Brilio.net - Kisah pilu menimpa seorang wanita bernama Senima alias Bu Firman yang berusia 40 tahun, warga Jalan Imam Bonjol Kelurahan Tegal Besar, Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember Jawa Timur. Di mana ia harus bersusah payah saat keluar masuk rumah.

Dilansir brilio.net dari liputan6.com, Rabu (26/6), setiap harinya janda satu anak ini harus melewati pagar tembok setinggi sekitar 2 meter jika ingin beraktivitas. Alhasil dia selalu menggunakan tangga yang disandarkan pada tembok untuk keluar masuk rumah.

"Tangga bambu ini, adalah satu-satunya akses masuk rumahnya. Sebab, akses jalan ke rumahnya tertutup pintu gerbang rumah tetangganya," tutur Senima kepada sejumlah wartawan, dengan mata berkaca-kaca, yang dilansir dari liputan6, Rabu (26/6).

Penutupan pintu gerbang tersebut sudah terjadi sebelum Ramadan 2019 kemarin. Tanpa ada sebab, pemilik rumah indekos depan, Ali Mustafa, menutup jalan menuju ke rumah Senima. Karena itu, dia terpaksa harus menumpang di rumah tetangganya.

Awalnya hubungan keluarga Senima dan Ali terjalin baik. Namun pada April 2019, suami Senima meninggal dunia, sejak saat itulah tetangga dekatnya ini, sempat merusak bagian rumahnya dan memintanya pergi dari rumah tersebut.  Selain itu, Ali Mustafa mengunci pintu gerbang.

"Karena tidak dibuka, terpaksa jika saya butuh sesuatu harus dengan cara naik tangga dan melewati pagar," kata Senima, yang tak kuasa membendung tetesan air matanya melihat tembok tetangga.

liputan6.com © 2019 brilio.net

foto: liputan6.com

Tak hanya itu saja, konflik yang terjadi dengan tetangganya itu menimbulkan tekanan batin kepada anaknya yang sudah menginjak kelas 2 SMP ini. Anaknya sering menangis karena tidak bisa masuk rumah. Terlebih saat butuh keperluan sekolah yang masih ada di dalam rumahnya. Karena dia harus melewati pagar yang tingginya kurang lebih dua meter itu.

"Saat ini kami, terpaksa menumpang di rumah majikan, sekaligus tetangga, tempat saya kerja sebagai pembantu rumah tangga. Anak saya saat ini, masih sakit," ucap Senima.

Sejak pintu pagarnya dikunci, Senima lebih sering berada di rumah juragan atau tempatnya bekerja. Hal ini disampaikan oleh Lifa yang merupakan tetangganya. Ia juga merasa iba karena sudah lebih satu bulan tidak pernah masuk ke rumahnya.

"Saya kurang tahu masalahnya. Kalau dulu dibuka, barusan saja ditutup. Kalau di dalam ada kos-kosan milik Pak Ali, tetapi kosan sekarang ditutup tidak ada orangnya, dan juga tidak ada izin RT/RW-nya," jelas Bu Lifa.

"Dulu tempat kos tersebut, garasi dan diakui juga sama Pak Ali. Sebetulnya, itu punya Bu Firman juga. Dulu suaminya kerja di pasar," imbuhnya.

Ketika hendak diwawancarai, pemilik kos Ali Mustofa enggan memberikan komentar. Dia hanya  menyampaikan jika rumah yang ditempati Senima alias Bu Firman ialah miliknya.

"Senima di situ hanya menumpang," kata Ali. Dia mengklaim sebagai pemilik sahnya. Dia memiliki bukti sertifikat atas lahan dan bangunan tersebut.