Brilio.net - Kisah tragis menimpa Raya, balita berusia tiga tahun yang harus mengakhiri hidupnya dengan kondisi mengenaskan. Tubuh dan otaknya dipenuhi cacing. Tak hanya hidup dalam kemiskinan, Raya juga tidak memiliki sosok yang benar-benar mengurusnya.

Penderitaan anak malang ini semakin berat karena kedua orang tuanya mengalami gangguan jiwa (ODGJ). Akibatnya, Raya harus bertahan hidup seorang diri setiap hari. Pemerintah desa mengklaim sudah berupaya maksimal memberikan perhatian.

"Anak itu sering main di kolong sama ayam karena rumahnya panggung. Anaknya untuk jalan juga agak lambat, terus dia punya sakit demam. Sudah diperiksa ke klinik terdekat, ternyata dia punya penyakit paru," ujar Kepala Desa Cianaga, Wardi Sutandi.

Wardi menjelaskan, pemerintah desa sudah memberikan bantuan dari Dinas Kesehatan dan Dana Desa. Bahkan, saat proses pengawasan kesehatan, berat badan Raya sempat mengalami kenaikan. Setiap hari, makanan tambahan juga diberikan secara rutin.

Selain itu, rumah yang ditempati Raya pernah hancur dan kemudian dibangun kembali oleh warga bersama pemerintah desa.

Namun, karena kondisi ODGJ, orang tua Raya merusak alas rumah panggung untuk dijadikan bahan bakar memasak. "Mungkin mereka tidak menyangka kalau Raya sudah dalam keadaan sekarang itu," kata Wardi.

Ia mengaku baru mengetahui kondisi kritis Raya setelah berita ini viral, kemudian langsung berkoordinasi dengan Rumah Teduh untuk pemakaman.

Upaya Terakhir Menyelamatkan Raya

Raya yang tinggal di Kampung Padangenyang, Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi sempat mendapat pertolongan dari Rumah Teduh. Sayangnya, kondisi Raya sudah terlalu parah. Cacing telah berkembang biak dan bersarang di seluruh tubuh hingga otaknya.

Pendiri Rumah Teduh & Peaceful Land, Iin Achsien, mengungkapkan kronologi kejadian ini bermula dari laporan kerabat Raya pada 13 Juli 2025. "Kami dapat berita dari kerabatnya Raya, mereka cuma bilang sakitnya sesak napas," ujarnya saat dikonfirmasi, Selasa (19/8).

Relawan segera melakukan asesmen pada hari yang sama. Saat tim tiba, Raya sudah tidak sadarkan diri. Penyakit cacingan akut baru diketahui setelah ia dibawa ke RSUD R Syamsudin SH (Bunut). "Kondisinya sudah drop, langsung dimintakan masuk ke PICU (Pediatric Intensive Care Unit)," tambah Iin.

Birokrasi yang Menghambat Penyelamatan

Upaya penyelamatan Raya terkendala masalah administrasi karena ia tidak memiliki identitas. Rumah sakit memberikan waktu 3x24 jam untuk mengurus BPJS PBI agar biaya bisa ditanggung pemerintah.

Namun, proses pengurusan BPJS menemui jalan buntu karena kedua orang tua Raya mengalami gangguan jiwa. "Kita langsung ke Disdukcapil, diarahkan ke Dinas Sosial karena orang tuanya ada keterbelakangan mental. Dari sana diarahkan ke Dinas Kesehatan, dan akhirnya Dinas Kesehatan angkat tangan," jelas Iin.

"Waktunya sudah habis 3 hari berturut-turut, tidak ada tanggapan apapun," lanjutnya.

Akibatnya, tenggat waktu rumah sakit terlewat. Meski pihak RSUD Bunut sudah memberi kelonggaran biaya selama tiga hari, aturan tetap harus dijalankan. "Kami alihkan status perawatannya menjadi tunai, ditanggung oleh Rumah Teduh," kata Iin.

Iin juga menyebutkan total biaya perawatan Raya mencapai lebih dari Rp23 juta. Namun, setelah pembayaran awal dan negosiasi, rumah sakit memberikan diskon hingga sisa tagihan dibebaskan.