Brilio.net - Ketika seorang anak terpisah dari ibu kandung hingga puluhan tahun pasti akan menimbulkan rasa rindu yang teramat dalam. Apalagi jika kerinduan tersebut dikarenakan tidak diketahui siapa ibu kandungnya.

Seperti yang dirasakan oleh Andre Kuik yang telah terpisah dengan sang ibu selama 40 tahun lamanya. Dilansir brilio.net dari BBC.com pada Senin (22/6), Andre Kuik adalah pria berkebangsaan Belanda yang melakukan perjalanan dan perjuangan panjang hingga bertahun-tahun untuk mencari keberadaan orangtua biologisnya.

Sekitar usia lima bulan, Andre diadopsi oleh pasangan Jan Kuik dan Mieke Kuik asal Belanda. Melalui dokumen adopsi dan akta notaris, tertuang bukti pengangkatan dari Yayasan Pangkuan si Cilik, Jakarta atas pimpinan Lies Darmadji pada 23 Juni 1976.

 

<img style=

foto: bbc.com

 

Semasa kecil, Andre tak pernah mempermasalahkan status anak adopsi yang melekat pada dirinya. Di Belanda, dia tinggal di tengah keluarga yang harmonis, dengan kakak angkat laki-laki dan perempuan asal Thailand, serta adik angkat dari Indonesia.

Keingintahuan Andre pada sosok orangtua kandung, serta asal mula dirinya muncul saat pertama kali berkunjung ke Indonesia. Dia mulai meminta bantuan dari berbagai pihak, termasuk dari Yayasan Mijn Roots.

"Saya pertama kali kembali ke Indonesia tahun 2013. Saat itu saya mulai bertanya dari mana saya berasal," ujar Andre dalam bahasa Belanda.

Saat berkunjung pertama kali ke Indonesia, Andre ditemani Marjolein mengunjungi kota Lampung. Sebuah perasaan tiba-tiba muncul. Andre seperti tengah berada di lingkungan dan komunitasnya sendiri. Keduanya meminta bantuan dari para suster di Rumah Sakit Panti Secanti, tempat dirinya dilahirkan. Sayangnya tak ada petunjuk yang jelas.

Keinginan untuk bertemu orangtua kandung kembali memuncak, terutama setelah kelahiran putranya yang kini berusia 1,5 tahun. Setelah itu, Andre meminta izin kepada orangtua angkatnya di Belanda untuk mencari ayah dan ibu biologisnya di Indonesia. Akhir 2017 Andre kemudian memulai pencariannya kembali berbekal dokumen adopsi dari orangtua angkatnya.

Sebelumnya, tim pencari dari yayasan menemukan ibu Kartini yang kini berusia 65 tahun dan melakukan cek darah untuk memastikan apakah ibu Kartini benar ibu kandung Andre atau tidak. Hasilnya mendekati seratus persen, bahwa Kartini merupakan ibu kandung dari Andre Kuik yang telah lama hilang.

Asal mula terpisahnya ibu Kartini dan Andre Kuik dimulai pada Februari 1978. Baru empat hari ibu Kartini merasakan kehangatan menggendong dan menyusui Andre dan bahkan belum sempat memberinya nama, Kartini disuruh pulang.

Sang suami, Theo Kohler diduga berdarah campuran Jawa dan Eropa meminta Kartini untuk meninggalkan putra ketiganya tersebut di rumah sakit Panti Secanti, Gisting Lampung. Selang satu pekan, Kartini kembali ke rumah sakit dan didapatinya sang putra sudah tak ada di tempat. Ia pulang dengan kesedihan yang menderu. Sempat bertengkar dengan suami, yang kini telah pergi begitu saja tanpa alasan.

Sejak kehilangan Andre yang baru berusia empat hari tersebut, Kartini masih dirundung duka dan kebingungan. Dirinya mengaku tak tahu harus mencari ke mana. Suaminya juga tak pernah mengungkit dan memilih diam. Theo Kohler pergi saat Kartini tengah hamil anak keempat, dan tak pernah ada kabar hingga sekarang.

Hingga pada akhirnya, pertengahan April lalu menjadi momen pertama kali bagi Andre memeluk sang ibunda sekaligus mengenal kedua kakak laki-lakinya, Wely dan Untung. Andre mengaku tak menyangka akan memiliki banyak saudara, termasuk seorang adik perempuan bernama Dewi Agustina.

 

<img style=

foto: bbc.com

 

Sambutan hangat dari para tetangga dan saudara, melihat kedatangan 'si anak hilang', didampingi sang istri tercinta, Marjolein Wissink. Meski terkendala bahasa Belanda-Jawa antara Andre dan keluarga Kartini untuk berkomunikasi, Andre mengungkapkan kebahagiaan dan rasa lega setelah pencarian panjang mencari orangtua kandungnya telah berhasil.

 

<img style=

foto: bbc.com

 

Tak ada rasa marah atau dendam, sebab Andre menyadari berpisahnya selama 40 tahun bukan kesalahan orangtuanya. Melainkan secara terpaksa dan dianggap hilang. Andre mengaku akan belajar bahasa Jawa sesuai kebiasaan ibundanya.