1. Home
  2. ยป
  3. Sosok
7 Oktober 2018 06:01

Nadia Murad, peraih Nobel Perdamaian bekas budak seks ISIS

Ia diculik milisi ISIS pada 2014, dan dijadikan budak seks. Brilio.net
Nadia Murad sebelah kiri (foto: Instagram/@unitednations)

Brilio.net - Nadia Murad, perempuan cantik Yazidi, Irak Utara berusia 25 tahun, pernah merasakan menjadi seorang budak seks kelompok yang menamakan diri Negara Islam (ISIS) selama tiga bulan. Ia diculik milisi ISIS pada 2014 dan dijadikan budak seks, diperjualbelikan beberapa kali hingga ia berhasil meloloskan diri.

Setelah ia lolos dan keluar dari Mosul, Irak, ia bertemu dengan Nafiseh Kohnavard, seorang wartawan BBC. Murad menceritakan kejadian ini kepada wartawan BBC dan tak masalah jika identitasnya diungkap. Ia beralasan dunia harus tahu apa yang terjadi terhadap perempuan-perempuan Yazidi.

BACA JUGA :
8 Balasan Gibran ke tweet minta maaf tokoh pendukung Ratna Sarumpaet


Dua tahun kemudian, dalam wawancara khusus dengan BBC, ia membeberkan bagaimana ia bisa lolos dan apa yang ia alami selama menjadi budak seks kelompok milisi ISIS. Murad mengaku jika milisi ISIS di Mosul ada di mana-mana. Berkali-kali ia mencoba kabur melewati jendela, tapi tertangkap, dimasukkan kedalam sel tahanan dan diperkosa ramai-ramai oleh milisi ISIS yang berjaga di dalam sel. Sejak saat itu, Muradtidak lagi memikirkan untuk meloloskan diri lagi.

Peluang Murad untuk lolos muncul saat milisi ISIS terakhir yang menjaga Murad hidup sendiri di Mosul. Milisi berniat akan menjual Murad dan memintanya untuk membersihkan diri. Saat milisi ini keluar, Murad kembali menemukan keberaniannya. Ia meninggalkan rumah dan meminta bantuan ke rumah salah satu tetangga di Mosul. Ternyata rumah tetangga itu adalah satu keluarga Muslim yang tidak memiliki hubungandengan ISIS. Keluarga ini memberikan Murad sebuah abaya hitam, kartu identitas baru, dan membawa Murad ke perbatasan hingga akhirnya iabisa lolos dari Mosul.

Sejak lolos menjadi budak ISIS pada November 2014, Murad aktif mengampanyekan penolakan penyelundupan manusia, dan menyerukan kepadadunia agar mengambil langkah tegas atas adanya pihak-pihak yang menggunakan pemerkosaan sebagai senjata perang.

BACA JUGA :
10 Potret Totos Rastiti, 'Jin Wani Piro' yang kini jadi Jin Online

Tahun 2006, Murad mendapatkan penghargaan hak asasi manusia Vaclav Havel dari para Dewan Eropa. Saat menerima penghargaan ini diStarsbourg, Prancis, Murad mendesak milisi ISIS untuk diadili di pengadilan internasional.

Keberanian Murad mendapatkan penghormatan yang tinggi oleh PBB, hingga PBB mengangkatnya sebagai duta besar khusus pada tahun 2017. Tahun ini, ia mendapatkan Nobel perdamaian atas penghargaan keberaniannya menyuarakan desakan terhadap perbudakan seks yang pernah ia alami.

Nah, seperti apa potret diri Murad? Berikut potretnya sebagaimana dikutip brilio.net dari aku media sosialnya, Minggu (6/10).

1. Bersama Presiden Prancis,Emmanuel Macron (dua dari kanan).

foto: Instagram/@nadia_murad_taha

2. Menjadi seorang duta besar khusus di PBB.

foto: Instagram/@nadia_murad_taha

3.Ungkapan Murad atas Nobel yang ia dapatkan.

View this post on Instagram

My statement on winning the 2018 Nobel Peace Prize This morning the Nobel Committee informed me that I was selected as a co-recipient of the 2018 Nobel Peace Prize. I am incredibly honored and humbled by their support and I share this award with Yazidis, Iraqis, Kurds, other persecuted minorities and all of the countless victims of sexual violence around the world. As a survivor, I am grateful for this opportunity to draw international attention to the plight of the Yazidi people who have suffered unimaginable crimes since the genocide by Daesh, which began in 2014. Many Yazidis will look upon this prize and think of family members that were lost, are still unaccounted for, and of the 1,300 women and children, which remain in captivity. Like many minority groups, the Yazidis, have carried the weight of historical persecution. Women, in particular, have suffered greatly as they have been, and continue to be the victims of sexual violence. For myself, I think of my mother, who was murdered by DAESH, the children with whom I grew up, and what we must do to honor them. Persecution of minorities must end. We must work together with determination to prove that genocidal campaigns will not only fail but lead to accountability for the perpetrators and justice for the survivors. We must remain committed to rebuilding communities ravaged by genocide. Survivors deserve a safe and secure pathway home or safe passage elsewhere. We must support efforts to focus on humanity and overcome political and cultural divisions. We must not only imagine a better future for women, children, and persecuted minorities, but we must also work consistently to make it happen - prioritizing humanity, not war. Congratulations to my co-recipient, Dr. Mukwege, a man I admire greatly who has dedicated his life to helping women of sexual violence. Thank you to the Nobel Committee for this honor. I will organize a press conference this Sunday in Washington DC. The time and place will be announced tomorrow on this page. #saveyazidi #14august2007 #3august2014 #15august2014 #yazidigenocide #kocho #un #humanity #humanrights #nadiamurad #nadiamuradbaseetaha #nadiamuradtwitter

A post shared by Nadia Murad (@nadia_murad_taha) on

4. Bill Gates memberikan ucapan selamat kepada Murad melalui akun Twitter.

foto: Instagram/@nadia_murad_taha

(mgg/renno hadi ananta)

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags