Brilio.net - Keluarga adalah tempat di mana kita pulang untuk melepas penat dan lelah. Dengan adanya keluarga, hati bisa tenang dan tentram. Semua masalah yang tengah dihadapi bisa diatasi bersama keluarga.

Keluarga bisa menjadi tempat diskusi yang bebas. Semua rahasia dapat tersampaikan kepada anggota keluarga. Dengan begitu, permasalahan bisa terpecahkan dan terurai satu demi satu. Seperti masalah emosi antar anggota keluarga, bisnis hingga utang yang harus terbayarkan.

Namun, berbeda dengan keluarga yang ada di Singapura ini. Menurut The Star, pasangan suami istri, Teo Ghim Heng (43) bertengkar hebat dengan istrinya, Choong Pei Shan. Ini bermula saat Teo bertanya kepada Choong mengapa seragam putri mereka, Zi Ning tidak dipakai. Choong menjawab bahwa anaknya mungkin dikeluarkan dari sekolah karena dia tidak membayar biaya sekolahnya selama dua bulan terakhir.

Choong yang berusia 39 tahun mengejek Teo di depan putri mereka dengan berkata, "Kamu lihat, ayahmu benar-benar tidak berguna. Jadi tidak berguna, aku seharusnya tidak menikah dengannya."

Teo kemudian menjawab, "Aku benar-benar benci kamu bicara tentangku di depan putri kita. Aku bilang berkali-kali jangan melakukan itu."

pria bunuh anak istri © 2019 brilio.net

foto: thestar.com.my

Karena emosi yang tak terbendung, Teo mengambil handuk dari kamar mandi dan melilitkannya di leher istrinya dan menariknya dengan kuat. "Shan, kamu harus melepaskannya, aku berutang banyak. Jika kamu berjuang, kamu akan menderita," kata Teo kepada istrinya.

Choong mencoba melawan dengan menendangnya di tempat tidur, tetapi dia tak berhasil. Beberapa saat kemudian dia sudah lemas. Teo pun kemudian memanggil Choong untuk mengecek apakah istrinya itu sudah mati. Teo yang berpikir Choong masih bernafas, kemudian untuk kedua kalinya mencekik korban.

Setelah memastikan bahwa istrinya sudah mati, Teo kemudian meminta putrinya untuk duduk di pangkuannya dan berkata, "Jangan takut, papa ada di sini," sembari Teo juga membungkus handuk di leher Choong.

Teo mengatakan, sang anak menangis pelan lalu makin keras, sebelum mengeluarkan suara yang tidak dapat dimengerti. Teo pun kemudian mencekik anaknya, sambil berujar dalam bahasa Mandarin yang artinya, "Sayang, pergilah mencari ibumu. Papa akan segera datang." Tak lama kemudian, Teo mencoba bunuh diri.

Namun, upaya bunuh dirinya gagal. Kasus ini pun bergulir ke meja hijau setelah keluarga istrinya melaporkan ke polisi.

Psikiater dari Institut Kesehatan Mental (IMH) yang telah enam kali menemui Teo, Derrick Yeo, mengatakan, Teo memutuskan untuk mengakhiri hidup mereka karena dia tidak ingin mereka diburu para penagih utang. Teo mempunyai utang sebanyak USD 70.000 atau hampir Rp 1 miliar. Jumlah tersebut digunakan untuk tagihan kartu kredit, perjudian dan biaya sekolah.

pria bunuh anak istri © 2019 brilio.net

foto: thestar.com.my

Yeo, yang mewawancarai anggota keluarga dan rekan kerja Teo sebelum persidangan. Hingga sampai pada kesimpulan bahwa Teo tidak memiliki gangguan mental ketika membunuh anak dan istrinya. "Dia ingin mati bunuh diri. Banyak upaya yang ia lakukan, terlalu sulit atau tidak berhasil. Ini menunjukkan bahwa dia dalam keadaan sadar saat melakukan pembunuhan tersebut," kata Yeo, menurut CNA.

pria bunuh anak istri © 2019 brilio.net

foto: straitstimes.com

"Teo sempat mengiris pergelangan tangannya, tetapi luka itu tidak terlalu dalam. Jadi dia mencoba menelan tablet obat sakit kepala dan minum insektisida encer, tetapi masih belum mati," lanjut dia. "Dia mampu membuat pilihan objektif dan mempertimbangkan alternatif untuk perilakunya. Tindakannya untuk membunuh istrinya bukanlah sesuatu yang di luar kendalinya."

Yeo juga menjelaskan bahwa Teo telah menulis empat wasiat, termasuk pesan untuk ponsel istrinya yang berisi foto dan video permintaan agar anaknya diserahkan kepada kakek-neneknya, serta instruksi bagaimana aset pasangan itu harus dibagi. "Ini menunjukkan ada perencanaan sebelum kejadian," kata Yeo.

Menurut pengadilan, mereka mendengar bahwa ketika Teo ditangkap karena membunuh keluarganya, dia telah memberi tahu psikiater di Rumah Sakit Umum Changi bahwa dia tidak menyesali perbuatannya, kecuali satu yaitu membunuh putrinya.