Brilio.net - Kehilangan orang yang dicintai selalu menjadi masa yang sulit terutama saat kematian terjadi karena alasan tak terduga. Hukum dalam beberapa kasus menjadi tak adil ketika melihat klaim hilangnya nyawa seseorang karena kelalaian klinis dan anggota keluarga akhirnya merasa dikecewakan oleh profesi medis dan sistem hukum.

Begitulah yang dialami oleh keluarga Jhanella Marie Trinidad yang berusia 9 tahun, setelah ia meninggal begitu cepat di rumah sakit.

Kabar meninggalnya Marie tersebar melalui rekaman video yang viral di media sosial Facebook. Dalam video tersebut menunjukkan bagaimana keluarga merasa emosional tentang kematian Marie.

Anggota keluarga terdengar berteriak dan mengatakan bahwa mereka dapat membayar berapa pun yang diminta oleh rumah sakit, selama mereka segera memberi pertolongan kepada Marie.

Melihat video tersebut, warganget beranggapan bahwa alasan di balik ledakan emosi yang dialami keluarga Marie adalah bahwa pihak rumah sakit menolak melakukan tindakan medis pada Marie karena keluarga tersebut tidak memiliki uang.

Menurut informasi yang dikutip brilio.net dari viral4real, Kamis (19/10), Marie bersama neneknya dikabarkan telah melakukan beberapa tes tanpa berkonsultasi dengan dokter.

Mereka kembali ke rumah sakit keesokan harinya setelah Marie mengalami kesulitan bernapas dan sakit perut akut. Pihak rumah sakit menyatakan bahwa Marie menderita Dengue Shock Syndrome. Staf rumah sakit dan dokter kemudian memberikan perawatan pertolongan pertama pada pasien, namun itu saja tidak cukup. Para dokter menyuruh keluarga untuk pindah ke rumah sakit lain yang memiliki fasilitas ICU (Intensive Care Unit) lebih baik.

Perawat dan staf membantu keluarga tersebut mencari rumah sakit dan menghubungi beberapa rumah sakit termasuk Amang Rodriguez, Rizal Medical Center, Quirino Memorial Medical Center, National Children's Hospital, Philippine Children's Medical Center, namun tidak ada kamar yang tersedia di semua rumah sakit tersebut.

Rumah sakit kemudian menyarankan untuk mencoba rumah sakit swasta dan dapat menghubungi Medical City, Ortigas, Kota Pasig, namun mereka berada dalam daftar tunggu yang panjang.

Sayangnya, tak lama kemudian Marie meninggal malam itu.