1. Home
  2. ยป
  3. Serius
12 Februari 2019 15:05

5 Tokoh politik ini pindah partai lebih dua kali, bikin heboh

Langkah politiknya jadi sorotan. Weni Arfiyani

Brilio.net - Jelang kontestasi politik, fenomena politisi pindah partai memang seringkali tak terelakkan. Entah karena manuver pribadi, perbedaan prinsip dan kepentingan maupun perbedaan pilihan politik. Fenomena demikian memang lumrah tejadi mengiringi dinamika perpolitikan di Indonesia. Terlebih, politik ini sendiri sangat dinamis dan dapat berubah sewaktu-waktu.

Tidak ada kawan ataupun lawan yang abadi dalam politik, melainkan sebuah kepentingan. Nggak heran kalau kamu bakal disuguhkan berbagai drama dan lika-liku serta manuver dari para politisi.

BACA JUGA :
Heboh soal propaganda firehose of falsehood, ini penjelasannya


Banyak tokoh politik yang dulunya berjuang besama dalam satu koalisi, kini berpindah haluan dan mendukung oposisi. Pun sebaliknya, yang dulunya bergabung dalam tim oposisi, kini menjadi satu koalisi.

Bicara soal politisi yang pindah partai politik, beberapa di antara mereka bahkan berpindah hingga lebih dari dua kali. Perpindahan ini tentunya didasari oleh alasan-alasan tertentu yang berkaitan dengan pandangan politik, perbedaan kepentingan maupun prinsip.

Nah, kira-kira, siapa saja tokoh politik yang memutuskan untuk pindah 'gerbong' hingga lebih dari dua kali? Berikut dilansir brilio.net dari berbagai sumber, Selasa (12/2), 5 tokoh politik yang pindah partai lebih dari dua kali.

BACA JUGA :
Reaksi tokoh NU tanggapi puisi Fadli Zon, termasuk putri Gus Dur


1. Hary Tanoe.

foto: merdeka.com

Konglomerat Hary Tanoesodibjo mengawali karier politiknya saat bergabung dengan Partai Nasdem. Dirinya sempat menjadi Ketua Dewan Pakar Partai Nasdem pada tahun 2011. Namun, dua tahun berselang, Hary Tanoe memutuskan mundur dari Partai Nasdem pada awal tahun 2013.

Selanjutnya, jelang pemilu 2014, Hary Tanoe bergabung dengan Partai Hanura yang dipimpin oleh Wiranto. Keduanya bahkan pernah mendeklarasikan diri sebagai capres dan cawapres. Namun, perolehan suara Partai Hanura tak mampu membawa pasangan ini untuk maju ke pilpres 2014.

Harry Tanoe dan Wiranto kemudian pecah kongsi dan mendukung pasangan yang berbeda di Pilpres 2014. Hary Tanoe mendukung Prabowo-Hatta, sementara Wiranto merapat ke kubu Jokowi-JK.

Tak lama berselang, Hary Tanoe mendeklarasikan organisasi Perindo yang dibentuknya sebagai partai politik. Dirinya pun kini menjabat Ketua Umum Partai Perindo dan siap menyongsong Pemilu 2019.

2. Muchdi Pr.

foto: merdeka.com

Baru-baru ini, Wakil Ketua Umum Partai Berkarya, Muchdi Purwopranjoyo atau Muchdi Pr melakukan manuver mengejutkan dengan menyatakan dukungan untuk pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin. Sementara, Partai Bekarya telah bergabung dengan koalisi yang mendukung Prabowo-Sandi.

Sebelum bergabung dengan Partai Berkarya, Muchdi Pr merupakan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra periode 2008-2011. Selanjutnya, ia bergabung dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di tahun 2011. Ia kemudian berpindah ke Partai Berkarya pada tahun 2018 dan menjabat Wakil Ketua Umum.

Mantan Danjen Kopassus ini merupakan salah satu orang terdekat Prabowo Subianto. Terlebih, keduanya adalah pendiri Partai Gerindra. Di Pilpres kali ini, Muchdi dan Prabowo kembali berada dalam kubu yang berbeda.

3. Rhoma Irama.

foto: Instagram/@rhoma_official

Raja Dangdut Rhoma Irama juga memiliki jejak politik yang cukup berlika-liku. Dirinya sudah aktif dalam kancah politik praktis sejak era Orde Baru. Tahun 1977, Rhoma Irama aktif berkampanye untuk Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Saat itu, suara PPP bahkan mampu mengungguli Partai Golkar di Jakarta.

Tekanan dari Orde Baru juga membuat karier Rhoma di musik dangdut mulai tersendat. Dirinya kemudian memutuskan pamit dari PPP dan mengundurkan diri dari kancah politik praktis. Di sisi lain, pihak Golkar tetap menawarinya untuk bergabung dengan partai. Meskipun begitu, Rhoma masih menolak dengan tegas tawaran yang dilayangkan kepadanya.

Pertengahan September 1996 menjadi titik balik Rhoma Irama ke kancah perpolitikan. Dirinya secara mengejutkan masuk dalam daftar caleg dari Partai Golkar. Keputusan inipun sempat membuat Rhoma Irama menuai hujatan dari pendukung PPP.

Rhoma Irama kemudian kembali ke pangkuan PPP pada tahun 2008. Namun begitu, Rhoma kembali melakukan manuver politik saat namanya masuk dalam bakal caleg PKB pada tahun 2013. Tak lama kemudian, nama Rhoma Irama muncul sebagai kandidat calon presiden dari PKB jelang Pemilu 2014.

PKB akhirnya memilih Jokowi untuk diusung sebagai capres 2014. Dengan hal ini, Rhoma justru mangkir dan kemudian menjadi pendukung Prabowo Subianto. Usai kontestasi Pemilu 2014, Rhoma mendirikan Partai Islam, Damai, Aman (Partai Idaman). Sayang, partai yang dibentuknya ini tak lolos Pemilu 2019. Ia dan partainya tersebut, kini bergabung bersama Partai Amanat Nasional (PAN).

4. Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

foto: Instagram/@basukibtp

Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengawali kariernya sebagai kader Perhimpunan Indonesia Baru (PIB) sewaktu masih di Belitung Timur. Ahok saat itu menjabat Ketua DPC PIB. Dirinya kemudian mencalonkan diri sebagai anggota DPRD Belitung Timur dengan kendaraan PIB tahun 2004.

Tahun 2005, Ahok maju ke Pilkada Belitung Timur sebagai calon bupati berduet dengan Khairul Effendi. Pasangan ini kemudian memenangi pemilu. Meskipun begitu, ia tak sampai menyelesaikan masa baktinya. Tahun 2007 dirinya mengundurkan diri dan maju dalam Pilgub Bangka Belitung, tapi saat itu dirinya gagal.

Ahok kemudian bergabung dengan Partai Golkar dan kembali maju sebagai caleg DPR RI. Dirinya berhasil duduk sebagai anggota DPR RI, sampai akhirnya mengundurkan diri jelang Pilgub DKI 2012.

Ahok kemudian melakukan manuver politik dengan bergabung dengan Partai Gerindra. Dirinya pun didaulat untuk mendampingi Jokowi menjadi cawagub DKI. Pasangan Jokowi-Ahok kemudian berhasil menduduki tampuk kepemimpinan tertinggi DKI Jakarta.

Karier Ahok di dunia politik semakin meroket setelah ditetapkan sebagai Gubernur DKI Jakarta, menyusul terpilihnya Jokowi sebagai Presiden RI di Pemilu 2014. Ia kemudian di dampingi Djarot Saiful Hidayat sebagai wagub.

Di tengah jalan, Ahok memutuskan untuk mundur dari Partai Gerindra. Di Pilgub DKI 2017, Ahok-Djarot menlanjutkan langkah politiknya tanpa didukung Partai Gerindra. Ahok kemudian harus diterpa isu penistaan agama, yang membuatnya harus masuk jeruji besi.

Pada 24 Januari 2019 lalu, Ahok bebas dari penjara usai menjalani masa hukuman selama dua tahun. Usai bebas, dirinya kini terdaftar sebagai anggota PDI Perjuangan.

5. Tuan Guru Bajang.

foto: Instagram/@tuangurubajang

Tuan Guru Bajang atau Muhammad Zainul Majdi mengawali karier politiknya dengan bergabung di Partai Bulan Bintang (PBB) pada Pemilu 1999. Sepak terjangnya di PBB ini pun turut mengantarkannya menjadi orang nomor satu di Nusa Tenggara Barat di Pemilu 2008. Saat itu, TGB diusung oleh PBB dan PKS.

Kendati demikian, TGB meninggalkan PBB pada tahun 2011 dan memutuskan bergabung dengan Partai Demokrat. Dirinya kemudian didapuk sebagai Ketua DPD Partai Demokrat NTB. Dirinya besama Demokrat kemudian memenangi Pilkada sebagai gubernur petahana.

Tuan Guru Bajang kemudian menyatakan mundur dari Partai Demokrat pada pertengahan tahun 2018. Usai mundur dari Demokrat, TGB pernah diisukan bergabung dengan Partai Nasdem. Kendati demikian, ternyata di akhir tahun 2018 lalu Muhammad Zainul Majdi justru bergabung dengan Partai Golkar.

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags