Brilio.net - Bagi sebagian pekerja, minuman berenergi adalah satu-satunya cara untuk meningkatkan performa dan mengusir rasa kantuk dan lelah saat bekerja. Namun, jarang yang menyadari bahwa dengan mengonsumsi energi drink secara terus-menerus dalam jangka waktu lama juga bisa menganggu kesehatan. Kandungan kafein dan gula dalam minuman berenergi benar-benar dapat memengaruhi kondisi tubuh.

Tak percaya? Sebagai buktinya adalah apa yang dialami seorang remaja di South Carolina bulan April lalu. Dia dikabarkan meninggal secara mendadak akibat overdosis kafein yang terkandung dalam minum berenergi. Dan sekarang ada seorang ayah bernama Austin yang telah kehilangan otak bagian depan. Penyebabnya karena Austin sering mengonsumsi minuman berenergi secara rutin selama berbulan-bulan untuk mengatasi jadwal kerjanya yang padat.

Kisah yang dialami Austin diceritakan oleh sang istri, Brianna, yang kala itu baru beberapa minggu melahirkan anak pertama mereka. Dikutip brilio.net dari boredpanda, Selasa (17/10), berikut cerita selengkapnya yang dialami Brianna dan suaminya. Bisa jadi pembelajaran bagi siapapun yang meragukan bahwa ternyata minuman berenergi bisa membahayakan kesehatan.

1. Musibah terjadi ketika Brianna sedang hamil usia 9 bulan.

kisah Austin dan Brianna © 2017 Sara Endres

Hamil seharusnya menjadi salah satu perjalanan paling menakjubkan yang akan dirasakan oleh pasangan suami istri. Sama halnya dengan Austin dan Brianna yang merasa sangat senang akan dikaruniai anak pertama. Namun, saat Brianna sedang hamil 9 bulan, ia harus mendengar kabar mengejutkan dari mertuanya. Suatu pagi, ia dibangunkan oleh ibu mertuanya yang mengatakan bahwa suaminya mengalami kecelakaan dan harus dirawat di rumah sakit. Bagian terburuknya adalah, Brianna tidak tahu mengapa suaminya tiba-tiba bisa masuk rumah sakit.

2. Austin mengalami pendarahan di otak yang disebabkan oleh konsumsi minuman berenergi.

kisah Austin dan Brianna © 2017 Sara Endres

Setelah dua jam perjalanan ke rumah sakit, Brianna mengetahui bahwa suaminya mengalami pendarahan di otak. Para dokter menyimpulkan bahwa kejadian mengerikan yang dialami Austin disebabkan oleh konsumsi minuman berenergi yang berlebihan baru-baru ini.

Si Brianna pun kemudian terburu buru ke rumah sakit. Di sana ia temui suaminya yang terbaring tak sadarkan diri. Setelah menjalani pemeriksaan berulangkali dokter mengambil kesimpulan bahwa sang suami mengalami stroke hemoragik. Dokter menjelaskan bahwa penyebab dari stroke hemoragik tersebut kemungkinan besar adalah karena konsumsi minuman berenergi dalam jumlah banyak. Diketahui, sang suami yang bernama Austin ini memang lagi sibuk sibuknya bekerja dan banyak mengkonsumsi minuman berenergi.

3. Austin harus menjalani operasi dan menyisakan lubang yang tak dapat diperbaiki di bagian depan tengkorak kepalanya.

kisah Austin dan Brianna © 2017 Sara Endres

kisah Austin dan Brianna © 2017 Sara Endres

Operasi pun segera dilakukan untuk mencegah pendarahan otak semakin parah. Setelah 5 jam menunggu, akhirnya Brianna dan mertuanya memiliki kesempatan untuk menemui Austin. Semua orang terfokus pada wajah Austin yang hampir tak dikenali karena tertutup segala macam peralatan medis. Brianna melihat betapa hancurnya kedua orangtua Austin saat melihat anak laki-lakinya terbaring di ranjang rumah sakit dan kehilangan bagian depan kepalanya. Bahkan ayah Austin menangis saat dia memegangi istrinya. Saat itu, mereka tidak tahu apakah Austin akan terbangun lagi atau tidak.

4. Buah hati mereka lahir ketika ayahnya sedang dalam kondisi koma.

kisah Austin dan Brianna © 2017 Sara Endres

Setelah dua minggu tinggal di rumah sakit, Brianna masih bertanya-tanya apakah suaminya akan selamat atau tidak. Austin tak sadarkan diri setelah menjalani operasi tahap pertama. Padahal telah tiba waktunya bagi Brianna untuk melahirkan. Brianna kemudian memutuskan pulang ke rumah untuk mempersiapakan proses persalinan dan meninggalkan suaminya bersama sang mertua.

"Aku tidak akan berbohong kepada siapapun, ini sangat sulit. Aku telah merencanakan Austin akan menjadi bagian dari momen besar ini. Berada di sisiku, memegang tanganku, berada di sana untuk memotong tali pusarnya," kata Brianna.

Namun siapa sangka, keajaiban yang indah terjadi ketika Brianna menjenguk sang suami sekitar seminggu setelah melahirkan. Austin terbangun saat Brianna membisikkan kepadanya bahwa bayi mereka telah lahir dan betapa mereka membutuhkannya.

Meskipun tersadar, hari-hari berikutnya bukanlah waktu yang mudah untuk dilalui Austin. Ia harus menjalani banyak operasi dan prosedur medis yang diperintahkan dokter. Pasalnya Austin masih sering mengalami kejang, pusing, muntah dan peradangan. Namun akhirnya, Austin pun bisa melihat anaknya untuk pertama kali ketika sang anak berumur 2 bulan.

"Itulah hari di mana hati saya mendapatkan sebagian dari kebahagiaannya kembali. Beberapa saat setelah itu akhirnya dia bisa pulang ke rumah," tambah Brianna.

5. Austin kembali ke rumah dan Brianna harus merawat anak dan suaminya yang hidup bergantung pada kursi roda.

kisah Austin dan Brianna © 2017 Sara Endres

kisah Austin dan Brianna © 2017 Sara Endres

Hidup yang dijalani Austin dan Brianna tidak normal. Ada begitu banyak kunjungan dokter dan perjalanan ke rumah sakit yang harus dilakukan. Saat di rumah, Brianna juga harus membantu sang suami menjalani setiap aspek hidupnya.

"Aku bangun setiap hari untuk merawat anak laki-laki kami dan suamiku. Aku menyiapkan makanan, membantu suami melakukan terapi fisik, terapi bicara, dan memapahnya ketika berjalan. Saya juga memandikannya. Aku membantunya berjalan.

Namun mereka tetap berjuang untuk menjalani hari-hari itu dengan penuh cinta dan tanpa pamrih. Brianna merasa bersyukur bahwa suaminya masih diberi kesempatan hidup.

"Dia bukan orang yang sama yang aku cintai, tapi aku masih jatuh cinta padanya lebih dalam setiap hari. Kami berjuang untuk membantunya pulih. Untuk membuat hidupnya lebih baik. Suatu hari kita akan sampai di sana. Sampai saat itu tiba, aku tidak akan pernah menyerah padanya. Karena cinta itu tanpa pamrih, dan aku lebih mencintainya daripada hidup itu sendiri, ujar Brianna menutup ceritanya.