu bahwa dirinya sedang bermain film dan harus memainkan perannya. Luar biasa.

Sayangnya, hingga kini apa yang digugat Orlean belum pernah terwujud. Rin Tin Tin tetap menjadi legenda bintang besar Hollywood tanpa predikat aktor terbaik yang semestinya ia dapatkan.